Olahraga

Pertama Dalam Sejarah Atlet Lompat Tinggi Berbagi Medali Emas, Bagaimana Peraturannya?

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Banjir pujian diberikan oleh publik global pada keputusan atlet lompat tinggi, Gianmarco Tamberi (Italia) dan Mutaz Barshim (Qatar). Pujian ini menyusul kesepakatan keduanya untuk berbagi medali emas dalam Olimpiade Tokyo 2020.

Kesepakatan keduanya dinilai sebagai tampilan sportivitas yang menyenangkan penonton Olimpiade di seluruh dunia. Keputusan ini memang bukan hal biasa. Namun, Tamberi dan Barshim melakukan itu bukan tanpa alasan.

Pada Olimpiade Tokyo 2020 ini, keduanya bersaing cukup sengit. Keduanya bisa bertanding imbang dengan sama-sama mengakhiri lompatan dengan catatan tertinggi 2,37 meter. Ketika hendak ditentukan pemenang, keduanya juga gagal melakukan lompatan 2,39 meter masing-masing tiga kali.

Dengan hasil seimbang ini, ofisial pertandingan menawarkan Barshim dan Tamberi melakukan satu lompatan terakhir untuk memutuskan siapa yang berhak meraih medali emas. Namum, Barshim malah menyambangi ofisial pertandingan dan bertanya apakah mungkin membagi membagi medali emas itu.

“Apakah medali emas bisa dibagi dua?,” tanya Barshim.

Ofisial pun menjawab pertanyaan Barshim dengan anggukan kepala. Sambil menyebut kalau pertanyaan Barshim mungkin saja dilakukan. Mendapat restu dari ofisial, Barshim dan Tamberi pun luluh dalam kesenangan.

“Saya melihat dia (Tamberi), begitu juga dia. Dan kami tahu, semuanya sudah berakhir. Kami tidak perlu melakukan lompatan lagi,” kata Barshim yang Asumsi lansir dari Reuters.

Dalam The Guardian, Tamberi bahkan merespons keputusan berbagi medali emas ini dengan lebih ekspresif. Setelah melompat dan memeluk Barshim, Tamberi kemudian tersungkur dengan keras ke trek, berguling beberapa kali dan berteriak.

“Saya masih tidak percaya itu terjadi,” katanya.

Teman Akrab

Tamberi dan Barshim memang rival di lapangan. Keduanya telah berupaya menyajikan penampilan terbaik buat negaranya masing-masing. Namun, di luar lapangan, kedua atlet ini adalah sahabat dekat.

“Berbagi dengan seorang teman bahkan lebih indah… Itu sungguh ajaib,” kata Tamberi.

Sangking senangnya, Tamberi terus merayakan, memberikan pelukan dan ciuman kepada orang-orang saat dia melompati lintasan. Barshim, meski tidak seekspresif Tamberi juga setuju bahwa kemenangan Olimpiade perlu dibagi.

“Bagi saya, datang ke sini, saya tahu pasti bahwa untuk penampilan yang saya lakukan, saya pantas mendapatkan emas itu. Dia melakukan hal yang sama, jadi saya tahu dia pantas mendapatkan emas itu juga,” ucap Barshim.

Kendati demikian, momen yang diciptakan oleh Barshim dan Tamberi bukan kali ini saja terjadi. Membagi medali emas pernah dilakukan juga oleh Edward Cook dan Alfred Gilbert di cabang olahraga lompat galah pada Olimpiade 1908.

Selain itu, di tahun yang sama juga ada medali perak bersama untuk nomor lompat tinggi. Pembagian medali perak terjadi juga di tahun 1896. Sementara untuk berbagi medali perunggu, terjadi pada tahun 1992 dan 2012.

Pengamat olahraga yang juga Mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Djoko Pekik Irianto, mengatakan, berbagi medali di Olimpiade adalah hal yang sangat jarang terjadi.

“Tidak lazim ini,” kata Djoko kepada Asumsi.co, Senin (2/8/2021).

Tetap Dihitung Satu

Mengutip Athlete Weekly, meski medali yang diraih dibagi dua untuk dua atlet, namun dalam hitungan, medali itu dicatat utuh.

Dengan demikian, cabang olahraga lompat tinggi putra mencatatkan medali emas untuk Gianmarco Tamberi, medali emas lainnya untuk Mutaz Essa Barshim, dan melompat ke medali perunggu untuk Maksim Nedasekau, atlet dari Belarus.

Buat Italia, ini adalah emas ketiga dari empat medali emas yang didapat oleh negara produsen skuter legendaris, Piaggio itu. Sementara buat Qatar, emas yang disumbang Barshim menjadi emas kedua di Olimpiade Tokyo.

Buat Barshim, medali ini juga menambah catatan baiknya di kancah lompat tinggi. Sebelumnya, ia juga meraih medali perak di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil pada 2016 dan perunggu di Olimpiade London, Inggris, 2012.

Sementara buat Tamberi, ini adalah medali Olimpiade pertama. Ia sempat tidak ambil bagian pada Olimpiade 2016 karean cedera yang menimpanya jelang Olimpiade Rio berlangsung.

“Malam ini penuh kenangan. Kami membuat impian kami menjadi kenyataan. Kami adalah juara Olimpiade bersama. Itu berarti segalanya bagiku. Aku mempertaruhkan hidupku untuk ini. Saya menangis melihat orang-orang ini pada tahun 2016 dan saat itu sangat membuat frustrasi,” kata Tamberi mengucap syukur sambil mengingat beratnya ia yang tak bisa tampil di Olimpiade Rio.

Share: Pertama Dalam Sejarah Atlet Lompat Tinggi Berbagi Medali Emas, Bagaimana Peraturannya?