Kemewahan yang ditampilkan dalam film Crazy Rich Asian mungkin membuat kita menilai kalau anak-anak muda dari keluarga kaya raya dapat menghaburkan uang berapapun demi kesenangan pribadi. Menjadi kaya dan berfoya-foya seperti menjadi sebuah satu kesatuan. Namun, baiknya kesamaan pemikiran seperti itu perlu dipatahkan.
Hal itu karena publik juga perlu tahu, bahwa menjadi kaya bukan berarti tidak peduli dengan orang-orang yang kehidupannya tidak seberuntung mereka. Adalah gadis beruia 29 tahun bernama Priska Ponggawa, yang mencetuskan ide untuk membantu masyarakat di pedalaman yang masih sulit mendapatkan air bersih. Priska sendiri saat ini adalah anak dari salah satu pemilik firma hukum ternama di Jakarta. Selain itu, ia juga merupakan seorang konsultan strategi dan kinerja di bidang keuangan, di mana dirinya bekerja di Gojek, salah satu perusahaan start up besar bidang transportasi online. Memulai kegiatan sosialnya, ia bersama teman-temannya, termasuk kakaknya, membuat sebuah kegiatan sosial yang saat ini terfokus untuk membantu masyarakat di Indonesia Timur.
Waterhouse Project, itulah organisasi yang ia inisiasikan bersama teman-temannya. Waterhous Project adalah sebuah organisasi non-profit dengan misinya membuka akses air bersih di berbagai wilayah Indonesia. Kebutuhan akan air bersih mungkin untuk sebagian masyarakat Pulau Jawa, khususnya di Jakarta mungkin menjadi suatu yang remeh. Sebab memang di beberapa wilayah di Indonesia, ketersediaan air begitu melimpah ruah. Berkat kondisi tanah, kecanggihan teknologi, dan deretan perusahaan air yang membuat orang dengan sangat mudah menikmati manfaat air.
Tapi, Priska dan kawan-kawannya menyadari bahwa tak semua wilayah di Indonesia memiliki kesamaan geografis. Perempuan lulusan Universitas California Los Angeles jurusan matematika terapan itu juga sadar, tak semua masyarakat di Indonesia seberentung anak-anak yang tinggal di ibukota.
Bagi warga yang hidup di bawah garis kemiskinan di negara berkembang seperti Indonesia, air merupakan suatu yang sangat penting bagi aspek kehidupan mereka. Bukan hanya untuk minum, mandi, dan mencuci baju saja, tapi air juga dibutuhkan untuk kegiatan pertanian. Sayanggnya, lebih dari 100 juta orang di Indonesia masih kekurangan akses ke air bersih.
“Yang namanya susah air itu susah banget. Itu bener-bener harus setiap hari ibu-ibu dan anak-anak, bolak balik 3-4 jam untuk ngambil air. Sementara bapak-bapaknya kebanyakan judi,” kata Priska di Bunga Rampai Jakarta Pusat, dilansir dari Detik.com.
Maka dari itu, Waterhouse Project lahir untuk memberikan perubahan, dimulai dari desa Napu dan Pambutanjara, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Ia bersama kakaknya Thanya Ponggawa, dan teman-temannya dengan misi yang sama, seperti Angelina Cindy dan Eunice Salim berusaha menjalin kerja sama dengan pemerintah lokal, komunitas, dan individu atau organisasi untuk membantu program yang mereka buat.
A post shared by Water House Indonesia (@waterhouse_project) on Aug 12, 2018 at 11:29pm PDT
Tak hanya air, Waterhouse juga mendukung gerakan air ditambah cahaya akan menjadi sebuah kehidupan, atau kamapnye Water + Light = Life. Mereka mengadakan makan malam amal sekaligus lelang seni yang berhasil mengumpulkan donasi dengan total Rp 278.300.000 pada 2016 lalu.
Tentu saja, uang itu bukan untuk berfoya-foya tapi mereka berikan kepada masyarakat Sumba Timur, dengan membuat 100 lampu tenaga surya. Sekaligus menjadi awal mula membangun pompa air bertenaga surya, di mana kedua hal itu menjadi kebutuhan dasar masyarakat Sumba.
Saat itu, semua sumber telah mengering, masyarakat terpaksa membeli air beberapa kali seminggu. Harga satu tangki penuh air adalah sekitar Rp 250.000 untuk persediaan bertahan selama sekitar 2 minggu, sedangkan pendapatan rata-rata per orang di daerah itu tidak lebih dari Rp 1.000.000 per bulan. Jadi bisa disimpulkan, bahwa setengah dari pengasilan mereka sebulan digunakan hanya untuk membeli air saja.
Tapi, seperti yang bisa kita lihat di akun Instagram milik Waterhouse Project, Desa Pambotanjara, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur kini telah memiliki sumber air lebih dekat dan aksesnya yang lebih mudah. Mereka pun bisa mengajak para aktor film seperti Dian Sastro, Nicholas Saputra, dan lainnya untuk ikut memberikan donasi, demi membantu sesama.
Jadi, kaya tak berarti selalu berfoya-foya, kan?