Isu Terkini

Penggerebekan Klab Malam di Jakarta ini Seperti Adegan Film Laga

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Pekan lalu (3/7), sebuah klab malam bernama Top One digerebek oleh aparat. Klab yang terletak di Daan Mogot, Jakarta Barat tersebut tak hanya ngotot buka dan melanggar aturan PSBB. Top One juga ditengarai menjadi sarang prostitusi dan perdagangan narkoba.

Di atas kertas, ini berita lampu merah biasa. Namun, prasangka tersebut akan pupus saat kamu menelisik detail-detail mencengangkan dalam kasus tersebut. Barulah kamu tahu bahwa penggerebekan sensasional Top One ibarat adegan penuh ketegangan dalam film laga besutan John Woo.

Kisah kita dimulai pada Jumat (3/7) dini hari. Satpol PP mencium gelagat bahwa Top One, sebuah diskotek, karaoke, dan griya pijat yang punya reputasi mencekam, tetap beroperasi di tengah PSBB masa transisi fase 1. Menanggapi intel tersebut, mereka menyatroni klab tersebut bersama aparat gabungan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, personel Polri, dan TNI. Macam The Raid.

Sepanjang malam, mereka mengintai Top One. Namun, awalnya petugas kesulitan membuktikan bahwa Top One memang dibuka. Sebab baik pintu depan maupun belakang ditutup dari luar dan dalam.

Selepas dini hari, tim gabungan tersebut berhasil merangsek masuk Top One. Apakah yang mereka temukan di sana? Lantai diskotek kosong melompong. Tetapi, mereka mendapati petunjuk-petunjuk mencurigakan: AC baru berhenti, bau asap rokok membubung di udara, dan barang-barang seperti jaket dan sepatu tercecer di sekeliling lantai dansa. Sebagian staff Top One yang wara-wiri menawarkan penjelasan menggelikan: mereka sedang check sound.

Sudah tentu, Satpol PP tidak percaya pada penjelasan tersebut. Malam itu, sebenarnya lantai dansa Top One penuh sesak. Setidaknya 150 orang tercatat hadir. Lantas, di manakah mereka semua? Bagaimana mereka dapat hilang begitu saja macam pesulap?

Saudara-saudara, mereka dipaksa bersembunyi. Selama tujuh jam.

Pengalaman mencengangkan ini dibeberkan oleh Wanda, salah seorang pengunjung, yang diwawancarai oleh CNN Indonesia. Menjelang pukul 3 pagi, pengelola Top One menghentikan pesta pora dengan pengumuman mengagetkan: Badan Narkotika Nasional menggelar razia dadakan, dan pengunjung mesti sembunyi bila tak ingin diciduk.

“Kami semua dikumpulin di tangga darurat, lampu dan AC semua dimatiin, gelap gulitalah,” ucap Wanda. Tak hanya itu, ponsel mereka pun disita oleh pihak keamanan Top One. Mereka disekap di sana, bak kargo sindikat perdagangan manusia, sampai pukul 10 pagi. Saat itu, mereka dipindahkan ke atap dan dapat bernafas agak lega.

Namun, mereka tetap belum boleh pulang. Derap langkah kaki masih terdengar dari bawah. Pihak Top One menakut-nakuti para pengunjung dengan bilang, itu suara para petugas BNN. Padahal, itu adalah para petugas Satpol PP yang masih tersisa di Top One. Akhirnya, aksi kucing-kucingan absurd ini usai. Petugas kepolisian dan Satpol PP menemukan ruangan tempat 150 pengunjung disuruh sembunyi, dan mereka diizinkan pulang.

Penggerebekan dramatis ini bakal berbuntut panjang. Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pariwisata Dinparekraf, Iffan, menyatakan bahwa Top One jelas ketahuan melanggar aturan PSBB. Menurut ketetapan PSBB transisi, pada fase pertama klab malam belum diperkenankan beroperasi kembali. Bahkan, ada dugaan penyalahgunaan narkoba dan prostitusi yang terjadi pada malam naas tersebut.

Akhirnya, Satpol PP memutuskan menyegel Top One untuk sementara waktu. Izin operasional Top One pun terancam akan dicabut oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Mereka diberikan peringatan pertama. Peringatan ketiga berarti izin operasional dicabut.

Pihak Top One sendiri tak menyangkal bila klab tersebut beroperasi, melanggar PSBB, dan menyembunyikan ratusan pengunjung pada malam penggerebekan tersebut. Andry, Humas Top One, mengatakan bahwa mereka memohon pembinaan pada Pemprov DKI Jakarta “agar usaha di sektor tempat hiburan tetap berjalan sebagaimana semestinya.”

Top One jelas bukan klab malam pertama yang ngotot buka di tengah suasana PSBB. Dinas Pariwisata DKI Jakarta memperkirakan bahwa sedikitnya 129 tempat hiburan malam tetap buka dan melanggar aturan PSBB. Pada 15 Mei, Satpol PP menciduk setidaknya 11 orang pemandu lagu di Karaoke Matador di Ruko Grand Boulevard BSD, Tangerang Selatan.

Pada 20 Mei, lima tempat hiburan malam di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara digrebek karena melanggar aturan PSBB. Pada 15 Juni, X-Clusive Cafe & Karaoke di Bogor disegel Pemkot Bogor lantaran ngotot buka. Walikota Bogor Bima Arya bahkan angkat bicara dan mengancam akan mencabut izin operasional X-Clusive.

Namun, Top One juga bukan klub malam pertama yang meminta “dibina” alih-alih digrebek selama masa PSBB transisi. Sejak wacana PSBB transisi pertama digagas, para pengelola tempat hiburan malam sikut-sikutan meminta tempat usahanya boleh dibuka. Terang saja: sejak 20 Maret, mereka telah ditutup oleh Pemprov DKI Jakarta.

Tanggal 12 Juni lalu, Pemprov DKI Jakarta menyatakan tempat hiburan malam “bukan termasuk prioritas utama” untuk dibuka kembali pada masa transisi. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani juga meminta agar Gubernur Anies Baswedan tidak membuka tempat hiburan malam pada fase pertama maupun kedua dari PSBB transisi. Sebab menurutnya, ganjil sekali bila tempat hiburan dibuka lebih dahulu dari tempat pendidikan.

Negosiasi antara Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Aspihija) dengan Disparekraf DKI Jakarta pun menemui jalan buntu. Meski Aspihija ingin tempat usaha mereka diperbolehkan beroperasi, mereka mengakui bahwa penyusunan protokol kesehatan untuk tempat hiburan malam nyaris mustahil dilakukan. Sebuah diskotek di pinggir barat Jakarta tentu bukan tempat termudah untuk menerapkan protokol social distancing.

Hingga kini, belum ada protokol kesehatan khusus yang diterbitkan untuk tempat hiburan malam. Menteri Kesehatan memang telah mengeluarkan aturan Panduan Pencegahan Pengendalian COVID-19 di Perkantoran dan Industri, tetapi aturan tersebut belum secara khusus mencakup tempat hiburan malam. Baru tempat dan pekerjanya yang dibahas, sedangkan pengunjungnya belum.

Maka, dalam kondisi serba menggantung, diskotek seperti Top One buka secara diam-diam dan bermain kucing-kucingan dengan aparat. Kita hanya perlu menunggu insiden serupa terulang dalam waktu dekat, sembari berharap ada adegan ala film laga yang lebih seru lagi.

Share: Penggerebekan Klab Malam di Jakarta ini Seperti Adegan Film Laga