Sejarah

Napak Tilas 157 Tahun Kereta Api RI, Dari Proyek Penjajah sampai Jadi Lifestyle

Ilham — Asumsi.co

featured image
Humas PT. KAI

Industri kereta api Indonesia butuh waktu 157 tahun untuk bisa nyaman seperti saat ini. Mungkin masih segar dalam ingatan saat cuitan @rindu menjadi viral usai menyebut ada warga negara asing (WNA) asal India yang memuji kualitas KA Argo Anggrek.  

Jika dilihat lagi, pembangunan transportasi kereta api Indonesia dimulai pada 17 Juni 1864. Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele melakukan pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen. Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.

Mengutip situs KAI, Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Baca Juga: Kondisinya Memburuk, Ini Sejarah Maskapai Garuda Indonesia | Asumsi 

Pembangunan yang dimulai oleh Belanda ini harus berhenti di tahun 1942. Tepatnya saat Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).

Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.

Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 .

Lahirnya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia

Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).

Berdasarkan perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.

Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air. Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Bentuk kereta api tentu belum sebersih sekarang, potret penumpang kereta api di Indonesia di tahun 70 masih semrawut. Mulai dari penumpang yang bisa duduk di atap kereta, pedagang asongan yang membuat jalanan di dalam gerbong mejadi sesak.

Puncak dari semrawutnya sistem kereta api di Indonesia adalah terjadinya tragedi tabrakan pada tahun 1987. Kecelakaan itu bahkan menjadi sejarah terburuk dalam perjalanan kereta api di Indonesia. Orang-orang menyebutnya Tragedi Bintaro I. Berdasarkan catatan Harian Kompas, lebih dari 156 orang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Tak habis sampai di sana, enam tahun setelahnya, dua KRL bertabrakan di daerah Ratu Jaya Depok dan menyebabkan 20 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainnya mengalami luka-luka akibat kecelakaan ini.

Baca Juga: Indonesia Berduka Atas Gugurnya Prajurit Hiu Kencana, Ini Keistimewaan Mereka | Asumsi

Sistem yang amburadul membuat pemerintah mulai berbenah. Deretan tragedi tersebut mulai dibenahi pada tahun 2007. Menteri BUMN kala itu, Sofyan Djalil, menunjuk Ignasius Djonan untuk membenahi perkeretaapian Indonesia.

Mulai dari sana, Tidak hanya kualitas sarana dan prasarana, tetapi juga kualitas pelayanan yang rendah, kereta yang sudah uzur, hingga berimbas pada kinerja keuangan PT Kereta Api Indonesia sendiri. Dari tahun 2007, KAI merugi mencapai Rp 38,6 Miliar dan tahun 2008 mencapai Rp 82,6 miliar.

Dari modal itu, Djonan meningkatkan gaji pegawai, mindset hingga mengambil lulusan dari orang-orang dunia bisnis dengan latar belakang pelayanan yang bagus. Ia juga merekrut ahli IT dan bekerjasama dengan BUMN lain yaitu PT Telkom untuk menghemat dana.

Begitu juga Infrastruktur perkeretaapian juga dibenahi. Stasiun dibuat steril dan menggunakan gate elektronik. PT Kereta Commuterline Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT KAI mengalami peningkatan cukup pesat. Selain sarana dan prasarana, perbaikan SDM juga dilakukan.

Pada masa itu Djonan jadi selebriti, bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla memberikan apresiasi kinerja kepada Djonan.

“Pak Jonan ini yang mengubah kereta api dari yang berdesak-desakan menjadi sekarang ini nyaman,” katanya dilansir Detik.

Kirim 1200 Karyawan ke China

Pelatihan demi pelatihan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan termasuk memberikan wawasan dan pelatihan pada karyawan dengan mengirimkan 1200 orang karyawan ke China.

“Sebanyak 1.200 pasti akan dikirim sampai akhir tahun, sehingga dari 25 pegawai ada satu pernah ke luar, bisa sharing dengan temannya. Jadi nggak mungkin dikirim semua,” katanya dilansir detik.com.

Hingga saat ini, kualitas dan layanan kereta api Indonesia sudah jauh lebih baik. Sudah banyak fasilitas dan jenis kereta yang bisa dipilih, mulai dari ekonomi, premium, eksekutif sampai kelas super mewah yang ditawarkan lewat KA Luxury Sleepers.

KA saat ini sudah menjadi gaya hidup, transportasi yang menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang menyukai perjalanan aman dan nyaman.

Share: Napak Tilas 157 Tahun Kereta Api RI, Dari Proyek Penjajah sampai Jadi Lifestyle