General

Bursa Calon Pengganti Setnov di DPR, Yang Mana Jagoan Lo?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Status Setya Novanto sebagai tahanan KPK mengguncang partai Golkar. Ya lo bayangin aja, Setnov adalah pucuk pimpinan tertinggi baik di Golkar maupun di DPR. Pasca ditahan, tugas Golkar jadinya nggak cuma mencari calon pengganti Novanto sebagai ketua umum di Partai Beringin, tapi juga sosok ketua DPR di lembaga legislatif milik negara tersebut. PR banget yah.

Nah, seiring dengan menguatnya desakan penggantian Setnov di posisi ketua DPR, beberapa nama dari fraksi partai Golkar sudah mulai muncul kepermukaan. Tim Asumsi menghimpun nama-nama mereka berikut analisa pro dan kontra-nya kalau mereka menduduki kursi DPR 1 kelak. Siapa aja sih, mereka? Yuk, intip daftarnya!

1. Aziz Syamsuddin

(+) Aziz adalah politisi muda Golkar. Kariernya sebagai legislator di DPR RI sudah dimulai sejak tahun 2004, ketika dia terpilih menjadi anggota DPR dari dapil Lampung II. Dalam perkembangan selanjutnya, pria kelahiran Jakarta, 31 Juli 1970 itu menjabat sebagai wakil ketua komisi III dengan lingkup tugas hukum, HAM dan keamanan. Saat ini, Azis tengah menduduki jabatan strategis sebagai ketua Badan Anggaran (Banggar). Dengan pengalamannya sebagai legislator yang sudah lebih dari satu dekade, tampaknya tidak berlebihan jika nama Aziz muncul kepermukaan sebagai calon kuat pengganti Setnov. Apalagi dengan usianya yang masih tergolong muda, yaitu 47 tahun, kepemimpinan Aziz bisa jadi oase segar diantara wajah politisi Golkar yang cenderung berumur dan “itu-itu” saja.

(-) Tahu Miryam S Haryani, gak? Miryam ini merupakan anggota DPR dari fraksi partai Hanura yang menjadi tersangka pemberian kesaksian palsu korupsi E-KTP. Dalam persidangan, Miryam pernah menyebut Aziz adalah salah satu anggota DPR yang menekan Miryam. Meskipun sudah dibantah oleh yang bersangkutan, namun kesaksian ini bisa mencoreng nama Aziz dalam bursa pencalonan. Trauma deh kita, sama E-KTP E-KTP-an. Cari yang bersih-bersih aja.

Electability: ***

2. Bambang Soesatyo

(+) Bambang Soesatyo disebut-sebut sebagai salah satu calon paling kuat pengganti Setnov. Politisi yang akrab dipanggil Bamsoet ini tengah menjabat sebagai Ketua Komisi III, dan dikenal sebagai sosok yang menyenangkan oleh rekan-rekannya di komisi. Gak hanya rekan se-fraksi, pendapat serupa justru banyak disampaikan juga oleh fraksi-fraksi lain. Politisi berlatar belakang pengusaha ini juga dulunya jurnalis loh.

(-) Sama halnya dengan Aziz, nama Bamsoet juga ikut terseret sebagai pihak yang diduga ikut menekan Miryam. Selain itu, Bamsoet juga sering terlihat memamerkan kehidupan mewahnya di media sosial. Kalau lo buka akun instagramnya, muncul deh tuh foto-foto mobil mewah Bamsoet yang sering banget gonta-ganti. Ya gak apa-apa sih sebenernya, tapi dalam kondisi masyarakat Indonesia sekarang yang tengah mengalami krisis kepercayaan terhadap lembaga DPR, sikap Bamsoet ini malah bisa jadi bumerang buat image-nya sebagai wakil rakyat.

Electability: ****

3. Ade Komarudin

(+) Sebagai mantan Ketua DPR yang menjabat selama 11 bulan saja, wajar kalau nama legislator dari dapil Jabar VII itu muncul kembali. Saat itu, Ade Komarudin atau yang  akrab disapa Akom naik menggantikan Novanto yang mundur dari singgasana DPR akibat skandal “Papa Minta Saham”. Sewaktu menjabat sebagai Ketua DPR, politisi asal Purwakarta itu sempat membuat sejumlah terobosan, misalnya dengan membatasi kunjungan kerja dewan ke luar negeri. Akom juga merupakan pesaing kuat Novanto saat berebut kursi ketum Golkar. Ia kini menjabat sebagai wakil ketua dewan Pembina Golkar.

(-) Salah satu hal yang bisa menjegal Akom kembali ke pucuk pimpinan DPR adalah ia disebut sebut masuk dalam daftar panjang anggota DPR yang ikut menerima aliran dana korupsi E-KTP. Akom diduga menerima fee senilai USD 100 ribu saat menjabat sebagai sekretaris fraksi Golkar. Duh, panjang banget ya, urusan E-KTP ini!

Electability: ****

4. Agus Gumiwang Kartasasmita

(+) Agus Gumiwang adalah putra dari mantan ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Ginandjar Kartasasmita. Saat ini, Agus tengah menjabat sebagai sekretaris fraksi Golkar dan anggota komisi I DPR RI. Di tahun 2014 lalu, Agus juga pernah mencalonkan diri sebagai ketua umum partai Golkar versi munas Ancol, bersaing dengan Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso. Dengan track record kepemimpinan yang lumayan panjang ini, Agus bisa dibilang sebagai sosok muda yang menjanjikan untuk menduduki kursi Golkar 1, disamping Aziz Syamsudin.

(-) Membawa nama besar sang ayah tentu tidak hanya jadi kebanggaan, namun juga beban bagi politisi asal Jawa Barat ini. Selain itu, nama Agus juga cenderung kurang menggema dilingkungan internal partai Golkar, jika dibandingkan nama-nama lain seperti Bambang Soesatyo maupun Azis Syamsudin.

Electability: ***

5. Popong Otje Djunjunan

(+) Sosok ceu Popong ini nampaknya akan selamanya melekat diingatan warga Indonesia. Lo semua pasti gak lupa dong, ketika para anggota DPR RI periode 2014-2019 bersidang dan menunjuk Ceu Popong sebagai pimpinan sidang. Dengan logat Sunda-nya yang kental dan sikapnya selama mengawal sidang yang cenderung otoriter, Ceu Popong berhasil mengatur para interuptor dengan tegas, bak mengatur anak bocah. Nah, dengan suasana rapat DPR yang selalu alot dan ramai interupsi,  sebenarnya sosok semi-otoriter seperti Ceu Popong inilah yang dibutuhkan. Kebayang gak, gimana serunya sidang-sidang DPR ketika orang-orang vokal macam Bamsoet, Masinton Pasaribu hingga Arteria Dahlan harus tunduk sama “palu sidang”-nya ceu Popong?

(-) Faktor usia pastinya menjadi hal yang harus diperhitungkan pertama kali dalam pencalonan Ceu Popong sebagai ketua DPR. Pasalnya, kita udah familiar banget dengan ngotot-ngototan-nya anggota DPR dalam bersidang. Kan’ kasian juga si eceu berusia 78 tahun ini, kalau harus berhadapan dengan jiwa-jiwa pantang mundur-nya anggota dewan yang kuat rapat berjam-jam diruangan DPR yang AC-nya dingin banget itu. Istirahat aja yuk, ceu!

Electability: ***

Jadi, setelah melihat nama-nama beken di atas, siapa yang menurut lo paling tepat untuk gantiin Papa Novanto?

Share: Bursa Calon Pengganti Setnov di DPR, Yang Mana Jagoan Lo?