Isu Terkini

Menengok Geliat Warga ‘Kampung Kambing’ Jelang Idul Adha

Fariz Fardianto — Asumsi.co

featured image

Hari masih pagi, tapi aktivitas warga di ruas Jalan Tentara Pelajar, Candisari, Semarang sudah cukup padat. Sejumlah kendaraan pribadi wira-wiri menyesaki ruas jalan raya tersebut. Namun, di tengah hiruk-pikuk keramaian warga Ibukota Jateng itu, segelintir warga Kampung Jomblang Legok, masih setia dengan rutinitasnya.

Mereka memilih menunggu kambing piaraannya di tepi jalan kampung. Warga Jomblang Legok berharap mendapat rezeki tiban dari hasil menjual kambing. “Mendekati Idul Adha, sudah ada pembeli mulai tanya-tanya harga kambing kemari. Tahun ini tidak naik. Masih Rp 2 juta sampai Rp 3.5 juta tiap ekor,” kata Yusuf Junaedi, warga setempat kepada Asumsi.co, Senin 14 Agustus.

Pria 53 tahun itu berjualan kambing sejak puluhan tahun silam. Keuletannya sudah mendarah daging. Ini tak lepas dari keberadaan kampungnya yang sejak dulu dikenal sebagai Pasar Kambing. “Karena saya lahir di sini jadinya tahu gimana caranya biar kambingnya cepat laku. Jomblang Legok dari dulu sampai sekarang dikenal sebagai pusat penjualan kambing. Dulunya malah ada banyak pedagang kambingnya, dari ujung lampu merah Tentara Pelajar sampai masuk ke gang-gang kampung sekitaran sini,” kata bapak dengan empat putra dan tujuh cucu tersebut.

Patung Pasar Kambing. Foto: Dok. Asumsi.co

Jadi Jujukan Pedagang Luar Daerah

Saking mahsyurnya sebagai pusat penjualan kambing, pemerintahan Orde Baru pada dekade 80-an sempat membuatkan patung kambing sebagai ikon Kampung Jomblang Legok. Kini patung tersebut masih bisa dijumpai jika para pengguna jalan melewati tikungan Tentara Pelajar menuju tanjakan Tanah Putih. Ia mengingat penjualan kambing di kampungnya dulu sangat ramai. Ada setidaknya ratusan pedagang kambing yang rutin berjualan saban hari.

Tingginya aktivitas jual beli kambing sampai menyebabkan lalu lintas di Jl. Tentara Pelajar macet. “Waktu itu, ada penilaian Piala Adipura di Semarang. Pemerintahan kala itu ingin membersihkan jalan raya dari pedagang kambing. Karena dianggap biang kemacetan, kami terpaksa direlokasi ke halaman markas CPM di Jangli. Beberapa tahun di sana, bukannya sepi malah kondisinya tambah ramai,” akunya.

Sepi Pembeli

Yusuf melihat para pedagang kambing di Jomblang Legok menggapai masa jayanya saat era 90-an. Terdapat warga di tiga RT yang kompak berjualan hewan berkaki empat tersebut. Jomblang Legok pun dikenal sebagai jujukan bagi pedagang kambing lainnya dari Mranggen, Tambaklorok, Srondol hingga Wonosari Gunungkidul.

“Sekarang kondisinya sepi. Seorang pedagang kini mentok hanya bisa menjual 70 ekor saja. Sejak tahun 2015, transaksi penjualannya menyusut. Padahal dulunya bisa menjual 300 ekor tiap pedagang. Apalagi banyak saingan pedagang kambing dari daerah lainnya,” keluhnya. Bisa dikatakan pamor Jomblang Legok dengan Pasar Kambingnya, mulai meredup. Para pedagangnya memilih eksodus untuk mencari rezeki di sejumlah tempat lainnya.

Tak jarang, ia menemukan pedagang asli Jomblang yang berjualan kambing di emperan daerah Tlogosari, Penggaron, maupun Pamularsih. Praktis, di Pasar Kambing kini hanya tersisa tiga pedagang saja. “Tinggal saya, Bu Alim, dan Pak Muslih. Sisanya tersebar ke tempat-tempat lainnya,” kata Yusuf.

Untuk saat ini, Yusuf masih setia berjualan kambing di depan gang kampungnya. Asumsi melihat kambing miliknya berjumlah belasan ekor. “Ciri khasnya di sini, yang laku ditaruh di pinggir jalanan kampung lalu ditandai warna khusus,” bebernya. Untuk menyambung hidup saat situasi sepi, ia sesekali menjadi jagal kambing, sebuah keahlian warisan dari ayahnya.

“Dulu ada 15 blantik. Kini tinggal saya saja,”. Tiap menyembelih seekor kambing, ia mendapat upah Rp 50 ribu. Sedangkan, Dai, warga lainnya juga mengeluhkan kondisi serupa. Seminggu jelang Idul Adha, belum ada satu pun kambing yang laku.

Ia memperkirakan penjualan kambing baru laris dua hari jelang Idul Adha. “Pasarnya sekarang sudah hilang. Sudah dibeli toko bangunan. Lahan ini saya nyewa dari kelurahan,” kata Dai.

Share: Menengok Geliat Warga ‘Kampung Kambing’ Jelang Idul Adha