Politik

Menuju Gelar Profesor Kehormatan, Paper Milik Megawati tentang Kepemimpinannya Beredar

Citra — Asumsi.co

featured image
Instagram @presidenmegawati

Presiden kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, akan mendapatkan gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Pertahanan RI (Unhan). Pengukuhan gelar tersebut akan dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik, Fakultas Strategi Pertahanan, Unhan.

Rencananya, Sidang Senat Terbuka akan dilaksanakan pada Jumat, 11 Juni 2021, pukul 13.00 WIB, di Kampus Bela Negara, IPSC, Sentul, Bogor.

Yang menarik, berdasarkan unggahan akun Instagram @unhan_ri, Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan menghadiri pengukuhan gelar tersebut. Masyarakat juga bisa menyaksikan via virtual, yakni melalui Zoom.

Namun demikian, menjelang pengukuhan gelar baru Megawati, beredar sebuah paper atau makalah ilmiah yang ditulis oleh Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut. Paper itu berjudul “Kepemimpinan Presiden Megawati pada Era Krisis Multidimensi, 2001-2004”, dan terbit di Jurnal Pertahanan & Bela Negara, Volume 11 Nomor 1, Edisi April 2021. Nama penulis makalah, yaitu Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, yang sama dengan nama panjang Megawati.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengonfirmasi bahwa makalah itu ditulis oleh Megawati. Dilansir dari Kumparan, Hasto menyebutkan bila makalah itu merupakan salah satu syarat yang harus disampaikan ke Unhan untuk mendapat gelar profesor.

Secara ringkas, makalah tersebut menjabarkan berbagai macam krisis multidimensi yang terjadi dalam sejarah Indonesia. Penelitian itu menganalisis hubungan antara krisis multidimensi dan kepemimpinan presiden Republik Indonesia selama 2001-2004, yang tak lain adalah Megawati. Dengan menggunakan kerangka teori Byman dan Pollack (2001) sebagai pisau analisis, makalah tersebut menerangkan keberhasilan Megawati Soekarnoputri di lima bidang saat menjabat sebagai presiden, yakni ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lingkungan.

Membedah Keberhasilan Megawati dalam Paper

Makalah tersebut menjabarkan keberhasilan-keberhasilan pemerintahan Megawati yang menjadi pencapaian terbesarnya selama menjabat sebagai presiden. Dalam bidang ekonomi, krisis ekonomi terselesaikan melalui berbagai upaya perundingan, diplomasi, dan kebijakan pembangunan ekonomi berkualitas dan berkelanjutan. Pemerintahan Megawati dianggap berperan besar dalam menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi yang terdesentralisasi.

Dalam bidang politik, pemerintahan Megawati menyelesaikan krisis politik, baik di dalam maupun luar negeri. Hal tersebut diselesaikan melalui berbagai kebijakan politik dan diplomasi sesuai amanat UUD 1945. Sehingga disebutnya bahwa sistem politik lebih demokratis.

Perihal sosial, konflik masyarakat etnik dan agama diselesaikan melalui berbagai perundingan damai dan kesepakatan bersama sehingga situasi sosial antar etnis menjadi lebih kondusif. Sementara itu, dalam bidang lingkungan, pengesahan kebijakan pemerintah dan pembentukan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) telah menyelesaikan konflik lingkungan yang terjadi selama 2001-2004. Tata kelola lingkungan pun disebut lebih baik di era itu.

Terakhir, yakni dalam bidang pertahanan dan keamanan, konflik diselesaikan melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan kebijakan penyejahteraan prajurit TNI/Polri. Dengan demikian, pemerintahan era Megawati disebut memiliki kapasitas pertahanan yang kompeten.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri adalah faktor yang menentukan keberhasilan Indonesia untuk keluar dari krisis multidimensional melalui kapasitasnya sebagai pemimpin negara yang mampu berperan dalam pengambilan kebijakan di level domestik sekaligus menjadi representasi negara di lingkungan internasional,” ungkap penulis dalam makalah.

Kepada Asumsi, pengamat politik dari Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio, menilai, dari segi akademis, penulisan makalah ilmiah bermetode autoetnografi atau berdasarkan pengalaman pribadi tidak masalah. Namun, kaidah-kaidah ilmiah lainnya harus dipenuhi.

“Misalnya, sumber informasi, sumber data, bukti data, mesti dilihat dan diperbaiki, atau minimal mesti di-review lebih dalam lagi,” kata Hendri.

Yang paling penting, menurut Hendri, jangan sampai penulisan paper tersebut ditoleransi karena ada kepentingan politik. Hendri menekankan, jangan sampai kepentingan politik masuk ke dunia akademik.

“Ya, mudah-mudahan saja itu semua sudah dilalui dan memang paper itu paper terbaik yang bisa dihasilkan Bu Mega, dan Bu Mega bisa mengeluarkan atau memberikan kontribusi yang kuat untuk pendidikan di Indonesia. Walaupun kalau saya tidak salah, ini baru pertama kali Profesor Kehormatan atau Profesor Tidak Tetap,” ujar Hendri.

Share: Menuju Gelar Profesor Kehormatan, Paper Milik Megawati tentang Kepemimpinannya Beredar