Isu Terkini

Konflik Rohingya Terus Berlanjut, Penghargaan Suu Kyi Dicabut

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Kota Oxford akhirnya mencabut gelar kehormatan Freedom of Oxford kepada Aung San Suu Kyi karena sikapnya dalam menangani kasus Rohingya di wilayah Rakhine, Myanmar.

“Ketika Aung San Suu Kyi diberi gelar Freedom of the City pada tahun 1997, itu adalah karena dia mencerminkan nilai toleransi dan internasionalisme Oxford,” demikian ditulis dalam keterangan pers yang dirilis oleh dewan kota Oxford pada Senin malam (27/11), seperti dilansir dari DW.com

“Hari ini kita telah mengambil langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu membatalkan penghargaan kehormatan tertinggi kota, karena kelambanannya dalam menghadapi penindasan populasi minoritas Rohingya. Reputasi kami ternoda dengan menghormati orang-orang yang menutup mata terhadap kekerasan” lanjut rilis itu.

Sebelumnya, putri dari pendiri bangsa yang pernah didaulat sebagai simbol perlawanan nasional itu sempat menjadi ikon kebebasan dari rezim otoriter dan militerisme. Suu Kyi bahkan sudah mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991.

Menurut catatan PBB, krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar sudah memakan hampir 700 ribu orang dari etnis Rohingya. Masyarakat Rakhine merasa didiskriminasi karena perbedaan budaya dan dieksploitasi secara ekonomi oleh pemerintah pusat. Umat Muslim Rohingya yang menjadi minoritas sudah lama menderita kekerasan.

Meskipun selama beberapa generasi tinggal di Myanmar, Muslim Rohingya masih dianggap pendatang dan tidak mendapatkan status kewarganegaraan. Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres mengatakan bahwa konflik yang terjadi pada umat Muslim Rohingya merupakan tindakan pembersihan etnis.

PBB bahkan sudah menggelar pertemuan tertutup pada Rabu (13/09) lalu. Organisasi internasional ini menyerukan langkah mendesak untuk mengakhiri kekerasan di Rakhine serta menjamin perlindungan para warga sipil.

Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar yang juga pernah menjadi simbol demokrasi di negara anggota ASEAN itu juga enggan datang ke Sidang Majelis Umum PBB (19/09) lalu. Suu Kyi dianggap gagal memerintahkan militer agar menghentikan kekerasan di Rakhine, ia juga diam dalam menghadapi krisis kemanusiaan Rohingya. Voting atas pencopotan gelar ini dilakukan kemarin Senin (27/11), dengan kesepakatan bulat untuk mencabut secara permanen gelar kehormatan yang diberikan ke pada Suu Kyi.

Share: Konflik Rohingya Terus Berlanjut, Penghargaan Suu Kyi Dicabut