Budaya Pop

Ombilin Sawahlunto, Pertambangan Belanda yang Jadi Warisan Dunia

Aurelia Vizal — Asumsi.co

featured image

Pertambangan batu bara era kolonial Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, baru saja dinobatkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada sidang ke-43 Komite Warisan Dunia di Azerbaijan, Sabtu (6/7). Ombilin Sawahlunto menjadi sumbangan terbaru Indonesia dalam daftar Warisan Dunia UNESCO. Sebelumnya ada Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), situs Sangiran (1996), dan sistem subak Bali (2012).

Indonesia juga memiliki empat warisan dunia kategori alam: Komodo National Park (1991), Lorentz National Park (1999), Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (2004), dan Ujung Kulon National Park (1991).

Penetapan situs bersejarah dalam daftar Warisan Dunia UNESCO bukanlah hal mudah. Sebelum penetapan, dilakukan diskusi panjang dengan pakar dari 21 negara. Komite ini merundingkan situs yang dinominasikan oleh negara asalnya dan diuji kelayakannya. UNESCO juga mengirimkan ahli lapangan untuk memeriksa keberadaan destinasi tersebut dan mempelajari usaha-usaha yang dilakukan pemerintah setempat untuk pelestariannya.

Cagar tersebut haruslah memenuhi beberapa dari sepuluh kriteria yang ditetapkan UNESCO. Dari ke-10 kriteria tersebut, Ombilin Sawahlunto memenuhi dua kriteria, yaitu kriteria II dan IV. Kedua kriteria menunjukkan keutamaan pada nilai-nilai kemanusiaan yang tidak berubah selama kurun waktu tertentu. Ini terutama berkaitan dengan arsitektur, teknologi, seni monumental, perencanaan tata kota atau lenskap yang memiliki gambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia.

Ada Pekerjaan Rumah yang Harus Dirampungkan

Penetapan wisata tambang ini meninggalkan pekerjaan rumah dari UNESCO yang harus diselesaikan. Daerah wisata tambang itu harus menyelesaikan beberapa catatan tersebut sebelum 1 Desember 2021.

Pemerintah Indonesia wajib menjalankan tugas-tugas terkait penerapan konvensi, terutama memastikan identifikasi, proteksi, konservasi, presentasi, termasuk pengusulan warisan budaya yang ada di Indonesia menjadi warisan dunia.

Itu semua termaktul dalam ratifikasi konvensi tentang pengesahan mengenai perlindungan terhadap peninggalan budaya dan alam (Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage).

Satu catatan penting, status ini bukanlah status abadi dan bisa dicabut sewaktu-waktu. Apabila UNESCO menemukan fakta bahwa pemerintah menyalahi aturan atau salah dalam mengelola situs ini, maka status Warisan Dunia tersebut bisa dicabut.

Untuk itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid, mentakan bahwa wisata tambang Ombilin Sawahlunto ini akan dikelola oleh sebuah tim yang akan ia bentuk.

Tim ini akan mengelola hal-hal substantial, seperti: pelestarian, tenaga ahli bila diperlukan untuk pemugaran dan pengembangannya. Namun semua itu akan dipastikan berjalan sesuai aturan UNESCO. Lebih lanjut, Hilmar melihat bahwa pengelolaan Ombilin Sawahlunto berbeda dengan situs lain, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang berada dalam satu komplek.

“Kawasan tambang batu bara Ombilin ini kota yang memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang sudah direncanakan, oleh karena itu dibutuhkan badang pengelola,” ucap Hilmar seperti dilansir dari Antara.

Ombilin Sawahlunto Pada Masa Kolonialisme

Pada masa penjajahan, Sawahlunto dikenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Eksploitasi sudah dimulai sejak abad 19 dan membuat daerah ini berkembang serta dikenal sebagai lokasi penambangan.

Untuk mendukung kegiatan bisnis pertambangan ini, Belanda kemudian membangun beberapa jaringan transportasi. Jaringan kereta api dibuat untuk mengangkut hasil tambang ke pantai barat Sumatera. Pembangunan rel kereta api pun terus berlanjut di berbagai wilayah.

Tahun 1887-1892, pembangunan kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun tersebut ke Sawahlunto dibangun. Tak lupa, Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (1883). Dari sini, bisnis ekspor batu bara menggunakan kapal uap berkembang.

Mirisnya, tambang Ombilin Sawahlunto ini sempat memperkejakan para tahanan, termasuk tahanan kriminal dan politik. Mereka dikirim dari Jawa dan daerah lain di Sumatera sambil dirantai kaki, tangan, dan lehernya. Dengan keadaan dirantai tersebut, mereka menambang dan dikuras tenaganya oleh Belanda.

Share: Ombilin Sawahlunto, Pertambangan Belanda yang Jadi Warisan Dunia