Isu Terkini

Misteri Hilangnya Tiket AirAsia dari Agen Travel Online, Ada Masalah atau Sekedar Siasat?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Kasus hilangnya tiket AirAsia di Online Travel Agencies (OTA) Indonesia terus menjadi perhatian. Tak hanya di Traveloka dan Tiket.Com, laporan terbaru menyebutkan tiket maskapai penerbangan asal Malaysia tersebut juga hilang di 15 agen travel online dan offline di Indonesia. Tiga di antaranya yaitu Panorama Group, Golden Rama Tours & Travel, dan Wita Tour.

AirAsia sendiri telah mengonfirmasi tentang ketiadaan tiket pesawatnya di sejumlah OTA. CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengungkapkan bahwa pihaknya memang sengaja mencabut kerja sama penjualan tiket. Hal itu bermula karena tiketnya dua kali hilang di Traveloka, yakni pada 14-17 Februari dan mulai lagi di 2 Maret 2019.

Mereka makin geram, ketika ada seorang konsumen yang bertanya ke media sosial milik Traveloka soal persediaan tiket AirAsia, namun justru diarahkan untuk menggunakan pilihan maskapai lain yang tersedia. “Ini tidak menunjukkan itikad baik dan mencederai hubungan bisnis antara AirAsia dan Traveloka,” ujar Dendy.

Meskipun nyatanya, tiket AirAsia tak cuma raib di Traveloka, tapi agen travel online lain seperti Tiket.com, Pergi.com, dan Pegipegi yang kini telah diakuisisi Traveloka. Agen-agen itu sampai saat ini bungkam soal menghilangnya tiket AirAsia di aplikasi mereka.

Ketiadaan tiket AirAsia di sejumlah agen travel online memunculkan dugaan ada persaingan yang tidak sehat dalam bisnis maskapai. Apalagi, bisnis ini dimonopoli oleh dua maskapai besar, yakni Garuda Indonesia dan Lion Air.

“Kompetisi seharusnya bebas dan adil sehingga konsumen dapat diuntungkan dengan adanya penawaran yang lebih baik. Jangan sampai monopoli membunuh kompetisi, dan membuat traveler menjadi dirugikan,” ucap Dendy.

Meskipun ada dugaan monopoli bisnis, AirAsia sendiri enggan melaporkan kasusnya kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Direktur Niaga AirAsia Rifai Taberi mengatakan kalau AirAsia saat ini hanya ingin fokus menjalankan bisnisnya sendiri. Meskipun, jika nantinya KPPU ingin meminta keterangan, Rifai menegaskan, bahwa dirinya bersedia melakukan kerja sama.

“Kami sampai sekarang belum dipanggil. Kami juga tidak akan melaporkan, karena memang KPPU berhak untuk melakukan investigasi atas laporan masyarakat. Kalau nanti kami dipanggil, kami siap untuk bekerja sama. Tapi AirAsia tidak akan melaporkan. Yang kami pikirkan adalah supaya produk kami benar, penumpang senang, dan flight jangan di-delay,” ungkap Rifai dilansir dari Kumparan.com pada 18 Maret 2019.

Anjuran Lapor ke KPPU dan Sanggahan dari Menhub Soal Monopoli Tiket Maskapai Online

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta kepada manajemen AirAsia untuk melapor secara langsung soal dugaan persaingan usaha tidak sehat seperti yang mereka maksud. KPPU juga memberi peringatan kepada AirAsia agar tidak bermain wacana di ranah publik. Dugaan intervensi oleh pesaing atau kompetitor kepada agen perjalanan online membutuhkan bukti yang nyata.

“Kami minta kepada pihak AirAsia agar tidak bermain wacana pada ranah publik jika ada dugaan pelanggaran, maka laporkan ke KPPU. Jika memang pengakuannya ada intervensi dan itu bentuk persaingan usaha tidak sehat, maka laporkan,” ujar Komisioner KPPU Guntur Syahputra Saragih.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi bahkan tak percaya dengan dugaan tekanan maskapai penerbangan lain yang menyebabkan AirAsia putus hubungan dengan Traveloka. Apalagi ada kredibilitas yang harus dipetaruhkan jika memang Traveloka bersedia disetir.

“Kalau menurut saya ini kan business to business, nggak mungkin satu lembaga seperti Traveloka itu mau ditekan oleh pihak lain, itu kan kredibilitas, dia punya bisnis yang lain. Menurut saya demikian,” kata Budi Karya di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2019.

“Kalau saya melihat bisnis to bisnis nggak mungkin Traveloka melakukan itu, dia akan jatuh kredibilitasnya.”

Siasat Biar Hemat

Kabar soal adanya usaha monopoli dari pihak maskapai lain untuk menjatuhkan AirAsia berawal dari salah satu media travel global, Skift, yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS). Dalam artikel itu disebutkan, maskapai yang diduga melakukan intervensi penjualan tiket pesawat AirAsia adalah Garuda Indonesia dan Lion Air. Diduga kedua maskapai menaikkan harga tiket karena harga avtur naik, tapi AirAsia tidak ikut.

Tapi, menurut Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati tidaklah masuk akal dugaan soal monopoli tersebut. Arista menilai bahwa ketiadaan tiket penerbangan AirAsia di sejumlah agen travel online lebih karena faktor internal perusahaan sendiri. “Kurang masuk akal kalau agen travel online ditekan oleh maskapai besar. Justru lebih masuk akal, AirAsia Indonesia sedang berhemat dengan menjual sendiri lantaran tidak punya uang,” kata Arista.

Kinerja keuangan AirAsia pada tahun lalu memang cukup runyam. Sepanjang 2018, maskapai yang memiliki slogan ‘Now Everyone Can Fly’ ini membukukan rugi usaha senilai Rp998 miliar, sedangkan laba yang berhasil diraup sebelumnya hanya sebesar Rp348 miliar. Hal ini terjadi karena beban usaha lebih tinggi ketimbang penjualan, belum lagi ada pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS, ditambah dengan meningkatnya harga bahan bakar pesawat yang signifikan.

Kerugian tentu berbahaya bagi operasional maskapai ke depannya. Hal ini mengakibatkan maskapai mau tak mau harus berutang. Tak heran, AirAsia baru-baru ini menerbitkan surat utang senilai US$80 juta atau setara dengan Rp1,17 triliun.

Cara AirAsia yang mencabut kerja sama dengan agen travel online bisa saja menjadi cara untuk menutupi kerugian tersebut. Sebab menjual tiket pesawat melalui agen travel online tidaklah gratis. Menurut Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), umumnya agen travel online mendapatkan komisi dari maskapai dengan besaran kisaran 3-5 persen dari total penjualan.

Di AirAsia, kontribusi penjualan tiket melalui agen travel online mencapai 20 persen dari total penjualan.  Jasi semisal kontribusi dari penjualan tiket dari agen travel online sebesar Rp820 miliar, maka pihak maskapai harus emberikan komisi 3-5 persen kepada agen travel online, yakni Rp25,5 miliar hingga Rp42,5 miliar. Ini artinya Air Asia memang sangat memungkinkan untuk melakukan penghemtan hingga puluhan miliar Rupiah hanya dalam satu agen travel online saja.

Share: Misteri Hilangnya Tiket AirAsia dari Agen Travel Online, Ada Masalah atau Sekedar Siasat?