Isu Terkini

Perencanaan Ibu Kota Baru di Masa Pandemi Menuai Kritikan

Awan — Asumsi.co

featured image
Foto: Dok. Kemen. PUPR

Angan Presiden Joko Widodo untuk memindahkan ibu kota baru ke Kalimantan mulai menemukan titik terang. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun sudah menemukan konsep yang dirasa tepat untuk ibu kota baru. Smart City atau kota pintar. Tidak tanggung-tanggung, Presiden optimis ibu kota baru di Kalimantan Timur akan menjadi pionir smart city yang jadi rujukan dunia.

Presiden berangan, ibu kota baru dapat didesain dengan konsep yang jelas, perencanaan yang jelas, mengikuti semua aspek kehidupan, sehingga risiko-risiko yang akan muncul seperti risiko lingkungan dan tata kota dapat dihindari. Sebelumnya juga diinformasikan biaya untuk membangun ibu kota baru mencapai Rp466 triliun yang mayoritas akan didanai oleh swasta dan BUMN.

Baca juga: Jakarta Masuk Daftar 25 Kota Termahal Dunia, Kok Bisa?

Ibu Kota Baru Menuai Kritik

Belum usai bumi pertiwi melawan bencana pandemi Covid-19 yang menghabiskan dana hingga ratusa triliun rupiah, sudah akan ada beban lagi dengan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Frasa tersebut mulai muncul dari para akademisi hingga ekonom yang menyayangkan untuk terlalu terburu-buru memindahkan ibu kota.

Mengutip CNN Indonesia, Ekonom Narasi Institute, Fadhil Hasan melihat urgensi pemindahan ibu kota menjadi tidak ada manakala Indonesia masih berjuang melawan pandemi Covid-19. “Pandemi masih belum usai, dampak pandemi masih sangat dirasakan masyarakat,” ujar Fadhil.

Selain itu, beban utang negara yang masih cukup tinggi akibat pandemi juga jadi sorotan. Ekonom senior Indef, Didik Rachbini bahkan menyebut utang pemerintah ditambah BUMN dapat menyentuh Rp10.000 triliun. Senada, Ekonom Indef lainnya, Rizal Taufikurahman juga mengatakan, dampak pemindahan ibu kota kepada pertumbuhan ekonomi masih cukup kecil. Angkanya hanya sekitar 0,02% untuk sumbangsihnya kepada ekonomi nasional.

Baca juga: Tugu Sepeda, Proyek `Wah` Pemprov Jakarta yang Telan Dana Fantastis

Jika melihat tujuannya yang mulia untuk pemerataan ekonomi dan kesenjangan sosial, pemindahan ibu kota merupakan gagasan brilian. Namun, mengambil contoh beberapa negara lain, tidak semua pemindahan ibu kota berbuah manis. Fadhil menyebut, dalam kurun waktu 100 tahun, sudah ada 30 negara yang memindahkan ibu kota, banyak yang sukses tapi tidak sedikit juga yang gagal. 

Fadhil mencontohkan Brasilia yang masih memiliki tata kota yang semrawut ditambah kesenjangan yang masih tinggi di ibu kota baru. Kemudian. Ada Sejong di Korea Selatan yang proses pemindahannya berlarut-larut sejak 2012 karena besarnya biaya dan intervensi politik di dalamnya.

Share: Perencanaan Ibu Kota Baru di Masa Pandemi Menuai Kritikan