Isu Terkini

LRT Jakarta: Masalah Pembebasan Lahan dan Molor Sampai 2021

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Jakarta terus mempercepat proses penyelesaian pembangunan moda transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan juga Light Rail Transit (LRT). Jika MRT rencananya bakal mulai beroperasi pada pekan terakhir Maret 2019, berbeda dengan LRT yang ternyata bakal molor dari rencana. Proyek transportasi kereta ringan itu kabarnya bakal molor dari target.

Target pengoperasian LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) yang semula bisa dilaksanakan pada 2019, harus mundur menjadi April 2021 mendatang. Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Budi Hartato menjelaskan, mundurnya target pengoperasian secara penuh itu disebabkan karena molornya pembangunan Depo LRT di Bekasi Timur lantaran lamanya proses pembebasan lahan.

“Jadi dengan terlambatnya depo ini, maka akan operasional tahun 2021, April 2021. Jadi mundur 22 bulan karena lahan depo ini,” kata Budi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis 31 Januari 2019.

Masalah Pembebasan Lahan Bikin Proyek LRT Molor

Budi menjelaskan bahwa pembebasan lahan seluas 10 hektare itu secara tuntas baru bisa diperoleh pada Maret 2019, sedangkan untuk pembangunan Depo LRT di Bekasi Timur itu sendiri dikatakannya perlu memakan waktu 18 hingga 20 bulan. Sehingga juga memerlukan tambahan pendanaan sebesar Rp300 miliar dari total anggaran pembiayaan proyek tersebut yang sebesar Rp29,9 triliun.

“Kan bangun depo ini lama. Karena ada tambahan persiapan, tambahan pembiayaan kecil, kira-kira Rp300 miliar. Sebelumnya itu sudah Rp26 triliun termasuk keretanya. Kalau yang sudah diterima Adhi Karya sekarang Rp6,5 triliun,” ucap Budi.

Namun, Budi sendiri menegaskan untuk proses pembebasan lahan di Bekasi Timur itu hingga saat ini telah mencapai sekitar 60 persen dan juga sudah dilakukan pembayaran. Kendala selama ini diketahui karena adanya penolakan dari masyarakat sekitar yang terdampak pembangunan Depo LRT tersebut. Pada awal April 2018, Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi telah mendata ada sekitar 160 bidang lahan milik negara yang dihuni penduduk sekitar.

“Ini sudah bertahun-tahun proses, sudah mulai porses, sudah mulai dibayar. Maret 2019 ini (selesai pembebasan lahan, operasi mulai 2021,” ujarnya.

Pada fase pertama, ada tiga rute yang akan dilayani oleh LRT Jabodebek ini yakni Bekasi – Cawang, Cawang – Cibubur, dan Cawang – Dukuh Atas, dengan panjang rute total 44 kilometer. Dengan kapasitas kereta sekitar 130 orang dan dalam satu rangkaian kereta terdiri atas enam gerbong, maka total penumpang yang bisa diangkut sekali jalan adalah sekitar 700 orang.

Budi menegaskan molornya penyelesaian proyek itu bukan karena perseroan kekurangan dana. Melainkan, murni karena pembebasan lahan masih belum kelar. Yang pasti, ia berujar pengoperasian kereta-kereta ringan itu baru bisa dilakukan bila semua fasilitas di rute LRT fase I selesai dibangun.

“Kalau tidak, nanti sistemnya nanggung, karena dalam pengoperasian LRT itu kalau ingin efektif dan efisien dan kapasitasnya meningkat, maka pemberangkatan antar-kereta itu bisa menit dan safetynya harus tinggi,” kata Budi.

Lintasan LRT Dibangun Landed

Jika lintasan MRT sebagian besar dibangun melayang dan berada di bawah tanah, berbeda dengan LRT yang kebanyakan dibangun menapak ke tanah atau landed. Menurut Budi, 70 persen lintasan LRT Jabodebek Fase II rute Cibubur-Bogor bakal dibangun landed atau menapak tanah. “Tujuh puluh persen menapak di tanah. ke arah Bogor banyak yang luang jadi bisa grounded,” kata Budi.

“Perlintasan sebidang yang berat elevated. Perlintasan sebidang yang berat itu pilihan ada dua elevated atau underground,” ujarnya.

Lebih lanjut, Budi pun mengakui bahwa pembangunan lintasan yang menapak di tanah (landed) jauh lebih murah dibandingkan jika dibuat melayang atau elevated. “Beda antara elevated dan menapak tanah, di pekerjaan sipilnya saja. Kira-kira bisa turun banyak,” ucapnya.

“(Bisa turun) Rp 150 miliar sampai 250 miliar bisa. Memang mahal elevated. Karena tahu sendiri kan buat pondasi 40 meter, tiangnya.”

Adhi Karya siap mengerjakan proyek LRT Fase II tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa untuk memulai pembangunan, tentu harus ada instruksi lebih dulu dari pemerintah. “Bogor-Cibubur kami sudah siap dengan desain. Kalau diinstruksikan oleh pemerintah untuk mulai kami siap mulai. Ini kan belum diinstruksikan pemerintah. Kalau besok perintah, lusa kerja,” ucapnya.

Proyek LRT Indonesia Lebih Murah Ketimbang Negara Tetangga

Manajemen PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebelumnya mengklaim pembangunan proyek light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) Tahap I terbilang murah. Dibanding negara-negara tetangga, Indonesia bahkan menawarkan biaya yang kompetitif untuk pembangunan proyek LRT.

“Sebagai perbandingan untuk pembangunan LRT Manila di Filipina sebesar Rp 904 miliar/km, LRT Kelana Jaya di Malaysia sebesar Rp 807miliar/km, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km,” kata Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin, 14 Januari 2019.

Setya menggambarkan pembangunan LRT di negara-negara besar lain di dunia bahkan menelan biaya yang cukup fantastis. “Untuk perbandingan, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km dan LRT Dubai di Uni Emirat Arab Rp1,026 miliar/km, LRT Calgary di Kanada sebesar Rp 2,197 miliar/km dan LRT Houston di Amerika Serikat sebesar Rp 688 mlliar/km,” ujarnya.

Maka dari itu, Setya menegaskan bahwa pembangunan LRT yang berlangsung saat ini telah sesuai dengan pertimbangan Perseroan. Perusahaan juga telah mensurvei secara detail terkait pembangunan LRT dengan skema elevated itu.

“Kami sudah berusaha memikirkan semuanya supaya lebih optimum. Jadi kalau mau kita compare, atau bolehlah dicek pembangunan di luar negeri ya. Supaya bisa clear perbandinganya,” ucapnya.

Apa yang disampaikan Setya itu sekaligus menjawab pernyataan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang kritik pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km). Menurut JK, pembangunan LRT dengan skema elevated atau melayang tersebut terlalu mahal.

Share: LRT Jakarta: Masalah Pembebasan Lahan dan Molor Sampai 2021