Isu Terkini

Kirim Foto Bugil ke Pacar: Pembuktian Rasa Sayang Berbuah Ancaman

Admin — Asumsi.co

featured image

M Yusuf, mahasiswa S2 sebuah perguruan tinggi di Surabaya, ditetapkan sebagai tersangka kasus penyebaran video bugil enam mantan pacarnya. Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus (Wadir Reskrimsus) Polda Jawa Timur AKBP Arman Asmara mengatakan bahwa tersangka akan ditindak pidana karena melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Dalam keterangan Arman Asmara, tersangka Yusuf mulanya meminta korban mengirimkan foto selfie dan video tanpa busana. Jika korban tidak menuruti permintannya, Yusuf tak segan-segan memberikan ancaman.

“Mengancam kepada yang bersangkutan (korban) bahwa ‘saya sudah memegang video kamu, kalau kamu tidak membentuk gaya yang kedua atau yang seterusnya, maka video akan saya sebarkan melalui media sosial’,” ujar AKBP Arman, Kamis 6 Desember 2018 kemarin.

Dalam kasus ini, ada tiga orang saksi dan tiga orang ahli yang dimintai keterangan polisi. Bersamaan dengan hal tersebut, polisi juga telah menyita barang bukti berupa tiga buah handphone, satu buah laptop, dan hard disk eksternal. Dari penyelidikan, diketahui pula bahwa tersangka telah mengunggah video korban-korbannya ke situs dewasa. Total ada enam korban, termasuk mantan pacar tersangka.

Memberikan foto atau video bugil kepada pacar kemudian dijadikan sebagai bahan ancaman sebenarnya tidak hanya terjadi pada enam mantan Yusuf saja. Kita tidak bisa menutup mata, bahwa fenomena tersebut sebenarnya juga dialami oleh beberapa perempuan lain di belahan penjuru dunia. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

I Believed in Him”

Sebut saja Putri, seorang perempuan berusia 26 tahun, mengaku pernah memperlihatkan tubuhnya pada sang mantan dengan mengirimkan beberapa foto. Bahkan ia berkata bahwa ia dan mantannya, Putra (samaran), saling bertukar foto tanpa busana. Ketika melakukan video call, ia pun sempat memperlihatkan tubuhnya pada Putra. Tanpa sepengetahuan Putri, Putra ternyata meng-capture bagian tersebut dan menyimpan dalam laptopnya.

Dari pengalaman Putri, ia dan Putra sudah beberapa kali bertukar foto tanpa busana. Namun, ia lebih sering mengirimkan fotonya. Kejadian ini bahkan sudah terjadi sebelum mereka resmi berpacaran.

“Dimulai sejak… Sebelum pacaran sih, karena udah deket kan. Biasa anak alay pacaran, terus rayu-rayu sana sini, kirim-kirim foto… and it grew from that [kebiasaan saling kirim foto],” ceritanya pada Asumsi.co (7/12). Ketika mereka resmi berpacaran, tindakan memperlihatkan tubuh tanpa busana ini masih berlanjut dan dilakukan atas dasar konsesus bersama. “It was a consensual relationship and therefore, actions. Sometimes it’s my idea, sometimes he asked for it”.

Percaya, menjadi dasar mengapa ia berani memperlihatkan tubuhnya di layar pada sang pacar (saat itu). “I believed in him that he would never spread it out,” tuturnya. Sayangnya, kepercayaan itu harus tercoreng.

Suatu hari, ia menemukan beberapa hasil screenshot di laptop Putra. Screenshot tersebut merupakan foto-foto tanpa busana Putri ketika mereka video call. “Pas video call, I didn’t know he screenshot,” kata Putri. Sontak, ia pun menghapus foto-foto tersebut di laptop Putra dan memberinya peringatan supaya tidak melakukannya lagi.

Namun janji hanyalah janji. Putra tetap melanjutkan kebiasaan tersebut ketika mereka video call, tanpa sepengetahuan Putri. “But I never know if he continued capturing our video calls,” ceritanya dengan nada kesal.

Ketika putus, barulah Putri mengetahui kalau Putra masih menyimpan hasil screenshot video call mereka. Hal ini terjadi ketika Putri mengakhiri hubungan dengan Putra. Tidak terima dengan keputusan itu, Putra mengancam akan menyebarkan foto-foto Putri yang tak berbusana itu. “Dia ngirimin capture-annya ke e-mailku, terus dia ngancem mau nyebar itu ke seluruh contact yang ada di Gmail-ku,” ujar Putri kepada Asumsi.co.

“Yang dulu bikin takut adalah karena di capture-an foto itu, ada wajah aku,” tuturnya sembari mengingat hal tersebut. “I was so stressful dan sejak saat itu aku memutuskan untuk enggak balik lagi ke Putra,” tegas Putri.

Keintiman dan Kepercayaan Kepada Sang Pasangan

Linda Setiawati, seorang psikolog di Personal Growth mengatakan bahwa perempuan yang bersedia memberikan foto atau video personal, biasanya terjadi karena merasa sudah sangat dekat dengan sang pacar.  Perilaku ini juga dilatari karena sang pelaku telah percaya bahwa hubungan tersebut akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius.

“Perilaku mengirim atau menyimpan itu juga bisa dilakukan untuk memiliki kedekatan emosional dengan pasangannya,” kata Linda kepada Asumsi.co, 10 Desember 2018.

Linda pun menjelaskan bahwa ada tiga aspek dalam hubungan percintaan, yaitu intimacy, passion, dan commitment (Sternberg). Kedekatan dalam sebuah hubungan bisa dikategorikan dalam intimacy; sedangkan passion merupakan tindakan selanjutnya yang menggiring seseorang untuk memikat pasangannya melalui beberapa tindakan seksual. Meminta foto tanpa busana adalah satu bentuk pemenuhan dorongan seksual dan hal masuk dalam aspek passion.

Baca Juga: 4 Sifat Mantan Pacar yang Persis dengan Mantan Presiden RI

Keinginan untuk meminta foto tanpa busana tersebut juga bisa dilatari rasa penasaran. “Ada yang mungkin karena rasa penasaran, terutama bagi remaja yang baru mulai terpapar dengan banyak informasi seksual. Ada pula dorongan seksual yang ada ketika seseorang menjalin hubungan romantis/intim, sehingga salah satu cara pemenuhan kebutuhannya adalah dengan meminta dikirimkan foto atau video pasangannya,” jelas Linda.

Lulusan S2 dengan gelar Magister Profesi (M.Psi) dari Universitas Indonesia ini juga memberikan kemungkinan lain dari fenomena meminta foto atau video tanpa busana ke pacar. Ia membeberkan bahwa foto atau video itu bisa dijadikan bukti untuk orang yang ingin merasa aman dengan hubungannya

“Ada penelitian juga mbak, yang menunjukkan hubungan antara perilaku mengirim foto video tersebut dengan jenis attachment (kedekatan) individu, di mana individu yang merasa cemas biasanya meminta pasangan untuk mengirimkan bukti.”

Ancaman Menandakan Kekuatan, Perempuan Rentan Jadi Korban

Pasangan, dalam hal ini laki-laki, yang meminta foto pacarnya tanpa busana memang tidak semuanya punya niat untuk memberikan ancaman. Namun, kata Linda, perubahan sikap bisa terjadi. Awalnya, hal ini merupakan sebuah bukti romantis dan kemudian menjadi tragis. Hal itu bisa terjadi tatkala pelaku merasa tidak mampu menyelesaikan masalah di dalam hubungannya.

“Ketika terjadi konflik dalam hubungan dan pelaku merasa tidak punya power atau tidak mampu untuk menyelesaikannya, sehingga salah satu cara yang terpikirkan adalah dengan mengancam menggunakan foto tersebut,” tutur Linda.

Jika ancaman yang demikian telah terjadi, perempuan akan lebih rentan menjadi korban. Seperti yang kita ketahui bersama, masyarakat Indonesia memiliki stigma lebih berat terhadap perempuan. Jika ada berita tentang perkosaan misalnya, korban perempuan akan disalahkan karena gaya baju yang dikenakan, tetapi pelaku yang tak mampu mengontrol nafsu bisa lebih bebas dari terpaan isu.

Namun yang perlu disadari oleh perempuan Indonesia adalah, sebuah ancaman yang diberikan pasangan merupakan bentuk hubungan yang tidak sehat. “Ancaman yang diberikan dari satu pihak ke pasangannya dengan tujuan untuk mengontrol, adalah salah satu indikator emotional abuse,” tegas Linda.

Seperti halnya physical abuse, emotional abuse juga memiliki tujuan untuk bisa mengontrol, namun tidak menggunakan kekerasan fisik seperti memukul. Linda pun menjabarkan beberapa indikator sebuah hubungan telah mengalami emotional abuse, yaitu di antaranya: ancaman, menyalahkan pasangan, mengkritik pasangan terus-menerus dengan tujuan mendapatkan kontrol dalam hubungan.

Memberikan batasan atau bahkan larangan kepada pasangan agar tidak berhubungan oleh orang lain tanpa alasan yang jelas, bagi Linda, itu juga termasuk dalam salah satu indikator adanya emotional abuse dalam hubungan tersebut.

Saran Linda untuk korban dalam hal ini perempuan, lebih baik memutuskan untuk keluar dari hubungan tersebut yang dirasakan sudah tidak lagi sehat lagi, apalagi tidak ada jalan keluar bersama yang bisa diambil.

“Jika memang sudah terjadi perilaku mengirim foto, korban bisa memikirkan kira-kira apa dampak yang akan terjadi jika pelaku memang benar akan menyebarkan foto tersebut. Jika korban khawatir dengan respons orang tua atau keluarga, maka ia bisa terlebih dahulu menyampaikannya kepada mereka,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh Winda CS dan Dinda S Paramitha.

Share: Kirim Foto Bugil ke Pacar: Pembuktian Rasa Sayang Berbuah Ancaman