General

Kenapa Kampanye Pemilihan Wali Kota Bandung Sepi di Media Sosial?  

Kiki Esa Perdana — Asumsi.co

featured image

Media sosial terkadang menjadi salah satu tempat kampanye yang cukup ramai, mulai dari buzzer politik hingga informasi mengenai kandidat dari berbagai macam media biasanya terlihat hampir setiap hari pada masa kampanye.

Tahun 2018 ini kita ketahui sebagai tahun politik, di mana diadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di seluruh Indonesia. Terhitung terdapat 171 pilkada serempak di tahun ini; dengan rincian 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten.

Kota Bandung, selain menjadi ibu kota Provinsi Jawa Barat, juga dinilai menjadi daerah strategis dan penting dalam politik. Kota Kembang ini akan berpartisipasi dalam pemilihan wali kota pada 27 Juni nanti.

Sudah ada tiga pasang yang namanya diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) beberapa waktu lalu. Mereka adalah:

  • Pasangan nomor urut 1: Nuruf Arifin-Chairul Yaqin Hidayat (didukung Partai Golkar, Partai Demokrat, PKB, PAN, Perindo)
  • Pasangan nomor urut 2: Yossi Irianto-Aries Supriatna (PDIP, Hanura, NasDem, PPP)
  • Pasangan nomor urut 3: Oded M Danial-Yana Mulyana (PKS dan Gerindra)

Peneliti senior Soegeng Sarjadi Syndicate Toto Sugiarto mengatakan dalam opininya di Kompas.com, “Media sosial efektif sebagai sarana pertukaran ide. Penyebaran berbagai ide, termasuk isi kampanye via media sosial, berlangsung amat cepat dan hampir tanpa batas”.

Namun, entah kenapa dalam kampanye wali kota Bandung saat ini, menurut hemat penulis, tidak terdengar riuh kegiatan kampanye di media sosial.

Suasana yang berbeda terjadi pada saat pemilihan wali kota terakhir di Bandung pada 2013 lalu, dengan 8 calon wali kota di mana Ridwan Kamil menang dengan perolehan suara 45,24%, netizen dan calon wali kota pada saat itu aktif di media sosial.

Generasi millennial yang biasanya aktif menjadi pengguna media sosial dan memiliki peran besar dalam pemilihan politik di era modern ini, tidak bisa dipungkiri berperan penting dalam menaikkan isu politik di masyarakat melalui media sosial.

KPU Kota Bandung mencatat, ada sebanyak 300 ribu pemilih muda dari total populasi 1,7 juta jiwa di Kota Bandung, atau sekitar 20% dari jumlah pemilih.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah benar generasi millennial sudah mulai meninggalkan media sosial? Atau mungkin isu yang dihadirkan para calon wali kota Bandung ini yang dinilai generasi millennial tidak menarik?

A post shared by Nurul Arifin (@na_nurularifin) on Mar 14, 2018 at 11:46pm PDT

Politisi Partai Golkar, Nurul Arifin, yang mengusung jargon “Bandung geulis, Bandung harmonis”, bersama wakilnya sangat aktif dalam mengampanyekan semangat kesetaraan hingga mempersiapkan program Bandung Ramah Perempuan, Anak, dan Disabilitas.

Mantan Sekretaris Daerah Kota Bandung, Yossi Irianto, yang berjargon “Bandung hebring (hebat)”,  mendekati supporter sepak bola Bandung dengan berjanji akan membangun kampung Persib di daerah Gedebage. Ia juga mendapat dukungan secara formalitas politik dari Ridwan Kamil, wali kota saat ini.

Sedangkan Wakil Wali Kota Bandung saat ini, Oded M. Danial, yang berjargon “Mantap Jiwa (Manusia Tangguh, Patuh, Mengaji dan Berwibawa), menyiapkan program-program pertemuan rutin dengan warga untuk membahas permasalahan kota dan juga rencana program “Cintai Dilan” yaitu Cintai Duafa dan Daerah dengan Infak Berkelanjutan.

Berbagai program menarik ini semuanya hampir dipublikasikan bukan dari media sosial akun resmi masing-masing calon atau partai pendukung, namun melalui pemberitaan lewat media-media lokal. Sebagai tambahan, akun media sosial ketiga pasangan calon juga dinilai tidak aktif berkampanye dan melakukan interaksi dengan followers-nya.

Akun Twitter dan Instagram @na_nurularifin memang mengunggah foto-foto kegiatan mantan artis ini, tapi postingan-nya masih terkesan satu arah. Ia jarang membalas komentar dari pengikutnya. Mungkin karena sebagai seorang politisi yang sedang berkampanye, ia sulit menemukan waktu untuk menggunakan media sosial yang ia kelola sendiri, tanpa bantuan staf.

Nurul sendiri memiliki 22 ribu lebih pengikut di Instagram, namun followers di Twitter sangat sedikit, hanya sekitar 735 orang, padahal ia sudah mendapatkan verifikasi centang biru.

Hayu warga Bandung kita mulai Kampanye yang ramah lingkungan…. Manfaatkan yang tersisa agar tetap jadi barang yang berguna, hatur nuhun pic.twitter.com/QfDWd0sRVK— Yossi Irianto (@kang_yossi) March 1, 2018

Akun Twitter @yossiirianto yang memiliki 5,500an pengikut, terakhir mencuit pada 5 Maret lalu, lebih dari dua pekan lalu. Itu pun ia hanya me-retweet tautan situs berita yang memberitakan Ridwan Kamil mendukungnya sebagai pengganti.

Sementara Oded memiliki 15,800an followers di Twitter dan hampir 3 ribu pengikut di Instagram. Di Twitter, ia terakhir mencuit pada pertengahan Desember 2017 lalu! Sudah terlalu lama bagi pejabat publik, baik yang sedang menjabat maupun sedang berkampanye.

Di Instagram, meski followers-nya lebih sedikit, ia lebih rutin mengunggah foto-foto kegiatan kampanyenya atau aktivitasnya yang menggambarkan dirinya sebagai pemimpin yang merakyat, sesuai dengan platform-nya.

A post shared by Oded M Danial (@mangoded_md) on Mar 13, 2018 at 2:07am PDT

Hal ini sepertinya secara tidak langsung diikuti netizen di jagad maya untuk tidak membahas ketiga pasangan calon wali kota tersebut karena minimnya program di media sosial.

Fenomena kandidat wali kota yang tidak fokus berkampanye di media sosial ternyata membawa hal baru dalam kampanye modern di Kota Bandung. Sehingga muncul pertanyaan, apakah generasi millennial yang biasanya pandai mengangkat isu dan bahkan perubahan, sudah tidak lagi tertarik dengan pemilihan wali kota?

Ataukah isu yang diangkat oleh para calon wali kota ini dinilai kurang menarik bagi generasi millennial untuk dibahas? Ataukah semuanya memang tengah terfokus di pemilihan gubernur Jawa Barat yang skala dan pemberitannya lebih besar?

Kiki Esa Perdana adalah dosen ilmu komunikasi. Ia sangat antusias dengan isu komunikasi politik dan budaya.

Share: Kenapa Kampanye Pemilihan Wali Kota Bandung Sepi di Media Sosial?