Isu Terkini

Longsor di Sukabumi, Korban yang Terus Bertambah dan Ancaman Bencana Susulan

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Bencana yang terjadi di Indonesia memang masih belum berhenti. Cuaca ekstrim dan berbagai fenomena alam menjadi salah satu penyebabnya. Longsor yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, misalnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan longsor yang menimpa satu kampung di Kampung Cimapag Sigaherang, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi itu diawali dengan hujan deras.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjabarkan, hujan tersebut kemungkinan menyebabkan adanya retakan-retakan di puncak bukit. Di sana, memang sebagian besar merupakan lahannya digunakan untuk sawah.

Baca Juga: Alat Deteksi Bencana Alam Rusak, Instruksi Presiden Jadi Kunci

“Otomatis terjadi volume aliran permukaan banyak, yang kemudian tanggal 31 Desember 2018 pukul 17.30 WIB tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Longsor dari mahkota, longsor menerjang menuruni perbukitan,” kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, pada Rabu, 1 Januari 2019.

Tanah pun akhirnya merosot semakin lebar dan menghantam permukian yang ada di bawahnya, yaitu Kampung Cimapag. Lebih lanjut Sutopo membeberkan hasil analisis satelit yang menunjukkan total panjang mahkota longsor sekitar 800 meter sampai 1 km. Daerah landasannya mencapai 8 hektare. Sedangkan tebal longsornya bervariasi, namun ada yang ketebalannya sampai 10 meter.

Selain akibat hujan deras, lanjut Sutopo, longsor juga terjadi karena kemiringan lereng yang bisa dikatakan terjal karena lebih dari 30 persen. Ditambah keadaan tanah yang sifatnya mudah menyerap air.

Baca Juga: Bencana Alam di Desember 2018: Dari Gempa, Longsor, Angin Puting Beliung, Sampai Tsunami

“Kemudian materi yang penyusunnya adalah tanah yang bersifat porus, mudah sekali menyerap air dan dari jenis yang ada di sana sifat tanahnya gembur, remah sehingga mudah sekali terjadi longsor dan tipe longsoran yang ada di sini adalah longsoran bahan rembapan,” ujar Sutopo.

Selain itu, penyebab lainnya yaitu tidak adanya pepohonan yang ditanam di daerah sana. Padahal keberadan pohon mampu menyanggah tanah dan manahan terjadinya bencana longsor. Sayangnya, di daerah itu, masyarakatnya mayoritas menjadikan tanah sebagai sawah saja.

“Di daerah puncak perbukitan tanamannya adalah tanaman tahunan, tetapi jarang bukan pohon dan sebagian tanaman semusim. Sementara di bagian tengah sampai bagian bawah adalah sawah,” tukasnya.

Korban Bencana Terus Bertambah

Hari kelima operasi pencarian korban bencana longsor di Sukabumi, Jawa Barat. Ratusan personil gabungan kembali menggelar pencarian pada Jumat, 4 Januari 2019. Mereka masih berusaha menemukan 15 korban terdampak longsor yang menimbun permukiman Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi.

Sebelumnya jumlah korban diduga tertimbun sebanyak 33 jiwa. Hingga Kamis, 3 Januari 2018 kemarin petang sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sebanyak 18 jiwa. Sedangkan Dampak bencana ini 29 unit rumah tertimbun dan 30 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 100 jiwa.

“Proses pencarian masih seperti kemarin dengan dibagi dua shift. Pagi hingga siang, dan siang hingga sore,” ungkap Kepala Kantor SAR Jakarta Hendra Sudirman pada media, Jumat, 4 Januari 2019.

Baca Juga: Selat Sunda, Rawan Tsunami Berbagai Faktor dan Tempat Lalu Lalang Kapal

“Hari ini mendapatkan tambahan satu alat berat, sehingga semuanya ada tiga alat berat,” tambah Hendra yang juga sebagai SAR Mission Coordinator (SMC).

Dia menjelaskan proses pencarian masih sama seperti sehari sebelumnya, yaitu membagi enam sektor. Setiap sektor mempunyai tugas masing-masing. Hendra menambahkan operasi pencarian korban longsor selama ini terkendala cuaca. Syukurnya, sejak kemarin cuaca sudah mulai cerah.

Masa Tanggapan Darurat dan Longsor Susulan

Sutopo menuturkan, Bupati Sukabumi telah menetapkan masa tanggap darurat penanganan longsor Sukabumi selama tujuh hari yaitu dari 31 Desember 2018 hingga 6 Januari 2019. Setiap hari dilakukan rapat koordinasi di posko untuk mengevaluasi dan menyusun rencana penanganan selama masa tanggap darurat.

Sementara itu, menurut Sutopo, longsor susulan masih sering terjadi meskipun dengan intensitas yang kecil. Kemarin saja, masih ada suara gemuruh yang kembali terdengar di sekitaran Kampung Cimapag Sigaherang.

“Kemarin malam, suara gemuruh kembali terdengar di lokasi longsor karena adanya batu besar yang berada di mahkota longsor jatuh ke bagian bawah. Kondisi ini cukup membahayakan bagi personel di lapangan,” ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan, kondisi tersebut cukup berbahaya bagi anggota tim SAR gabungan yang sedang bertugas penanganan bencana. Belum lagi hujan juga mengakibatkan kendala yang serius dalam proses pencarian dan pengangkatan korban.

“Jika kondisi cuaca cerah maka pencarian korban dapat dilakukan hingga malam hari. Sebaliknya jika hujan dapat menyebabkan evakuasi dihentikan lebih awal,” tandasnya.

Share: Longsor di Sukabumi, Korban yang Terus Bertambah dan Ancaman Bencana Susulan