Teknologi

Jual Gawai Tanpa Charger Buat Kurangi Limbah Elektronik, Apa Benar Efektif?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Tangkapan Layar YouTube Xiaomi Indonesia

Xiaomi meresmikan hadirnya ponsel Mi 11 di Indonesia baru-baru ini. Mereka mengumumkan ponsel ini dibanderol seharga Rp9,999 juta.

Diperkenalkan sebagai ponsel pertama di Indonesia yang dirilis dengan system on a chip (SoC) flagship Qualcomm, Mi 11 bisa mulai dibeli melalui sistem pra pesan (pre order) mulai 23 Maret 2021 pukul 00.00 WIB melalui situs-situs marketplace.

Apa keunggulannya?

Berdasarkan informasi yang disampaikan akun Instagram Xiaomi Indonesia, ponsel ini merupakan ponsel pertama yang memakai Snapdragon 888 dengan RAM 8GB/12GB, serta pilihan penyimpaman 128GB/256GB.

Untuk tampilan layarnya, disebutkan ponsel kali ini memiliki ukuran 6,81 inch QHD+ 120Hz AMOLED. 

“Jadilah sorotan dengan kamera sinematik 108MP, chipset Qualcomm Snapdragon 888 pertama di Indonesia dan layar AMOLED 120Hz ultimate clear WQHD , mari kita sambut era #MovieMagic bersama kami,” tulis akun @xiaomi.indonesia. 

Selain itu, Mi 11 juga dilengkapi fitur dual stereo speaker. Pilihan warna yang disediakan ada dua, yaitu Horizon Blue dan Midnight Grey.

Fitur kamera utamanya, Mi 11 memiliki resolusi 108 megapixel sebagai kamera utama di belakang, dengan ukuran sensor sebesar 1/1,33″.

Selanjutnya, Mi 11 juga dilengkapi kamera ultrawide 13 megapixel, dan kamera makro 5 megapixel. 

Sedangkan, pada kamera depannya diketahui memiliki resolusi 20 megapixel yang tersimpan dalam hole punch di layarnya.

Sejumlah kelengkapan fitur lain juga mengiringi kemampuan kameranya, mulai dari mode malam, telemakro, pro time-lapse hingga 8 sinematik filter video.

Paket penjualan Mi 11 masih dilengkapi charger

Penjualan ponsel yang tak menyertakan adaptor charger di dalam paketnya tengah menjadi tren belakangan ini. Tren bermula dari Apple yang membuat sebuah gebrakan dengan meniadakan adaptor charger dalam paket penjualan iPhone 12. 

Keputusan ini diambil atas pertimbangan mereka bahwa Apple ingin ambil bagian menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dan zero waste

“Ini merupakan upaya kami untuk menjaga lingkungan. iPhone 12 tidak menyertakan adaptor daya atau EarPods. Silakan gunakan adaptor daya dan headphone Apple Anda yang saat ini masih terpakai atau membeli aksesori tersebut secara terpisah,” tutur Vice President Apple, Lisa Jackson saat peluncuran lini iPhone 12 yang berlangsung virtual Oktober lalu.

Ia meilai perubahan ini, mampu mengurangi lebih dari 2 juta metrik ton emisi karbon. Terlebih, dirinya mengungkapkan sudah ada lebih dari 2 miliar adaptor charger di seluruh dunia.

Kebijakan ini sempat mendapat sindiran dari kompetitornya, seperti Samsung dan Xiaomi. Mereka melontarkan sindiran terhadap produk yang dijual perusahaan besutan Steve Jobs itu lewat Twitter.

“Jangan khawatir, kami tidak meninggalkan apapun di luar kotak kemasan. # Mi10TPro,” tulis akun @Xiaomi.

Sementara, kala itu Samsung melontarkan kicauan yang lebih menyoroti fitur 5G yang dibanggakan Apple pada iPhone 12 mereka.

“Beberapa orang hanya menyapa dengan kata-kata “Hi, Speed”, kami sudah berteman lebih dulu dengan sebutan itu. Miliki perangkat Samsung Galaxy 5G Anda sekarang di tautan ini http://smsng.us/5Gproducts ,” tulis Samsung dalam kicauannya.

Namun, langkah Apple ini diikuti oleh perusahaan gawai asal Korea Selatan itu. Pada awal tahun ini, mereka menjual seri handphone (HP) flagship Samsung tanpa adapter charger di kotak pembeliannya. 

Hal serupa diikuti Xiaomi saat meluncurkan lini ponsel flagship terbarunya, Mi 11 untuk pasar Tiongkok pada akhir tahun lalu. Mereka menyampaikan bahwa paket pembelian produknya bisa dibeli tanpa adaptercharger di dalamnya.

“Pengumuman tidak disertakannya charger dalam kotak pembelian itu ditujukan untuk pasar China daratan. Xiaomi akan menawarkan dua versi penjualan,” kata Xiaomi dilansir dari Kompas.

Bagi pembelian paket penjualan produk Mi 11 yang disertai adapter charger, maka akan disertai charger GaN 55 watt terpisah, yang dijual sebagai bundling. Xiaomi mengonfirmasi bahwa kedua opsi tersebut dipatok dengan harga yang sama.

Berbeda dengan penjualan di Tiongkok, paket penjualan di Indonesia untuk setiap kemasan pembelian Mi 11, Xiaomi akan menyertakan adaptor charger berupa pengisi daya 55W berteknologi Galium Nitride (GaN).

Apa alasannya?

Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse mengungkapkan, pihaknya kerap menerima pertanyaan dari para penggunanya, soal kemungkinan produk terbaru Xiaomi tidak akan menyerakan pengisian daya di paket penjualannya. Hal ini kata dia menjadi perhatian pihak Xiaomi.

“Pesaing kami belum lama memulai tren dengan tidak menghadirkan adapter carger di dalam box. Ini terutama untuk tujuan melindungi lingkungan. Banyak dari anda yang mengganti smartphone setahun sekali atau dua kali dan anda mengumpulkan banyak charger 10W atau 18W di rumah,” jelas Alvin saat peluncuran produk Mi 11 secara virtual, (16/3).

Ia menambahkan, Xiaomi juga ingin menjadi bagian sebagai perusahaan teknologi yang menjaga lingkungan. Mereka pun mengambil keputusan untuk meniadakan adapter charger 18W dalam paket penjualan. Namun, menggantinya dengan menghadirkan pengisi daya 55W berteknologi Galium Nitride (GaN) di setiap paket penjualannya.

“Xiaomi adalah untuk pengguna dari pengguna, kami mendengar masukan anda. Kami tidak mengingikan adapter charger 18W. Jadi, Xiaomi Indonesia akan melampaui ekpektasi anda. Kami menyertakan 55w adapter charger,” ungkapnya. 

Ia mengklaim, 55W charging adalah salah satu pengisian daya tercepat yang ada di industri saat ini. Daya pengisiannya yang kilat, mampu membuat pengisian dari 0 ke 100 berlangsung hanya selama 53 menit.

“Satu charger Anda dapat mencharge satu laptop, gaming console, dan smartphone. Teknologi Gan memberi Anda kepadatan baterai yang padat, setengah ukuran dari tipikal charger berbasis Silicon Valley,” tuturnya.

Tepatkah menjual ponsel tanpa charger?

Pengamat gawai dari Komunitas Gadtrade, Lucky Sebastian mengatakan tren menjual ponsel tanpa adapter charger memang diawali oleh Apple lewat penjualan iPhone 12.

Langkah senada pun diikuti kompetitornya. Namun, penjualan gawai tanpa pengisi daya, kata dia,spesifik hanya dilakukan pada gawai flagship. Tipe gawai ini, merupakan produk terbaik  yang berada di kelas premium atau termahal dari suatu brand teknologi. 

“Memang dilihat dari trennya, hanya diterapkan pada produk flagship phone. Ini karena pembelinya dianggap lebih rajin mengganti ponsel karena sudah punya charger,” ujar Lucky kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Rabu (17/3).

Ia menuturkan, hal yang diutamakan oleh brand memutuskan menjual gawai flagship tanpa adapter pengisi baterai karena mampu menekan biaya produksi, terutama dari segi pengemasan dan pengirimannya.

“Ini dibikin lebih ramping karena tanpa charger. Alasannya, pertama karena mengurangi limbah teknologi, memang benar. Cuma yang paling penting, bisa menekan biaya dan pengiriman karena kemasannya kan, jadi lebih ramping. Mereka kirim barangnya jadi muat lebih banyak dan efisien di dalam ekspedisi,” terangnya.

Menurutnya, sah-sah saja penjualan gawai flagship dilakukan tanpa menyertakan adapter charger di dalam paket penjualannya. Pasalnya, keberadaan adapter charger sebenarnya sama sekali tidak memengaruhi nilai penjualan produknya.

“Sebenarnya untuk produknya ini, penghemaatan lebih banyak bukan dari charger. Charger ini enggak mahal, ongkos buatnya paling hanya $45 dollar maksimal. Nilai keuntungannya justru menekan biaya pengiriman supaya lebih murah. Selain itu, penjualan itu yang dinilai harganya dari produk gawai dan fitur canggihnya,” ungkap dia.

Efektifkah menekan limbah teknologi?

Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengapresiasi langkah perusahaan teknologi yang menjual gawai produksinya tanpa menyertakan adapter charger. 

Hal ini, menurutnya perlu dilakukan karena semakin banyak limbah elektronik di Tanah Air, hingga upaya daur ulangnya juga dinilai semakin sulit. 

Cycle produknya juga semakin singkat. Sayangnya juga, sejauh ini belum ada standar batas limbah elektronik agar bisa diminimalkan,” ujarnya saat dihubungi terpisah.

Sementara soal sejauh mana, upaya penjualan gawai tanpa pengisi daya baterai mampu menekan limbah elektronik di Indonesia saat ini, Walhi mengatakan masih terus mendalaminya meski sudah memiliki data sementara. “Data sendiri masih gelap. Perkiraan itu diangka 1% (menekan) sampah rumah tangga limbah elektronik, termasuk baterai,” ujar Sawung.

Share: Jual Gawai Tanpa Charger Buat Kurangi Limbah Elektronik, Apa Benar Efektif?