Isu Terkini

Megan Rapinoe dan Perlawanan dari Lapangan Hijau

Ramadhan — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Megan Anna Rapinoe menjadi salah satu sosok penting yang mengantarkan timnas sepak bola wanita Amerika Serikat (AS) ke pertandingan final Piala Dunia Wanita 2019 melawan Belanda, Minggu (07/07). Selain keterampilannya yang mumpuni dan lima gol yang dicatat atas namanya sepanjang turnamen, Megan banyak dibicarakan lantaran bahasa tubuhnya menyiratkan berbagai kritik di pesta sepak bola lima tahunan itu.

Datang ke Prancis dengan status juara bertahan, AS tampil trengginas di sepanjang turnamen. Pada fase grup, tim asuhan Jill Ellis ini menyapu bersih tiga laga dengan kemenangan dan memuncaki Grup F. Megan menyumbangkan satu gol saat AS menggasak Thailand 13-0.

Penampilan apik The Stars and Stripes, julukan timnas wanita AS, berlanjut. Pada babak 16 besar, AS menghentikan langkah Spanyol dengan skor 2-1, dan kedua gol AS diciptakan oleh Megan. Atlet berusia 33 tahun itu kembali mencetak dua gol saat AS menyingkirkan tuan rumah Prancis dengan skor 2-1 pada babak perempat final. Megan menyamai catatan Marta Vieira da Silva (Brasil) yang mencetak dua gol dalam dua pertandingan beruntun pada 2007.

Megan Tak Menyanyi

Sorotan publik tak hanya tertuju pada gol-gol dan rekor pribadi Megan, tetapi juga tindakannya. Salah satunya: ia tak ikut menyanyikan lagu kebangsaan AS, “The Star-Spangled Banner,” menjelang kick off. Aksi Megan itu tentu menuai cibiran dari publik AS.

Namun, itu bukan yang pertama bagi Megan. Dia bahkan telah berkali-kali melakukannya saat memperkuat AS di laga-laga internasional. Menurutnya, itu adalah kritik terhadap pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump. Federasi Sepakbola AS mewajibkan semua atlet “berdiri hormat” saat lagu kebangsaan AS dikumandangkan. Megan mengikuti aturan itu, tetapi tak ikut menyanyi.

Tak hanya itu, Megan bahkan menegaskan tak sudi menginjakkan kakinya di Gedung Putih, jika kelak timnas AS menjuarai Piala Dunia Wanita 2019 dan  pemerintah AS mengundang mereka ke istana sebagai bentuk apresiasi. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan majalah sepak bola Eight by Eight, Selasa (26/06).

“Tidak. Saya tidak akan pergi ke Gedung Putih. Kami tidak akan diundang,” kata Megan.

Belakangan, komentar Megan itu memancing reaksi Presiden AS Donald Trump. Lewat akun Twitter pribadinya @realDonalTrump, sang presiden mengkritik sikap Megan yang dianggapnya tak menghormati negara. Untuk itu, Trump meminta Megan untuk menyelesaikan tugasnya lebih dulu tanpa banyak bicara.

Women’s soccer player, @mPinoe, just stated that she is “not going to the F…ing White House if we win.” Other than the NBA, which now refuses to call owners, owners (please explain that I just got Criminal Justice Reform passed, Black unemployment is at the lowest level…— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 26, 2019

“Dalam sejarah bangsa kita, liga dan tim-tim senang datang ke Gedung Putih. Saya penggemar berat tim Amerika dan sepak bola wanitanya, tetapi Megan harus menang terlebih dahulu sebelum dia bicara! Tuntaskan pekerjaan dulu,” kata Trump, Selasa (26/06). “Saya mengundang tim, menang atau kalah. Megan harusnya jangan pernah tidak menghormati negara, Gedung Putih, atau bendera, khususnya karena begitu banyak yang sudah negara berikan untuknya dan tim. Banggalah dengan bendera yang Anda kenakan.”

Protes Megan Sejak 2016

Aksi protes Megan sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Hal itu pertama kali dilakukannya sebagai dukungan kepada atlet american football Colin Kaepernick, yang tak menyanyikan lagu kebangsaan AS saat bermain bersama timnas sebagai bentuk protes terhadap kebrutalan polisi di AS.

Jika kebanyakan pesepakbola menempatkan tangan kanan di dada kiri sambil menyanyikan lagu kebangsaan, Megan memilih menghormati simbol-simbol negaranya dengan berlutut. Bukan kali ini saja Megan membuat panas pemerintah AS. Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, ia juga memilih untuk berlutut saat lagu kebangsaan AS dikumandangkan.

Megan memang tak ragu “memberontak” terhadap Trump yang dianggapnya rasis, seksis, dan misoginis. Menurut Megan, AS mengalami kemunduran sejak dipimpin Trump. Selama diskriminasi masih dikedepankan, Megan mengaku akan terus melawan. “Saya adalah papan protes berjalan,” kata Megan, dikutip dari Yahoo Sports, Senin (13/05).

Megan lahir di Redding, California. Ia memulai karier sepak bola bersama tim kampusnya, University of Portland. Pelan-pelan Megan berhasil melanjutkan kiprah di liga profesional dengan memperkuat sejumlah klub seperti Chicago Red Stars, Seattle Sounders, dan sekarang di Seattle Reign FC. Sampai hari ini, Megan menjadi salah satu pemain sepak bola wanita terbaik AS. Sepanjang memperkuat timnas, ia sudah mencatatkan 157 penampilan dan mencetak 49 gol.

Tak hanya jagoan di lapangan, Megan juga seorang aktivis. Sejak 2012, ia aktif melakukan advokasi bersama organisasi-organisasi LGBT. Pada 2013, ia mendapat penghargaan dari Pusat Gay dan Lesbian Los Angeles. Ia juga secara terbuka menjadi duta untuk kesetaraan atlet-atlet LGBT, bahkan namanya telah masuk ke daftar National Gay and Lesbian Hall of Fame.

“Anda tidak akan bisa memenangi kejuaraan tanpa pemain gay dalam tim,” kata Megan usai membawa AS meraih kemenangan 2-1 atas tuan rumah Prancis pada perempat final Piala Dunia Wanita 2019 di Parc des Princes, dikutip dari Guardian, Jumat (28/06). “Saya termotivasi oleh orang-orang yang menyukai saya, yang berjuang untuk hal yang sama. Saya mengambil lebih banyak energi daripada mencoba membuktikan siapa pun yang salah. Bagi saya, menjadi gay dan luar biasa di Piala Dunia itu keren.”

Share: Megan Rapinoe dan Perlawanan dari Lapangan Hijau