Isu Terkini

Minuman Keras buat Apa? Buat Cuci Tangan, Dong!

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Dalam kondisi serba kekurangan, seorang pandir hanya akan melihat rintangan dan marabahaya. Sebaliknya, manusia yang arif akan melihat peluang dalam setiap tikungan. Kami yakin sepenuhnya bahwa Polda Gorontalo tidak termasuk dalam golongan orang-orang merugi. Sebab, dalam langkah jenius yang tak terpikirkan bahkan oleh WHO sekalipun, mereka akan menyulap ribuan liter miras sitaan menjadi hand sanitizer dan disinfektan.

Rencana mulia ini diumumkan oleh Kapolda Gorontalo, Inspektur Jenderal Adnas, dalam jumpa pers pada Rabu (22/7). Kepada segenap handai taulan yang terpana, ia menyampaikan bahwa Polda Gorontalo tengah bekerja sama dengan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Gorontalo untuk memproduksi 10 ribu botol pembersih tangan berbahan dasar miras sitaan. Tak main-main, miras yang dimaksud adalah miras jenis Cap Tikus, salah satu air jahat paling populer di Sulawesi.

Secara bersamaan, Inspektur Jenderal Adnas menyatakan bahwa aparat di Gorontalo akan mengadakan “razia di pasar, pusat keramaian, dan jalanan”. Di sana, aparat akan melakukan sosialisasi tentang protokol kesehatan, membagikan masker gratis, dan hand sanitizer berbahan dasar Cap Tikus tersebut. “Mudah-mudahan ini bisa mengurangi penyebaran COVID-19 di Gorontalo,” ucap Inspektur Jenderal Adnas.

Gagasan ini telah digodok sejak April 2020, saat Gorontalo mulai kelimpungan menghadapi luapan kasus COVID-19 dan mengalami kelangkaan hand sanitizer berbahan dasar alkohol. Kesempitan berujung kesempatan, otak-otak encer di BPOM Gorontalo bereksperimen menyulap miras Cap Tikus menjadi disinfektan.

Menurut Kepala BPOM Gorontalo, Yudi Noviandi, pihaknya menyuling Cap Tikus dengan suhu 70 derajat celcius. Proses tersebut kemudian menghasilkan uap panas, yang didinginkan dan menjadi cairan dengan kandungan alkohol 77 persen. Kemudian, alkohol murni tersebut dicampur dengan Glycerol serta Hidrogen Peroksida untuk jadi cairan pembersih tangan.

Tak jauh dari Gorontalo, sejumlah orang di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado juga mengadakan percobaan serupa. Peneliti dari jurusan Fisika dan Kimia Unsrat sukses memproduksi disinfektan serta hand sanitizer berbahan dasar Cap Tikus. Malah, desinfektan miras racikan mereka lebih tokcer lagi, sebab menghasilkan alkohol jenis ethanol dengan kadar 85-90 persen.

Tahapannya memang kompleks, tapi tidak begitu menyulitkan. Yang jadi persoalan adalah memperoleh bahan baku Cap Tikus dengan jumlah memadai. Sebab, BPOM Gorontalo mendapati bahwa 100 liter miras Cap Tikus hanya bisa menghasilkan 20 liter alkohol murni. Artinya, bila mereka ingin hand sanitizer alternatif ini menyudahi krisis disinfektan di masyarakat, mereka butuh miras dengan jumlah lebih banyak. Jauh, jauh lebih banyak.

Di sinilah Polda Gorontalo turun gunung. Tak lama setelah terobosan BPOM, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie membocorkan bahwa ia tengah menjembatani negosiasi antara BPOM dengan kepolisian. Polda Gorontalo akan menghibahkan tumpukan Cap Tikus yang telah mereka sita dan mendekam begitu saja di ruang barang bukti.

Langkah untuk meloloskan kerjasama gemilang tersebut tak mudah. Gubernur Rusli mengaku ia mesti berbincang dulu dengan Kapolda Gorontalo dan Kejaksaan Tinggi supaya Cap Tikus tersebut dihapuskan sebagai barang bukti. “Ada prosesnya, tidak sembarangan,” ujar Rusli. “Karena ini ada berita acaranya dan lain-lain untuk mengambil,”

Pada 24 Juni 2020, muncul titik terang dalam upaya mewujudkan cita-cita ini. Dalam dialog bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur Rusli dengan bangga memamerkan sampel hand sanitizer berbahan dasar Cap Tikus.

Dengan raut wajah bungah dan disambut decak kagum, Gubernur Rusli pun mengumumkan bahwa hand sanitizer berbahan dasar miras tersebut kini telah memiliki julukan: hand sanitizer Sophie. Sebuah nama yang lembut, gemulai, dan memancarkan aura kemegahan.

Dalam acara yang sama, Gubernur Rusli mengelu-elukan Sophie sebagai solusi alternatif untuk menyiasati kelangkaan hand sanitizer dan disinfektan di Gorontalo. Bahkan, ia mengimbau kepolisian untuk tak lagi menyita miras Cap Tikus hanya buat memusnahkannya.

Kini, seiring dengan pernyataan resmi dari Kapolda Gorontalo, trisula maut Pemprov Gorontalo-Polda Gorontalo-BPOM Gorontalo siap untuk memproduksi Sophie dalam jumlah yang lebih besar.

Tak hanya Gorontalo yang menyiasati kelangkaan hand sanitizer dan disinfektan dengan mengolah minuman keras lokal. Maret 2020 lalu, Bupati Banyumas Achmad Husein berencana memproduksi hand sanitizer berbahan dasar arak lokal atau ciu Banyumas.

“Daripada dibuat untuk mabuk-mabukan,” celoteh Bupati Husein, saat ditanyai media. Pemkot Banyumas pun berkelana hingga Desa Wlahar, Kecamatan Wangon, dan wilayah-wilayah lain yang juga dikenal sebagai produsen ciu.

Serupa dengan Cap Tikus di Sulawesi, ciu disuling menjadi alkohol murni, kemudian diramu dengan Gliserin dan Hidrogen Peroksida. Tak main-main, hand sanitizer ciu tersebut telah diproduksi dengan jumlah ribuan unit dan dibagi-bagikan secara gratis di jalanan protokol Kabupaten Banyumas.

Serupa tapi tak sama, baru-baru ini Gubernur Bali I Wayan Koster pun mengelu-elukan potensi miras lokal di daerahnya dalam menumpas pandemi COVID-19. Ia bersikeras bahwa terapi dengan arak Bali efektif menyembuhkan pasien COVID-19 yang tak menunjukkan gejala atau asimptomatik.

Gubernur Koster mengaku terapi tersebut telah diujicobakan kepada ratusan pasien positif COVID-19 yang terkapar di sejumlah tempat karantina di Bali. Bahkan, ia mengklaim 80 persen pasien langsung sembuh. Semakin sensasional lagi, Gubernur Koster membeberkan bahwa ia sendiri gemar menjajal terapi tersebut.

“Saya tiap hari pakai (ramuan) ini,” ucapnya, pada Rabu (20/7). “Hirup-hirup sebelum tidur. Enak dia, bagus sekali.”

Per 23 Juli 2020, Indonesia mencatat 1.906 kasus baru positif COVID-19 dalam sehari. Sekarang ada total 93.657 kasus di seluruh Indonesia, dengan rincian 4.576 orang meninggal dunia dan 52.164 pasien dinyatakan sembuh.

Share: Minuman Keras buat Apa? Buat Cuci Tangan, Dong!