Isu Terkini

Jokowi Hadiri ‘World Economic Forum’ di Vietnam, Begini Pembahasannya

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Tiga hari belakangan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki kunjungan hingga dua negara sekaligus. Kunjungan ini diawali dengan kunjungan ke Korea Selatan pada Senin, 10 September 2018  kemarin. Ini merupakan bentuk kunjungan balasan Presiden Moon Jae-in yang sempat ke Indonesia pada 2017 lalu.

Dalam lawatan menandai 45 tahun hubungan Indonesia-Korea Selatan itu, seperti biasanya Jokowi cukup menyita perhatian publik. Mantan Wali Kota Surakarta itu menjadi tamu negara pertama yang disambut di Istana Changdeok oleh Presiden Moon Jae-in. Mereka juga sempat berkunjung ke Dongdaemun yang menjadi sentra perbelanjaan di Seoul, dan yang paling viral adalah aksi Jokowi bergoyang bersama dengan personel boyband Korea yang legendari, Super Junior.

Keesokan harinya, tepatnya pada Selasa 11 September 2018, orang nomor satu di Indonesia itu kembali melanjutkan perjalannya ke Vietnam. Didampingi Ibu Negara Iriana, Jokowi langsung mengikuti serangkaian upacara penyambutan kenegaraan dan diakhiri dengan jamuan santap malam bersama Presiden Vietnam.

Selain melaksanakan kunjungan kenegaraan dan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan, Presiden Jokowi memang memiliki agenda khusus untuk menghadiri acara World Economic Forum (WEF) on ASEAN. Apa itu WEF?

Forum Ekonomi Dunia

World Economic Forum (WEF) merupakan organisasi internasional untuk kerjasama publik-swasta. Didirikan pada tahun 1971 sebagai yayasan nirlaba dan berkantor pusat di Swiss, WEF ini beranggotakan para pemimpin politik, bisnis, dan pemimpin masyarakat yang terkemuka untuk membentuk agenda global, regional dan industri.

Tahun ini, acara WEF yang diselenggarakan di National Convention Center (NCC), Hanoi, yang berlangsung pada Rabu, 12 September 2018. Presiden Jokowi sendiri menjadi pemimpin delegasi dari Indonesia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani berlaku sebagai anggota delegasi sekaligus bertugas sebagai Koordinator Ketua WEF di ASEAN.

Perlu diketahui, sepuluh negara yang membentuk ASEAN seperti Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos (Laos), Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Viet Nam jika digabungkan mampu menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia.

Dalam kesempatan ini, para pemimpin dari setiap sektor akan fokus membahas inovasi yang diperlukan untuk pertumbuhan kawasan, dilihat dari segi teknologi sampai ketegangan politik di Laut Cina Selatan.

“Bersamaan dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik, negara-negara ASEAN harus bergulat dengan gangguan Revolusi Industri Keempat. Pengembangan eksponensial teknologi baru seperti AI, robotika canggih, obat presisi, kendaraan otonom dan banyak lainnya tidak hanya berubah, tetapi juga mengubah ekonomi, bisnis, masyarakat, dan politik,” kata pemimpin WEF Justin Woods.

Pembahasan Seputar Ekonomi-Politik ASEAN

Topik besar dalam agenda “WEF on ASEAN” tentunya pembahasan tentang masa depan. Di ASEAN dalam 15 tahun ke depan diperkirakan angkatan kerja bertambah sebanyak 11.000 pekerja setiap harinya. Tapi, di lain sisi kemajuan teknologi seperti terciptanya robot industri tentu menjadi ancaman untuk para pekerja di ASEAN.

Makanya, mulai dari geopolitik, inovasi, kewirausahaan, perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif menjadi agenda yang utama di WEF. Selain Presiden Jokowi, Kepala negara ASEAN yang telah dikonfirmasi kehadirannya terdiri dari Perdana Menteri Kamboja Samdech Techo Hun Sen, Perdana Menteri Laos Thongloun Sisoulith, Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir bin Mohamad, Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien-Loong, Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte, dan dari tuan rumah Perdana Menteri Vietnam Nguyễn Xuân Phúc.

Diskusi itu nantinya akan dipimpin oleh Chief Executive Officer, Plan International dari Inggris Anne-Birgitte Albrectsen, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, Menteri Luar Negeri Republik Korea Kang Kyung-Wha, Penjabat Menteri Informasi dan Komunikasi Vietnam Nguyen Manh Hung, Ketua CIMB Group Holdings dari Malaysia Nazir Razak, Managing Partner Global, McKinsey & Company, Hong Kong SAR Kevin Sneader.

Mereka semua termasuk di antara 900 pemimpin politik, bisnis, akademik, dan masyarakat, termasuk 75 wirausaha yang dipilih dalam kompetisi kami untuk menyoroti start-up paling inovatif. Di mana hasil dari pembahasan itu akan menghasilkan sebuah program publik. Presiden Jokowi sendiri, dalam kesempatannya berpidato menegaskan, bahwa prospek Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0 adalah menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

“Revolusi Industri 4.0 ini akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan daripada yang dihilangkan. Tidak hanya dalam jangka panjang, tetapi juga dalam jangka pendek. Revolusi Industri 4.0 ini tidak akan meningkatkan ketidaksetaraan tetapi malah akan menguranginya,” ujar Jokowi dalam pidatonya di World Economic Forum ASEAN 2018 di Hanoi, Vietnam, Rabu, 12 September 2018.

Share: Jokowi Hadiri ‘World Economic Forum’ di Vietnam, Begini Pembahasannya