Isu Terkini

Mengungkap Nama Besar di Balik “si Macan Kemayoran”, Siapa Pemiliknya?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Beberapa waktu lalu, ada netizen yang nyeletuk di Twitter “Persija itu bukan punya Pemda DKI Jakarta, tapi punya Gede Widiade”. Lontaran kalimat itu muncul saat publik tengah ribut-ribut soal insiden Paspampres yang mencegat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Pencegatan itu terjadi sesaat setelah Persija Jakarta meraih gelar juara Piala Presiden 2018 usai mengalahkan Bali United 3-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Sabtu 17 Februari lalu. Anies yang hendak ikut turun bersama Presiden RI, Joko Widodo, untuk menyerahkan trofi, malah dicegat Paspampres.

Muncul perdebatan panjang soal insiden itu. Ada yang bilang kalau Anies adalah tuan rumah dan sudah sepantasnya mendampingi Jokowi menyerahkan trofi ke Persija. Lalu, ada juga yang mengatakan bahwa Anies tak perlu ikut turun karena Pemda DKI bukanlah pemilik Persija.

Oke guys, tapi bukan insiden Paspampres vs Anies yang ingin dibahas kali ini karena masalah itu sudah selesai. Tapi, soal kalimat celetukan menarik dari netizen kalau Persija itu milik Gede Widiade dan bukan punya Pemda DKI.

Gede Widiade Tenar di Mata Publik

Setahun setelah diumumkan sebagai Direktur Utama Persija Jakarta, atau tepat pada Selasa 14 Maret 2017 lalu, nama Gede Widiade hingga hari ini selalu lekat sebagai ‘pemilik’ Persija. Predikat itu sudah jadi rahasia umum, terutama di kalangan The Jakmania.

Betapa tidak, usai diperkenalkan ke publik tahun lalu, nama Gede Widiade –yang disingkat jadi GW– bahkan disandingkan dengan nama Persija menjadi #PersijaGW, sebagai jargon pembaharuan tim yang berjuluk Macan Kemayoran itu. Lantas, jargon itu pun semakin membuat nama Gede populer di kalangan publik.

Ditambah lagi, Gede selalu jadi sosok pertama yang memperkenalkan setiap pemain baru rekrutan Persija ke publik. Gede juga yang mengurus segala urusan operasional Persija dimulai dari menyewa lapangan latihan –lantaran Stadion GBK direnovasi untuk Asian Games 2018–, sponsor, sampai urusan pengadaan bus baru untuk pemain Persija.

Intensitas Gede yang sering tampil ke permukaan dalam mengurusi rumah tangga Persija membuatnya populer di mata publik. Banyak yang menilai kehadiran Gede sudah berhasil menghadirkan pembaharuan sehingga bisa mengambil hati The Jakmania, yang sebelumnya sudah terlanjur patah hati dengan kepemimpinan Ferry Paulus.

Dan satu hal lagi, nama Gede menjadi semakin besar di mata publik lantaran seringnya media memberitakan soal Gede, terutama soal kontribusi pengusaha asal Surabaya itu yang katanya memberikan suntikan dana segar ke tubuh klub yang berdiri pada 28 November 1928 tersebut.

Sekali lagi, berkat jargon #PersijaGW, tindak tanduk kesehariannya dalam mengurusi internal Persija, pemberitaan media, hingga akhirnya Persija juara Piala Presiden 2018, nama Gede semakin terpandang. Publik dan The Jakmania pun tak ragu menyebut Gede sebagai pemilik Persija, ya meski hanya sekedar celetukan di Twitter.

Gede Widiade Bukan Pemilik Persija

Sebenarnya di kalangan awak media yang biasa meliput aktivitas internal Persija, dimulai dari keseharian, sesi latihan, sampai saat pertandingan, Gede Widiade memang diketahui bukan sebagai pemilik Persija. Gede bertindak sebagai sosok profesional dengan jabatannya Direktur Utama.

Hanya saja, lantaran sering muncul ke permukaan, nama Gede pun jadi populer. Publik ataupun The Jakmania tentu tak ingin tau lebih jauh urusan saham Persija dan tetek bengek internal lainnya. Yang mereka tau adalah Gede sudah membuat Persija berubah.

Bahkan, saat acara diskusi di Bukalapak dengan tema “Industri & Profesionalisme Klub Sepak Bola Indonesia”, Gede mengaku bukanlah pemilik saham di Persija dan dirinya hanyalah seorang profesional.

“Di Persija, saya tidak mau beli saham. Karena saya tidak mau mengkhianati orang-orang bola,” kata Gede Widiade saat berbicara di depan audiens dalam acara diskusi yang diselenggarakan Bukalapak, Rabu 20 Desember 2017 lalu.

Masalahnya, pengakuan Gede tersebut sangat kontras dengan citra yang sudah terbangun di mata publik selama ini, bahwa Gede adalah ‘pemilik’ Persija dan pemberi modal. Yang sejauh ini juga jadi pertanyaan adalah, siapa pemilik Persija sebenarnya?

Gede berkali-kali menegaskan bahwa statusnya di Persija hanya sebagai profesional. Seperti dinukil dari Tirto.id, Rabu 7 Maret, Gede mengaku hanya ditunjuk investor untuk mengelola Persija, bukan pemilik saham.

Soal kebenaran pengakuan Gede itu sebenarnya bisa dilihat dari keberadaan akta perusahaan PT Persija Jaya Jakarta termasuk akta perubahan di dalamnya. Intinya, Gede sama sekali tak punya saham di PT Persija Jaya Jakarta tersebut.

Ternyata komposisi kepemilikan saham Persija sudah berubah, bahkan sebulan sebelum Gede diperkenalkan ke publik.

Dalam akta perubahan tertanggal 7 Februari 2017– atau saat berakhirnya masa kepemimpinan Ferry Paulus yang sudah dibangun sejak 27 Oktober 2014 lalu–, saham Ferry berkurang drastis dari 80 persen menjadi 30 persen. Itu artinya Ferry bukan lagi pemilik mayoritas saham Persija.

Pada akta ini, tak ada nama Gede karena memang belum diperkenalkan. Status direktur utama perusahaan masih dipegang oleh orang terdekat Ferry, Asher Imaret Siregar. Nah, kehadiran Gede yang diperkenalkan pada Maret 2017 itulah yang ramai jadi sorotan, terutama soal dana yang dibawa Gede.

Kala itu, Ferry menyebut Gede datang ke Persija dengan membawa uang Rp 30 miliar. Namun, Ferry menjelaskan bahwa uang tersebut sudah dimasukan untuk modal Persija Jakarta.

“Jadi gini, uang sebesar Rp30 miliar akan masuk ke buku Persija untuk dijadikan modal awal dengan jumlah yang sama,” kata Ferry Paulus dikutip dari Jawa Pos, Kamis 16 Maret 2017.

“Nantinya modal tersebut akan dibelanjakan untuk menyelesaikan sebagian utang-utang yang ada dan sisanya untuk perjalanan Persija ke depan,” ujar pengusaha asal Manado tersebut.

Saat itu, Ferry pun mengaku bahwa dirinya memang masih jadi pemegang saham tertinggi di Persija. Akan tetapi saham yang dimilikinya bisa berkurang tergantung beberapa orang yang mau masuk ke Persija.

“Untuk saat ini baru Pak Gede saja. Tunggu saja dahulu ke depannya karena proses kapitalisasi ini akan berjalan hingga satu atau dua tahun ke depan,” ucap Ferry.

Perubahan Struktur Internal Persija Pasca Kedatangan Gede Widiade

Perubahan di internal Persija pun terjadi saat Gede Widiade datang terutama dalam susunan direksi dan komposisi saham di PT Persija Jaya Jakarta. Selain nama Gede, ada beberapa nama lainnya seperti Kokoh Afiat, Andy Soebjakto Molanggato, Budiman A. Dalimunte, dan Reva Dedi Utama.

Kehadiran empat orang tersebut sebagai komisaris otomatis langsung menggeser wajah-wajah lama di bawah kepemimpinan Ferry seperti Asher Imaret Siregar, Gilbert Nahumury, dan Nurbowo Pribadi.

Sesuai perkataan Ferry sebelumnya bahwa kepemilikan sahamnya di Persija bisa berkurang, situasi itu akhirnya terjadi. Besaran saham yang dimiliki Ferry di Persija pun berubah seiring masuknya Gede.

Saham Ferry yang sudah berkurang menjadi 30 persen akhirnya berkurang lagi menjadi 15 persen. Nama Ferry Paulus bahkan tak ada lagi pada akta terakhir PT Persija Jakarta Raya. Menariknya, nama Ferry malah muncul lewat perusahaan bernama PT Persija Jakarta Hebat dengan kepemilikan saham sebesar 15 persen itu.

Kabarnya, Ferry Paulus memberikan 50 persen saham perusahaan kepada anaknya yang masih berusia 23 tahun, Feraldo Axel Paulus. Dalam skema ini, Ferry bisa jadi membentuk PT Persija Jakarta Hebat terlebih dulu untuk membagi saham Persija kepada anaknya.

Kedatangan investor baru juga otomatis membuat kepemilikan saham di Yayasan Persija Muda berkurang. Seperti diketahui, Yayasan Persija Muda — yang menaungi 30 bond-bond anggota Persija pada era perserikatan– memiliki saham sebesar 20 persen .

Nah, hadirnya investor baru ini membuat kepemilikan saham Yayasan Persija Muda berkurang dari 20 persen menjadi 5 persen.

Muncul Nama Joko Driyono di Persija

Berkurangnya saham Ferry Paulus dan Yayasan Persija Muda otomatis membuat investor baru menguasai sebanyak 80 persen saham Persija. Menariknya lagi, investor baru penguasa saham mayoritas Persija itu tak memakai nama personal, namun menamakan diri sebagai PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH), seperti termuat dalam akta PT Persija Jaya Jakarta.

Lalu, dalam akta perusahaan PT JIH tersebut ada tiga nama yakni pelaksana tugas Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, Kokoh Afiat, dan Tigorshalom Boboy.

Sebelumnya, ketiganya nama itu bertengger di dalam struktur PT Liga Indonesia, operator penyelenggara liga. Jokdri sendiri bertugas sebagai CEO, Tigor sebagai sekretaris, dan Kokoh menjabat direktur keuangan PT Liga Indonesia.

Namun, saat ini Jokdri dan Kokoh tak lagi duduk di PT Liga Indonesia. Sementara Tigor masih bertahan dan menjabat sebagai Direktur Operasional PT Liga Indonesia Bersatu.

Kembali lagi ke dalam akta itu PT JIH. Saham PT JIH sendiri hanya dibagi pada dua orang yakni Joko Driyono (95 persen) dan Kokoh Afiat (5 persen), sementara Tigor tak memiliki saham, meski disebut sebagai direktur.

Itu artinya, Jokdri lah sebagai pemilik Persija. Pria berkacamata tersebut memiliki saham sebesar 95 persen di PT JIH dan PT JIH menguasai 80 persen saham Persija.

“Secara legal saya dan Pak Kokoh memang enggak bisa sembunyi (pemilik Persija),” kata Jokdri pada 21 Februari 2018 di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Jokdri sendiri mengungkapkan soal kemunculannya di internal kepemilikan Persija. Ia menjelaskan bahwa kehadirannya di Persija hanya jembatan untuk target lebih besar, yakni bisa menjual saham perdana Persija ke publik dengan mekanisme penawaran umum perdana alias IPO.

“Kami mencanangkan program besar mentransformasi kepemilikan Persija dari centralized ownership menjadi collective ownership – seperti (model) konsorsium. PT JIH itu untuk mengantarkan proses tersebut,” ucap Jokdri.

Hari ini, Rabu 7 Maret, tim Asumsi mencoba menghubungi Jokdri melalui sambungan telepon, namun lewat responsnya, yang bersangkutan menyebut sedang ada acara dan akan menghubungi balik.

Share: Mengungkap Nama Besar di Balik “si Macan Kemayoran”, Siapa Pemiliknya?