Foto: Reuters
Kerusuhan di gedung kongres Amerika Serikat, Capitol Hill, Rabu (6/1/21) sore, jadi pembuka tahun yang mengerikan bagi Negeri Abang Sam. Negara yang mendaku penjaga marwah demokrasi ini seketika morat-marit.
Kondisi ini tentu saja tak terlalu mengejutkan. Seperti sudah menunggu waktu; gesekan, propaganda, ketegangan, saling serang, tak berhenti terjadi, bahkan sejak awal persiapan pemilu hingga penghitungan suara.
Apa pemicunya?
Massa pendukung setia Presiden AS Donald Trump menyerbu dan merusak gedung Capitol, sebagai bentuk penolakan pengukuhan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden tahun ini oleh Kongres.
Berapa jumlah korban?
Sejauh ini dilaporkan empat orang tewas dalam kerusuhan: satu ditembak oleh polisi dan tiga karena mengalami situasi darurat medis selama kerusuhan.
Bagaimana kronologi kerusuhan?
Massa juga hancurkan alat kerja jurnalis
Di tengah kerumunan, para pendukung Trump secara brutal menghancurkan kamera dan alat-alat kerja jurnalis lainnya.
Mereka meneriakkan apa yang sering dikatakan Trump, “Media adalah musuh rakyat.” Mereka juga mengusir para jurnalis.
Empat mantan presiden AS kecam Trump
Mereka adalah Barack Obama, George W. Bush (sesama anggota Partai Republik), Bill Clinton, dan Jimmy Carter. Keempat mantan presiden AS ini menyalahkan Trump atas kerusuhan di Capitol.
Kekacauan pertama Capitol sejak 1814
Penyerbuan Capitol ini jadi yang pertama sejak terakhir kali gedung tersebut diserbu tentara Inggris pada Agustus 1814. Menurut pejabat US Capitol Historical Society, Samuel Holliday, pasukan Inggris saat itu membakar gedung Capitol dalam “Perang 1812”.
Lagi-lagi Trump…
Sepanjang proses pemilu beberapa waktu lalu, ia nyaris setiap hari menebar klaim palsu, menyampaikan twit-twut berisi disinformasi, menolak hasil pemilu, sampai menyemangati para perusuh di Capitol.
Akun Twitter Trump digembok selama 12 jam setelah dia bilang “I love you” kepada para pemrotes dan menyebut mereka sebagai “patriot”. Twitter bahkan mengancam akan menutup permanen akun Trump jika ia tidak menghapus twit-twitnya yang berbahaya.
Twitter menghapus tiga twit Trump, termasuk video pendek di mana ia mendesak para pendukungnya untuk “pulang dengan damai” sambil mengulangi kebohongan tentang integritas pemilihan presiden.
Tindakan Twitter ini diikuti oleh Facebook yang menangguhkan akun Trump selama 24 jam dan Youtube yang menghapus video Trump saat memuji tindakan para pendukungnya.
Hmm, AS jauh-jauh berkeliling dunia, mengobrak-abrik negara orang dengan dalih mempromosikan kebebasan, HAM, dan demokrasi, eh, dalam negeri sendiri demokrasinya malah rapuh. Semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tak tampak?