Isu Terkini

Menganalisis Kekonyolan Politisasi Lagu Potong Bebek Angsa

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Media sosial selalu memiliki daya tariknya tersendiri, khususnya Twitter dengan segala pembahasan baru yang banyak dimulai dari cuitan seseorang. Perkembangan media sosial ini juga pastinya digunakan banyak orang dan kalangan, termasuk para politikus seperti Fadli Zon. Ya, kalau membicarakan politikus Gerindra satu ini memang enggak pernah ada habisnya.

Cuitannya di Twitter acap kali menjadi kontroversi dan kemudian dibicarakan banyak orang. Yang paling baru dari cuitannya dan dijadikan buah bibir publik adalah twit yang mengandung potongan lirik Potong Bebek Angsa, sebuah lagu yang terkenal di masa kita kecil. Potongan lirik lagu ini menjadi menarik disebabkan adanya kritikan terhadap pemerintah sekarang ini dan ajakan untuk memilih Prabowo-Sandiaga Uno untuk Pilpres mendatang.

POTONG BEBEK ANGSA
MASAK DI KUALI
PILIH NOMOR DUA
PRABOWO DAN SANDI
ADIL MERATA
MAKMUR RAKYATNYA
LALALALALALALALALALALA✌️✌️️— Fadli Zon (@fadlizon) September 22, 2018

Tidak berhenti sampai situ, Fadli Zon juga mengunggah sebuah video yang dibuat oleh sekelompok orang tak dikenal yang menarikan sebuah tarian bernama Goyang Pinguin. Video tersebut diganti dengan lirik lagu Potong Bebek Angsa versi cuitan Fadli.

wah keren “Goyang Bebek Angsa” pic.twitter.com/wMxHvdPMU5— Fadli Zon (@fadlizon) September 21, 2018

Alhasil, makin ramai saja topik ini dibicarakan khalayak luas. Padalah, bisa dilihat adanya kejanggalan-kejanggalan terhadap video tersebut. Apa saja kejanggalan-kejanggalan tersebut?

Tuduhan PKI yang Dilayangkan Tidak Berdasar

Dalam lirik di video tersebut, ada salah satu kalimat yang berbunyi seperti berikut:

“Ternyata mereka lah yang PKI”

Lirik ini merupakan sindiran untuk pemerintah bahwa pemerintah yang sekarang merupakan bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal yang konyol di sini adalah bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ketetapan MPR yang melarang Partai Komunis Indonesia dan penyebaran ideologinya masih berlaku. Presiden Joko Widodo di beberapa kesempatan juga pernah menyatakan bahwa seseorang yang  terduga komunis harus ditangkap sesuai dengan aturan yang berlaku. Dari sini saja, terlihat jelas bahwa ada kekonyolan luar biasa dibalik argumentasi dalam potongan lirik tersebut.

Kemudian, yang lebih konyol lagi adalah bahwa dalam kritik tersebut, dinyatakan Partai Komunis Indonesia menjadi penyokong dari Presiden Joko Widodo. Partai Komunis Indonesia saja sudah tidak ada di Indonesia. Legalitasnya sudah tidak berlaku semenjak Soeharto menjadi presiden dan hingga kini pun tidak ada partai resmi yang terdaftar dengan nama Partai Komunis Indonesia. Bagaimana caranya Presiden Jokowi didukung oleh partai yang bahkan legalitasnya saja sudah tidak berlaku? PKI hanyalah suatu partai yang pernah ada di masa lalu.

Lagu Asli dari Video Tersebut bukan Lagu Potong Bebek Angsa

Kekonyolan yang kedua adalah fakta bahwa video yang diunggah oleh Fadli Zon merupakan video yang tidak dilakukan dengan latar belakang lagu Potong Bebek Angsa versi kritik tersebut. Video tersebut aslinya merupakan video yang dilakukan dengan tujuan berjoget pinguin sekitar dua tahun yang lalu. Lagunya pun beda total dengan lagu kritik tersebut. Berikut video aslinya:

Dari sini, terdapat dua kemungkinan, entah Fadli Zon menyebarkan sesuatu yang ia sendiri tidak ketahui bahwa adanya penyuntingan tambahan dari video tersebut, atau memang Fadli Zon sebenarnya mengetahui latar belakang video tersebut, namun tetap diunggah olehnya karena tidak penting latar belakang video tersebut seperti apa, yang penting ada pesan di dalamnya yang sesuai dengan yang ingin ia sampaikan dan dapat mencuri perhatian khalayak.

Tidak Ada Gunanya Politisasi Lagu Potong Bebek Angsa

Lagu-lagu universal seperti lagu anak-anak memang lagu yang sering diubah untuk kepentingan masing-masing. Mulai dari kampanye sampai penonton sepak bola, lagu anak-anak menjadi sering diubah liriknya untuk kepentingan masing-masing. Namun tetap saja, tidak ada signifikansi menggunakan lagu Potong Bebek Angsa untuk kepentingan politik. Lagu ini seharusnya bertahan menjadi lagu anak-anak, bukan menjadi lagu kritik terhadap pemerintah. Banyak lagu lain yang memang universal penggunaannya dan dapat digunakan untuk mengkritik sesuatu, dan akan terdengar jauh lebih baik daripada Potong Bebek Angsa. Justru, mengkritik sesuatu, namun mengawalinya dengan ‘Potong Bebek Angsa’ semakin membuat kritik tersebut terdengar seperti omong kosong.

Sebuah Bentuk Demokrasi

Terlepas dari betapa konyolnya video dan lirik lagu tersebut, kedua hal ini merupakan bukti bahwa demokrasi Indonesia sedang berjalan dengan baik. Jika ada sekelompok masyarakat (terutama dari kubu oposisi) yang dapat mengkritik pemerintah sekeras-kerasnya, namun suaranya tidak dibungkam dan justru didengar oleh semakin banyak orang, menandakan demokrasi Indonesia berjalan dengan sehat. Justru, jika ada pihak-pihak yang membungkam ‘kreatifitas’ seseorang dalam mengkritik pemerintah, perlu dipertanyakan apakah pihak tersebut merupakan bagian dari pendukung demokrasi yang sehat atau tidak.

Share: Menganalisis Kekonyolan Politisasi Lagu Potong Bebek Angsa