Siapa di sini yang suka minum Es Kepal Milo? Tapi kamu tahu enggak, sih, kalau ternyata sekarang kebanyakan penjual Es Kepal Milo malah enggak menggunakan susu bubuk Milo sebagai bahan dasarnya, lho?
Nestle, perusahaan induk Milo, mengatakan, mereka tidak terafiliasi dengan produk-produk Es Kepal Milo yang ramai di pasaran sekarang ini.
“Sebagai informasi, Milo tidak berafiliasi dengan kegiatan usaha Es Kepal Milo,” kata Sahabat Nestle melalui e-mail kepada Asumsi, pada 14 Mei.
Sahabat Nestle, sebagai wadah berbagi informasi dari produk-produk perusahaan asal Swiss itu, menyatakan pihaknya tidak melakukan kerjasama apapun dengan para penjual Es Kepal Milo yang viral itu.
Tapi bukan itu alasan para pedagang Es Kepal Milo enggak memakai susu bubuk Milo dalam produknya sebagai bahan utama.
Baca juga: Es Kepal Milo: Dari Malaysia ke Yogyakarta, Jadi Viral Tanpa Susu Milo
Alfa, seorang pemilik gerai Es Kepal Milo di Kalisari, Jakarta Timur, lebih menggunakan bubuk cokelat tanpa merk yang bisa ia beli lebih murah sebagai bahan dasarnya. Menurutnya, satu sachet susu bubuk Milo berukuran 18 gram saja harganya bisa mencapai Rp1.500.
Ketika Asumsi mengunjungi gerainya, terlihat Alfa menuangkan cokelat kental tanpa merk dari sebuah container. “Yang jelas pakai cokelat,” kata Alfa singkat ketika ditanya kenapa tidak menggunakan susu bubuk Milo.
Jika segelas kecil Es Kepal Milo dihargai Rp5 ribu, menurutnya, untung yang ia dapatkan sebagai penjual menjadi sedikit.
Meski demikian, Milo tetap dijadikan sebagai nama produk yang kekinian itu, mengikuti sejarah awal penjualan Es Kepal Milo dari Malaysia dan Yogyakarta.
Namun, jika ditelaah, sebenarnya penggunaan nama Milo dalam Es Kepal Milo menjadi keuntungan bagi Nestle. Perusahaan induk susu Milo semakin terpacu untuk membuat gagasan-gagasan atau strategi lain agar produknya semakin dekat dengan konsumen, terutama di Indonesia.
Meski sejumlah pedagang Es Kepal Milo di pinggir jalan sudah tidak lagi menggunakan susu bubuk Milo, namun brand image susu Milo sudah terpatri di benak para pelanggan. Jika mereka berniat untuk membuat es kepal versi mereka sendiri di rumah, salah satu bahan yang dibutuhkan adalah … ya, apalagi kalau bukan Milo.
Dari sini kita bisa melihat kekuatan media sosial, khususnya di Tanah Air, yang bisa memberi keuntungan bagi brand yang sebenarnya tidak melakukan apa-apa tapi memanfaatkan keuntungan dari budaya konsumtif masyarakat Indonesia.
Setelah gaung Es Kepal Milo ini berakhir suatu saat nanti, kira-kira, minuman apa lagi ya yang menurutmu akan viral?