Olahraga

Kisah Pesepakbola Bertahan Hidup Selama Pandemi, Dari Buka Warkop Hingga Jualan Kelapa

Ilham — Asumsi.co

featured image
unsplash

Sudah 16 bulan sejak kompetisi Liga 1 dan 2 Indonesia dihentikan karena pandemi Covid-19. Masa depan pemain masih tidak jelas. Ada yang mencoba peruntungan berjualan kelapa muda hingga menjadi pelatih sekolah sepak bola dekat tempat tinggalnya.

Ugik Sugiyanto misalnya, ia telah bermain 300 pertandingan baik di kasta pertama dan kedua Liga Indonesia. Setelah pengumuman dihentikannya kompetisi, Ugik mengaku terkejut. Padahal, selama ini ia mengais rezeki dari bola. Alhasil, Ugik terpaksa mudik ke tempat istrinya di Kupang.

“Terhitung sejak itu, tidak ada penghasilan dan bertahan hidup melalui simpanan gaji dengan membuat warkop,” katanya pada Asumsi.co, Minggu (1/8/2021).

Dengan uang Rp 50 juta dari simpanan gaji, Ugik membuat warung kopi di pinggir jalan untuk bertahan hidup selama tinggal di Kupang sambil menunggu ketidakpastian kapan liga akan dimulai. Namun, warung kopinya yang ia buat di pinggir jalan itu, jarang pengunjung.

“Akhirnya, saya tambahkan kelapa muda untuk dijual,” kata striker PSCS Cilacap ini.

Kelapa-kelapa muda itu, ia jual seharga 6 ribu rupiah per buah. Jika ditambah tiga ribu, ia akan mengantar kelapa itu ke rumah pembelinya. Sungguh ironi, salah satu striker kebanggaan PSCS Cilacap itu sampai harus mengantar kelapa-kelapa ke tempat pembeli demi bertahan hidup dari kerasnya dampak pandemi.

Tidak hanya itu, Ugik juga mengaku tidak menerima sama sekali Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan bantuan sosial dari pemerintah. Sedihnya, Ugik harus menutup warungnya, ketika ada panggilan PSCS untuk berlatih.

“Sekarang sudah tutup, karena kemarin sempat latihan di klub. Saya pikir kompetisi akan jalan lagi,” katanya terisak.

Buka Katering

Ugik tidak sendiri, striker PSKC Cimahi, Siswanto, juga sempat melakukan berbagai ikhtiar untuk bertahan selama pandemi. Berbeda dengan Ugik, Siswanto termasuk beruntung, karena ia sudah memulai bisnis katering sejak 2016 lalu.

Setiap gaji yang ia terima dari sepak bola disisihkan membuat usaha katering bersama orangtuanya di Pasuruan. Setelah mendapat kabar tidak sedap dari klub yang ia bela, Siswanto mengaku pulang kampung dan membantu usaha orangtuanya.

“Kalau katering sudah lama sejak lima tahun lalu. Namanya Warung Hajatin, itu nama ibu saya. Dulu, daripada orangtua di rumah terus, saya beri modal buka usaha katering kecil-kecilan,” kata Siswanto kepada Asumsi.co, Minggu (1/8/2021).

Meski ketika waktu luang membantu orangtuanya, ia juga kerap dipanggil sebagai pemain tamu di beberapa daerah untuk memperkuat salah satu klub tarkam. Jadi kondisi tubuh Siswanto sebagai pemain bola tetap fit dan terlatih.

“Saya pribadi tetap menjaga kondisi. karena sejak kecil hobinya di bola jadi pemain professional dan nasional. Kita tidak meninggalkan kondisi kita meskipun pandemi,” katanya.

Tarkam

Siswanto mengaku sering berpindah-pindah tempat main tergantung siapa yang mengajak. Pernah main di Garut, Bandung, Cianjur dan kadang luar kota. Ia merasa bersyukur masih bisa bermain dan ikut komunitas bersama teman-teman Persib dan artis preman pensiun.

“Mereka (Bandung Soccer Celebrity atau BSC dan Prima.FC) sering mengundang saya untuk bermain ke daerah-daerah.” katanya.

Ia tetap bersyukur meski pendapatan yang ia terima tidak sebanding selama menjadi pemain sepak bola professional. Karena dari komunitas itu, ia bisa tetap bermain bola sampai ada pengumuman kapan ada kompetisi lagi.

Siswanto bercerita, ia bergabung kedua komunitas tersebut sejak Januari 2021. Menurutnya, sebagai orang yang hidup dari bola harus pintar untuk menyambung hidup. Apakah nanti akan pensiun, jadi pelatih atau jadi pengusaha.

Jadi Pelatih SSB

Selain mendapatkan pendapatan menjadi pemain tarkam, Siswanto bercerita juga sempat ikut kursus pelatih yang diadakan APPI dan APSI dengan bantuan beasiswa dari Kemenpora untuk program Lisensi C AFC Excellent di Bali, 1-16 November 2020.

Kursus pelatih lisensi C itu diikuti oleh 26 peserta dari berbagai kalangan, termasuk para pesepakbola yang masih aktif bermain. Di antara 26 peserta tersebut, terdapat nama kapten Persipura Jayapura, Boaz Solossa.

Ia mengaku dapat beasiswa dan kursus bersama para mantan timnas termasuk Boaz Solossa. Di sana, Siswanto mendapat motivasi dari Indra Sjafri tentang tujuan diadakannya kepelatihan itu.

Menurut Indra, kata Siswanto, Indonesia kekurangan pelatih muda berbakat. Jika sudah tidak aktif lagi bermain bola untuk meneruskan karir sebagai pelatih. Dari wejangan Indra Sjafri, Siswanto mengaku mencoba peruntungan menjadi pelatih di SSB Subangkit Soccer.

Siswanto merasa cocok mengajar di sana dan mungkin setelah pensiun untuk menjadi pelatih sambil tetap bermain dengan komunitas Bandung Soccer Celebrity. Namun, ia suka grogi apabila diminta presentasi mengenai strategi.

“Kalau melatih saya bisa, tapi kalau presentasi dihadapan orang agak grogi,” katanya.

Baca Juga: APPI Angkat Bicara Soal Marc Klok Hingga Perlindungan Pemain Bola di Masa Pandemi

Ia berharap kompetisi sepak bola di Indonesia berjalan lagi sehingga para pemain tidak perlu banting setir seperti dirinya. Apakah nantinya kompetisi berjalan dengan prokes ketat, seluruh penonton dan pemain divaksin, baginya, itu tak masalah dan bisa menjadi solusi.

“Karena kita rezekinya dari bola, untuk membantu orangtua, untuk anak-istri, kalau tidak ada pemasukan bagaimana kita bisa bertahan,” katanya.

Ia juga meminta kepada pemain lain yang terdampak ekonominya, karena covid-19 untuk menjaga kesehatan dan menyikapi kondisi dengan sabar serta ikhtiar.  

“Kalau harapannya teman-teman kita tetap sabar dan jangan meninggalkan dunia sepak bola. Pasti ada rezeki, selama kita berdoa, usaha, ikhtiar Insya Alloh ada jalan keluar,” katanya,

Ia juga berpesan kepada pemain muda dan baru bergabung untuk juga jaga kondisi selama masih aktif. Sebab, kita tidak tahu kapan pemerintah akan membuka mata untuk pesepakbola nasional dan dibantu solusi terbaik.

“Supaya liga kita jalan,” katanya.

Share: Kisah Pesepakbola Bertahan Hidup Selama Pandemi, Dari Buka Warkop Hingga Jualan Kelapa