General

Luncurkan Buku Dari Wartawan ke Senayan, Begini Sepenggal Cerita Seru Bamsoet

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo baru saja meluncurkan buku yang berisi kisah perjalanan hidupnya berjudul “Dari Wartawan Ke Senayan” di Komplek DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 25 Oktober 2018. Dalam sambutannya, sosok yang akrab disapa Bamsoet itu terharu, terutama saat menceritakan kisahnya sebagai wartawan dulu.

Jauh sebelum menjadi seorang politisi, Bamsoet memang berprofesi sebagai wartawan. Setiap hari pria kelahiran Jakarta pada 10 September 1962 silam itu bekerja memburu berita. Ia pun menikmati hari-harinya sebagai wartawan yang selalu berurusan dengan nara sumber.

“Saya dulu itu bawa tas gede, lari ngejar-ngejar narasumber. Pokoknya mantap deh masa-masa itu (saat jadi wartawan),” kata Bamsoet, Kamis, 25 Oktober 2018 di Gedung DPR RI.

Bamsoet pun menceritakan masa-masa awal saat dirinya masih menjadi wartawan. Seperti kebanyakan anak-anak muda yang bekerja dan mencari rezeki di ibu kota, politisi Partai Golkar itu juga sempat merasakan hidup sebagai anak kos-kosan. Kondisi hidup seperti itu ia syukuri dan jalani sepenuh hati.

Sempat Jadi Anak Kosan

“Kehidupan saya dimulai dari kos-kosan di Bilangan Rawamangun. Bersama teman-teman saya yang lain, saya mengontrak satu rumah,” ucap politisi berusia 56 tahun tersebut.

Lalu, Bamsoet menceritakan awal dirinya terjun ke dunia jurnalistik. Saat itu mantan Ketua Komisi III DPR itu iseng mengirimkan tulisannya ke surat kabar Harian Prioritas. Ternyata tulisannya diterima dan akhirnya ia pun sempat beberapa kali mengambil honor dari tulisannya itu.

“Saya memilih pekerjaan wartawan karena waktu itu kebiasaan saya menulis. Waktu itu saya iseng nulis terus dikirim ke Harian Prioritas. Karena tulisan saya sering naik, jadi saya ambil honor beberapa kali ke sana,” ujar Bamsoet.

Diterima Jadi Wartawan Tanpa Surat Lamaran

Saat mengambil honor itu pula, Bamsoet mengaku bertemu dengan politisi senior PDI Perjuangan Panda Nababan yang kemudian menanyakan dirinya dari mana. “Waktu itu di Harian Prioritas) saya ketemu Bang Panda, dan beliau bertanya ‘eh kau dari mana?’,” katanya.

Ternyata, menurut cerita Bamsoet, Panda sendiri merupakan mentornya saat masih menjalani pendidikan di pers mahasiswa. “Memang kebetulan Bang Panda itu adalah guru saya ketika saya pendidikan di pers mahasiswa, dulu pengajarnya beliau, dulu mentornya adalah bang Panda,” ujarnya.

Tanpa berpikir panjang dan berbasa-basi, Panda lantas langsung mengajak Bamsoet untuk bergabung bersama Harian Prioritas. “Beliau tanya mana lihat honor kamu? Wah gede kali, udah kau sini masuk (Harian Prioritas).”

Berawal dari ajakan Panda Nababan itu lah, Bamsoet akhirnya bergabung dengan Harian Prioritas. Menariknya, Bamsoet mengatakan bahwa di awal-awal masuk, ia sama sekali tak diminta surat lamaran. Beberapa bulan kemudian barulah akhirnya ia menuliskan surat lamarannya ke Harian Prioritas.

“Nah itulah cerita kenapa saya bergabung di Prioritas, baru 6 bulan kemudian bikin lamaran, jadi kerja dulu baru bikin lamaran,” kata sosok Ketua DPR RI yang menggantikan Setya Novanto tersebut.

Politisi PDI Perjuangan dan jurnalis senior Panda Nababan saat memberi sambutan pada acara peluncuran buku Bambang Soesatyo Dari Wartawan ke Senayan, Kamis, 25 Oktober 2018 di Gedung DPR RI. Foto: Dok. Asumsi.co

Wartawan Jangan Pernah Berkhianat

Lebih jauh, Bamsoet mengatakan bahwa saat profesinya sebagai wartawan benar-benar bisa membuka diri dan akses ke banyak jaringan. Menurutnya, seorang wartawan bisa bertemu siapa saja, bisa bertemu banyak narasumber dari atas sampai bawah dan dari berbagai latar belakang.

“Dulu saya sering bertemu dan berinteraksi dengan Bob Sadino dan Aburizal Bakrie. Di situ lah saya memanfaatkan relasi dengan mereka dan membangun hubungan yang kuat.”

Bamsoet pun punya pesan kuat kepada siapa saja yang berprofesi sebagai seorang jurnalis bahwa jangan pernah berkhianat apalagi terhadap nara sumber. Hal itu lantaran dirinya selama menjadi wartawan benar-benar berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan siapa saja yang ia temui.

“Kita tidak boleh mengkhianati narasumber. Ketika mereka meminta untuk tidak menulis beberapa bagian kalimat dari hasil wawancara, maka kita harus patuhi itu. Kalau tidak ya habis kita. Jangan pas butuh saja kita hubungi mereka tapi harus sering-sering berkomunikasi dan bertemu, untuk menjaga hubungan baik.”

Selain itu, lanjut Bamsoet, bagi siapa saja yang berprofesi seorang wartawan, jangan pernah takut dengan masa depan dan jangan pernah menganggap bahwa profesi tersebut tak bernilai. Ia mengatakan tak menutup kemungkinan jika wartawan justru bisa jadi apa saja, seperti dirinya saat ini.

“Kedekatan dengan narsum itulah yang bisa saya maksimalkan dengan baik. Profesi wartawan memang membuka peluang kita untuk menjadi apapun, mau jadi gubernur, mau jadi anggota DPR, atau apapun, yang penting tidak berkhianat.”

Tak lupa, Bamsoet pun turut memberi motivasi kepada para awak media yang sering meliput di DPR agar kelak menjadi seperti dirinya. Menurutnya, tidak ada hal yang tidak mungkin apalagi sebagai wartawan memiliki akses yang luas untuk bertemu dengan siapa saja.

“Semoga buku ini nanti juga bisa menginspirasi teman-teman untuk bisa jadi seperti saya. Teman-teman wartawan itu punya akses luas ke mana saja bisa, jadi itu harus dimanfaatkan,” ujarnya.

Lantaran Bamsoet merupakan sosok yang punya karier cukup bagus, dimulai dari wartawan, jadi enterpreneur, lalu masuk ke dunia politik sebagai politisi, hingga berujung menjabat sebagai Ketua DPR RI, ia pun sering ditanya banyak orang soal kelanjutan kariernya. Akan jadi apa Bamsoet setelah jadi Ketua DPR RI?

“Lalu banyak yg bertanya kepada saya, setelah jadi Ketua DPR nanti, saya mau jadi apa lagi? Banyak yang bilang saya mau jadi Ketum Golkar. Saya jawab saya kepikiran aja belum.”

Sekadar informasi, Bamsoet sendiri pernah menjadi wartawan Harian Umum Prioritas pada 1985. Lalu dua tahun kemudian atau tepat pada tahun 1987, ia menjadi Sekretaris Redaktur Majalah Vista. Kariernya pun menanjak saat ia dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Info Bisnis pada 1991.

Tak berhenti sampai di situ, pada 1999, Bamsoet pernah menjabat sebagai Komisaris PT. Suaran Irama Indah. Setelah itu, beberapa jabatan strategis pernah ia rasakan yakni sebagai Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Karya (2004), Direktur PT. Suara Rakyat Membangun (Suara Karya) (2004), Direktur Independen PT SIMA, Tbk (2006), dan Direktur Kodeco Timber (2007).

Barulah pada rentang 2009-2018, Bamsoet terjun ke dunia politik dengan tergabung di Partai Golkar dan menjadi anggota DPR-RI. Sampai akhirnya ia diangkat menjadi Ketua DPR-RI (2018-sekarang) menggantikan Setya Novanto yang tersandung kasus korupsi.

Pada masanya, Bamsoet sendiri dianggap sebagai sosok wartawan yang berprinsip, seorang wartawan yang hanya menulis kebenaran. Bahkan, ada yang menyebut bahwa Bamsoet ini sebagai ketua DPR seperti akuarium, yang mana orang-orang tak perlu masuk ke dalamnya untuk tau ada apa aja isinya, tapi cukup lihat dari luar untuk melihat kondisi di dalamnya, bahwa Bamsoet ini sangat transparan.

Share: Luncurkan Buku Dari Wartawan ke Senayan, Begini Sepenggal Cerita Seru Bamsoet