Isu Terkini

Ma’ruf Amin Klaim Era Jokowi Berhasil Turunkan Persentase Jumlah Stunting, Bagaimana Data Sebenarnya?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Stunting menjadi salah satu isu kesehatan dalam debat calon wakil presiden (cawapres) antara Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno malam tadi, Minggu, 17 Maret 2019. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga perkembangan tubuhnya tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Baik Ma’ruf maupun Sandiaga, masing-masing memiliki gagasannya masing-masing.

Ma’ruf Amin misalnya, menjanjikan dapat menurunkan angka stunting sampai 10% dalam lima tahun ke depan jika dirinya terpilih menjadi cawapres. Ma’ruf cukup percaya diri untuk membawa jumlah angka stunting minimal bisa berubah menjadi ke titik 25%. Caranya dengan peningkatan akses kesehatan, pengobatan dan perbaikan layanan kesehatan.

“Kami akan mendorong upaya yang sifatnya preventif dan program Indonesia sehat yang pendekatannya keluarga, dan mendorong konsumsi hal-hal tidak sehat demi kesehatan ibu dan anak dan untuk mencegah stunting. Kami berjanji akan menurunkan angka stunting sampai 10% sehingga sampai (titik) 25% minimal,” ujar Amin dalam debat.

Sementara itu, Sandiaga Uno punya solusi lain. Baginya stunting perlu dibenahi dengan membuat segala kebijakan yang sifatnya mengutamakan rakyat. Baik itu kebijakan umum, kualitas kesehatan, maupun, di tingkat pendidikan.

“Kami juga yakin gizi anak-anak lebih baik kalau kita menyiapkan program yang bersinergi dengan sistem pendidikan, di mana TK dan SD menyiapkan susu atau tablet susu dan juga kacang hijau seperti di Jakarta, sehingga permasalahan stunting bisa diselesaikan secara cepat,” tutup Sandi.

Bahkan Sandi telah membawa program sendiri untuk masalah stunting tersebut, yaitu dengan Program Indonesia Emas. Kata Sandi, program itu bertujuan agar ibu-ibu dan anak-anak mendapat asupan protein yang cukup. Salah satu turunan dari program tersebut yakni dengan mengadakan sedekah putih, sebuah bantuan berbentuk susu bagi anak-anak yang membutuhkan.

Tapi bagi Ma’ruf usulan Sandi itu tidaklah logis. Sebab untuk permasalahan stunting itu sendiri mestinya dicegah sejak 1000 hari pertama sang anak lahir. Jika usulan Sandi untuk memberikan susu, kata Ma’ruf, nantinya masyarakat berpikir bahwa stunting bisa diatasi di usia dua tahun ke atas.

“Apabila diberi susu setelah dua tahun, maka tidak lagi berpengaruh untuk mencegah stunting. Maka stunting sudah tidak bisa diatasi setelah anak disusui selama dua tahun. Karena itu, menurut saya istilah ‘Sedekah Putih’ menimbulkan pemahaman yang mengacaukan masyarakat,” ucap Ma’ruf.

Tanggapan ini pun langsung direspon oleh Sandiaga. Dia bercerita tentang istrinya, Nur Asia, yang melahirkan putra bungsunya, Sulaiman, di usia 42 tahun. Setelah enam bulan menyusui, air susu ibu (ASI) Nur Asia tidak keluar lagi. Bagi ibu-ibu seperti Nur Asia dan anak-anak seperti Sulaiman-lah, ujar Sandi, sedekah putih diperuntukkan.

Pembahasan itu masih berlanjut. Ma’ruf kembali menanggapi bahwa stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial, seperti sanitasi dan air bersih. Oleh karena itu, penyelesaiannya juga harus mencakup pemberian sembako, melalui bantuan sosial kepada para ibu hami agar mampu memberikan ASI bagi anaknya. Para ibu juga harus diberikan edukasi sebelum menikah di KUA.

Dalam kesempatan yang sama, Ma’ruf juga mengklaim bahwa selama ini, pasangannya yaitu calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) telah berhasil mengurangi stunting hingga 7 persen. “Kesehatan Ibu dan Anak, terutama untuk mencegah terjadinya stunting, yang oleh pemerintah Jokowi-JK telah diturunkan sampai 7 persen.”

Benarkah Angka Stunting Turun Hingga 7 Persen di Era Jokowi?

Bila melihat data dari Kementerian Kesehatan, nampaknya Ma’ruf memang membandingkan angka stunting di Indonesia mulai dari 2013 hingga 2018. Bisa dilihat, bahwa pada 2013, prevalensi penderita stunting ialah 37,2% dan pada 2018 turun jadi 30,8%. Hal tersebut bisa menjadi landasan Ma’ruf mengklaim bahwa penurunannya angka stunting di era Presiden Jokowi mencapai 7%.

Padahal, di tahun 2013 hingga 2014 sendiri, Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di akhir kepemimpinan SBY, angka stunting bahkan sebenernya sudah turun drastis. Di mana tadinya 37,2% menjadi 28,4% pada 2014.

Seperti diketahui, Jokowi-JK baru dilantik pada akhir 2014, yakni 20 Oktober 2014. Sejak itu, angka stunting justru mengalami kenaikan secara terus menerus tiap tahunnya. Di 2015 angkanya menjadi 29%, di tahun berikutnya bertambah menjadi 27,5%. Kemudian tahun 2017 kembali naik menjadi 29,6%, dan data terakhir di 2018 menjad 30,8%.

Sehingga bisa ditarik kesimpulan baha per 2018, angka jumlah anak yang mengalami stunting itu justru terus mengalami kenaikan dan bukannya berkurang. Artinya, angka penderita stunting fluktuatif di kisaran 29 sampai 30 persen.

Share: Ma’ruf Amin Klaim Era Jokowi Berhasil Turunkan Persentase Jumlah Stunting, Bagaimana Data Sebenarnya?