Isu Terkini

Ngobrol-Ngobrol Sama Caleg Malaysia: “Kami Iri Dengan Demokrasi Indonesia”

Haifa Inayah — Asumsi.co

featured image

Di Pemilu Malaysia ke-14 yang jatuh pada hari ini (9 Mei), ada dua kelompok koalisi yang memperebutkan 222 total kursi di parlemen. Koalisi pertama adalah koalisi pemerintah yang dinamai Barisan Nasional dan beranggotakan 13 partai koalisi dan dipimpin oleh Partai UMNO (United Malays National Organization). BN mengusung Najib Razak untuk menjabat sebagai perdana menteri untuk yang ketiga kalinya. Sedangkan lawannya adalah koalisi oposisi yang bernama Pakatan Harapan yang beranggotakan empat partai dan diketuai oleh Wan Azizah Wan Ismail, istri dari Anwar Ibrahim yang merupakan tokoh oposisi ternama. PH mengusung Mahathir Muhammad, mantan Perdana Menteri Malaysia di era 80-an, yang menjabat selama 22 tahun. Namun waktu itu, Mahathir diusung oleh koalisi BN.

Untuk mengetahui lebih jauh soal pemilu Malaysia dan bagaimana peran anak mudanya dalam politik, ASUMSI ngobrol-ngobrol sama seorang politisi muda perempuan yang bernama Young Syafura Othman (28 tahun), anggota partai DAP (Democratic Action Party) yang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari wilayah Ketari, Pahang, Malaysia. DAP tergabung dalam koalisi oposisi Pakatan Harapan (PH) yang mengusung Mahathir Muhammad sebagai perdana menteri.

Nama Syafura menjadi kontroversi dalam beberapa waktu terakhir di Malaysia karena meskipun beretnis Melayu dan merupakan seorang muslimah berhijab, Syafura lebih memilih untuk bergabung dengan partai DAP yang mayoritas anggotanya berasal dari etnis Tionghoa. Syafura bahkan disebut sebagai satu-satunya etnis Melayu yang maju dari partai tersebut. Nah, ASUMSI kemudian ngobrol-ngobrol sama Syafura soal hal-hal yang mempengaruhnya untuk masuk politik dan mengapa pilihannya jatuh pada DAP. Yuk simak percakapannya di  berikut ini!

Syefura saat menghadiri acara kampanye "Jelajah Wanita DAP". Sumber foto: Facebook
Syefura saat menghadiri acara kampanye “Jelajah Wanita DAP” Sumber foto: Facebook Young Syefura Othman

Asumsi: Dari sekian banyak partai di Malaysia, mengapa pilihan Syafura jatuh ke DAP?

Syafura: Menurut pandanganku, DAP adalah partai yang benar-benar berjuang untuk rakyat. Dan aku juga setuju dengan ideologi DAP, yaitu berjuang untuk keadilan, kesetaraan dan solidaritas.

A: Tapikan kamu berhijab dan bisa jadi satu-satunya anggota partai yang beretnis Melayu, pernah merasa didiskriminasi, enggak?

S: Enggak kok. Agama dan etnis tidak jadi masalah di DAP. Kami justru sangat menghargai satu sama lain, dan aku malah lebih dihargai karena pake jilbab.

A: Tujuan kamu ikut politik apa sih?

S: Aku pengin menolong orang-orang yang selama ini tersisih dari pembangunan. Aku kan sebelumnya kerja di lembaga amal dan NGO, di situ aku sadar bahwa untuk melakukan perubahan, salah satu caranya adalah politik. Politik yang baik bakal menolong banyak orang.

A: Barisan Nasional kan udah 20 tahunan lebih nih di pemerintahan, menurutmu pemilu kali ini PH bisa menang enggak?

S: Aku yakin bisa. Aku yakin warga Malaysia udah pengin perubahan, dan ini waktu yang tepat untuk melakukan perubahan itu.

A: Menurutmu, kualitas demokrasi Malaysia itu gimana sih?

S: Demokrasi itu lebih dari sekedar nyoblos. Dalam lima tahun terakhir, demokrasi di Malaysia terancam karena banyaknya Undang-Undang yang melanggar hak asasi. Buat aku sih, independensi berbagai lembaga di Malaysia juga patut dipertanyakan. Karena itulah, agenda utama Pakatan Harapan adalah untuk mereformasi institusi-institusi penting di Malaysia.

A: Malaysia dan Indonesia sangat dekat baik dari latar belakang sejarah maupun latar belakang kebudayaannya. Reformasi di Indonesia udah berlangsung sejak 20 tahun yang lalu, kalau di Malaysia gimana?

S: Menurutku sih orang Malaysia iri sama orang Indonesia. Tapi enggak cuma Indonesia ya, kita juga suka membandingkan dengan negara-negara lain, makanya harapan untuk perubahan di sini jadi makin kuat.

A: Mahathir Muhammad adalah sosok yang dulu dikenal sebagai “tokoh kuat di Asia Tenggara”, barengan sama Soeharto dan Lee Kuan Yew. Sekarang dia justru jadi pemimpin partai oposisi dan mendorong munculnya pemerintahan baru. Gimana pandanganmu atas hal ini?

S: Pemilu kali ini adalah harapan terakhir buat Malaysia untuk membuat perubahan. Dengan situasi yang makin buruk saat ini, semua orang pengin perubahan. Saya yakin PH itu beda dari BN. Di koalisi kami, masing-masing partai punya hak yang sama untuk mengatur arah koalisi, enggak ada yang terlalu mendominasi. Jadi aku sih nyaman dengan model “balance of power” kayak gini.

Share: Ngobrol-Ngobrol Sama Caleg Malaysia: “Kami Iri Dengan Demokrasi Indonesia”