General

Kader Golkar Dukung Prabowo-Sandi dan Politik Dua Kaki di Pemilu 2019

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Politikus Partai Golkar Erwin Aksa memutuskan untuk mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Keputusan itu berseberangan dari partainya yang jelas mendukung pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Lalu, bagaimana nasib Erwin bersama Golkar?

Erwin sendiri yang merupakan keponakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), memiliki alasan kuat mengapa mendukung Prabowo-Sandi. Ia mengaku ingin mendukung sahabatnya, Sandiaga. Ia bahkan terlihat muncul di barisan pendukung kubu pasangan nomor urut 02 untuk menonton Sandiaga Uno saat Debat Cawapres 2019, Minggu, 17 Maret 2019.

Erwin mengaku selalu mendukung Sandiaga sejak dulu, apalagi keduanya memang tercatat sebagai teman dekat. Keduanya pernah menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Erwin bahkan merupakan pendukung setia Sandiaga ketika ikut bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 yang berpasangan dengan Anies Baswedan.

“Terkait pilihan saya untuk calon presiden dan calon wakil presiden 2019-2024, perlu saya sampaikan bahwa memang betul saya mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi. Pilihan saya ini saya sadari tidak sejalan dengan pilihan Partai Golkar, di mana saya bernaung saat ini,” kata Erwin Aksa dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Maret 2019.

Alasan Erwin Mendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019

Erwin mengungkapkan bahwa keputusannya mendukung Prabowo-Sandi merupakan sikap pribadi dan tak ada urusannya dengan partai. Bahkan, ia mengakui tak pernah membawa nama Golkar dalam kampanye sosialisasi capres-cawapres. Ia pun meminta perbedaan sikap politik dalam mendukung capres-cawapres di Pilpres 2019 tidak ditanggapi berlebihan.

Apalagi, Erwin sendiri sudah mengakui bahwa dukungannya itu murni karena persahabatannya dengan Sandi. Sehingga atas nama persahabatan, ia merasa harus mendukung Sandi di Pilpres 2019 nanti.

Baca Juga: Misi di Balik Politik Dua Kaki Demokrat Pada Pilpres 2019 dan Dampaknya

“Saya dan Sandiaga Uno merupakan sahabat sejati, mantan Ketua Umum Hipmi dan aktif di Kadin. Kami punya ikatan emosional yang tidak bisa kami hilangkan dan kami lupakan. Kami memiliki hubungan persahabatan yang hakiki. Saya menggantikan Sandi menjadi Ketua Umum Hipmi Munas di Bali dan Sandi-lah yang membantu saya sehingga saya bisa menjadi Ketua Umum Hipmi menggantikan Sandi,” ujar Erwin.

“Bagi saya, persahabatan lebih penting dari segalanya. Jangan sampai persahabatan terputus karena pilihan politik yang berbeda. Nilai-nilai persahabatan harus terus dipupuk karena nilai-nilai persahabatan adalah modal sosial yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia,” ucapnya.

Erwin Memilih Non Aktif dari Partai Golkar

Sadar dengan situasi yang bakal rumit di internal Golkar, Erwin pun meminta maaf atas dukungannya kepada Prabowo-Sandi itu. Ia pun memutuskan non aktif sementara dari partai berlambang pohon beringin tersebut. Namun, status non aktif itu hanya sampai proses pencapresan selesai.

“Saya sadar dan memahami konsekuensi dari partai, saat ini saya tidak sejalan dengan partai. Namun langkah saya ini bukan berarti tidak taat asas, tapi demi persahabatan saya dengan Sandiaga Uno. Akhirnya saya mohon maaf kepada seluruh kolega dan kader Partai Golkar di seluruh Indonesia, dan dengan ini saya menyatakan nonaktif dari kepengurusan Partai Golkar sampai proses pencapresan selesai,” kata Erwin.

Sementara dalam mekanisme partai, Golkar berpotensi menetapkan sanksi bagi para kadernya yang dinilai keluar dari garis dan kebijakan partai. Sesuai aturan organisasi, setiap kader yang melanggar bisa mendapat konsekuensi berupa teguran lisan, tertulis, sampai yang paling berat sanksi diberhentikan dari partai.

Sekadar informasi, Erwin Aksa sendiri merupakan putera Aksa Mahmud, pengusaha asal Sulawesi Selatan, yang berstatus adik ipar Wapres JK. Aksa Mahmud sendiri sudah mendeklarasikan diri untuk mendukung Jokowi. Sementara, Erwin yang mendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019, menyatakan tidak tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) kubu 02.

Politik Dua Kaki di Pilpres 2019

Isu politik dua kaki memang merebak jelang Pilpres 2019. Tak hanya Erwin yang berpotensi dianggap bermain politik dua kaki. Sebelumnya, ada Partai Demokrat yang disebut-sebut ingin bermain aman dengan menerapkan strategi politik dua kaki.

Seperti diketahui, banyak kader Partai Demokrat di Papua secara terang-terangan menyatakan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amien di Pilpres 2019. Selain itu, yang terbaru, ada pula Partai Demokrat di Jawa Timur yang menegaskan akan mendukung Jokowi-Ma’ruf.

Bahkan dari survei yang dilakukan, kader Demokrat di Jatim hampir 86 persen merupakan pendukung berat Jokowi. Hal itu ditegaskan Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo di kantor DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 2 Maret 2019.

“Pada saat awal kan saya survei juga, 86 persen itu caleg Demokrat itu ke Pak Jokowi, 14 persen itu (ke Pak Prabowo), itu kan sudah beberapa bulan yang lalu, hampir 6 bulan yang lalu,” kata Soekarwo di kantor DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 2 Maret 2019 .

Tak hanya itu saja, Soekarwo mengatakan bahwa warga Jawa Timur sebagian besar mendukung Jokowi. Maka dari itu, demi memenangkan Demokrat maka pihaknya mau tidak mau harus mendukung Jokowi-Ma’ruf. Lebih lanjut, menurut Soekarwo, ini merupakan strategi pemenangan yang harus memperhitungkan kondisi di lapangan.

Baca Juga: Saling Sikut Merebut Suara Swing Voters di Pemilu 2019

Soekarwo mengatakan elektabilitas Partai Demokrat saat ini naik dibanding posisi 2014 silam. Mantan Gubernur Jawa Timur itu menambahkan bahwa yang terpenting baginya yakni anak muda atau milenial harus dilibatkan. Pasalnya, salah satu sasaran Demokrat adalah milenial.”Partai Demokrat naik di Jawa Timur. Jadi, jangan merumuskan sendiri. Mereka harus dilibatkan dalam proses keputusan,” ucapnya.

Sejauh ini, Soekarwo yang merupakan panglima di wilayah timur ini mengakui bahwa dirinya masih melakukan pemetaaan di wilayah-wilayah mana saja Partai Demokrat mendapatkan suara banyak. Daerah timur meliputi, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogjakarta, Jawa Timur, seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, Bali dan Nusa Tenggara secara keseluruhan. Lalu, wilayah barat meliputi Sumatera, Banten, Aceh, Lampung dan Jawa Barat.

“Jadi, saya sudah kumpulan. Ke-23 daerah itu saya minta mapping, dan saya minta kirimkan matriksnya,” kata sosok yang akrab disapa Pakde Karwo itu.

Sekadar informasi, di Pilpres 2019 ini Partai Demokrat memang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun Demokrat membebaskan keder dan calegnya untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.

Di sisi lain, Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pernah mengatakan bahwa Partai Demokrat memang membagi fokusnya untuk dua kontestasi sekaligus yakni Pilpres dan Pileg 2019. Maka dari itu, ia menegaskan setiap partai memiliki kedaulatan, begitu pula Partai Demokrat.

AHY menyampaikan hal itu terkait isu Partai Demokrat yang disebut bermain politik dua kaki, di mana secara partai mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, di sisi lain sejumlah kadernya justru terang-terangan mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. “Setiap partai punya kedaulatan dan Demokrat juga punya kedaulatan,” ucap AHY di kediamannya, Jakarta, Rabu, 12 September 2018 malam.

“Yang jelas tidak berubah. Hari ini insya Allah sampai dengan akhir masa kampanye pemilu 2019, Partai Demokrat akan bersama-sama Pak Prabowo dan Pak Sandi untuk bisa menyukseskan beliau-beliau ini menjadi pemimpin yang amanah dan adil untuk kita semua,” ujarnya

“Kaki kanan ingin pilpres kita menang. Kaki kiri pileg juga tidak ditinggalkan,” kata AHY yang menganalogikan politik dua kaki.

Share: Kader Golkar Dukung Prabowo-Sandi dan Politik Dua Kaki di Pemilu 2019