Isu Terkini

Infrastruktur Langit yang Disebut Ma’ruf Amin, Proyek Lama yang Sedang dalam Proses

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Dalam debat ketiga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kemarin, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 Ma’ruf Amin sempat menyebut infrastruktur langit. Istilah yang asing bagi sebagian masyarakat Indonesia itu membuat perkataan Ma’ruf Amin menjadi viral. Padahal, sebenarnya, infrastruktur langit yang dimaksud Ma’ruf adalah fasilitas jaringan internet di Indonesia.

Menurut Ma’ruf, infrastruktur tersebut penting untuk masa depan tenaga kerja di Tanah Air. Dengan adanya jaringan internet yang baik dan berbagai infrastruktur yang disiapkan pemerintah, Ma’ruf berharap agar masyarat bisa memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankan.

“Kebetulan pemerintah kita sudah bisa membangun infrastruktur darat, laut, udara, dan infrastruktur langit, melalui Palapa Ring, sehingga sekarang tumbuh usaha-usaha startup, unicorn, bahkan sebentar lagi ada decacorn,” ujar Ma’ruf.

Infrastruktur Langit jadi Trending Topic di Twitter

Setelah agenda debat berlalu, istilah infrastruktur langit pun masih menjadi bahan perbincangan khususnya di media sosial. Bahkan di Twitter, tagar #InfrastrukturLangitnyaKyai menjadi trending topic, alias topik yang dikutip banyak akun. Belum lagi sebelumnya Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutaean seolah menulis cuitan yang menyindir Ma’ruf.

“Infrastruktur langit untuk orang tua menuju akhirat,” tulis Ferdinand di akun Twitter miliknya @Ferdinand_Haean.

Sejumlah pihak lantas menyebut Ferdinand Hutaean telah menghina Ma’ruf Amin. Tak berselang lama, kemudian Ferdinand akhirnya meminta maaf akan cuitannya tersebut. Ia mengaku bahwa sebenarnya tweet bukanlah diperuntukan ke Ma’ruf Amin.

“Kalau merasa tweet saya itu menghina Ma’ruf Amin, saya minta maaf. Tapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan Ma’ruf amin. Sama sekali tidak terkait,” ujar Ferdinand, Selasa, 19 Maret 2019.

Menurut Ferdinand Hutahean, cuitan itu ia tujukan untuk dirinya sendiri, bukan menyindir Ma’ruf Amin seperti yang dikatakan oleh orang-orang. “Boleh dong saya bercita-cita masuk surga, bangun infrastruktur agar masuk surga. Insfrastruktur langit itu apa? Ya amal kebaikan, amal soleh dan ibadah yang akan saya bangun,” ucap Ferdinand Hutahaean.

Bahkan Ferdinand Hutahaean akhirnya memutuskan untuk menghapus cuitan kontroversinya itu. “Tweet tersebut saya hapus karena menimbulkan kontroversi, sementara orang-orang tidak mau tabayun dan tidak mau bertanya kepada saya tentang apa maksudnya. Makanya saya hapus daripada menjadi kontroversi,” tambah Ferdinand Hutahean.

Infrastruktur Langit, Rencana Lama yang Digaungkan Jokowi

Infrastruktur langit yang dimaksud Ma’ruf merupakan Palapa Ring, suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di Indonesia. Palapa Ring sendiri merupakan proyek raksasa dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) atas dasar perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Jusuf Kalla (JK).

“Ini perintah dari Pak Jokowi dan Pak JK untuk mempersatukan Indonesia. Kalau ada tol laut, tol darat, maka ini tol langit sebagian,” ujar Menkominfo Rudiantara saat mengunjungi Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Januari lalu.

Tol langit ini juga sebagai perumpamaan kehadiran sinyal yang membuat masyarakat Indonesia bisa lebih mudah berkomunikasi satu sama lain. Baik itu di perkotaan maupun pelosok, berkat eksistensi infrastruktur telekomunikasi. Istilah tol langit digunakan Jokowi untuk menggambarkan sambungan bebas hambatan bagi sinyal internet di langit Indonesia.

Mega proyek tersebut mengalami percepatan selama empat tahun terakhir kepemimpinan Jokowi. Rencana pembangunannya sudah digaungkan sejak 1990-an jelang berakhirnya Orde Baru. Namun berbagai kendala menghampiri proyek tersebut, apalagi adanya krisis  ekonomi 1998.

Kemudian wacana itu disebut kembali pada Januari 2005 lalu, tepatnya pada ajang ajang Infrastructure Summit I. Ide itulah yang kemudian diadopsi oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi proyek Palapa Ring pada 2007. Tujuh perusahaan telekomunikasi pun dibentuk untuk membangun jaringan serat optik sepanjang 10 ribu kilometer pada 5 Juli 2007. Tapi proyek kembali terhenti akibat nilai tukar mata uang dolar yang melambung tinggi terhadap Rupiah.

Setelah pemerintahan berganti di bawah Presiden Jokowi, pada 2015 dimulai kembali tender Palapa Ring dengan skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pembangunan proyek infrastruktur ini bisa berjalan lantaran dana investasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya sebesar 20 persen, sementara sisanya yaitu 80 persen berasal dari investor.

Inilah pembangunan proyek yang terbagi dalam tiga wilayah atau tiga paket, mencakup Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Paket Barat yang menjangkau wilayah Riau dan Kepulauan Riau bahkan telah selesai dan resmi beroperasi sejak Maret 2018. Palapa Ring Paket Tengah di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara juga sudah tuntas 100 persen pada 22 Desember 2018. Sementara itu, Palapa Ring Paket Timur yang mencakup wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua Barat, dan Papua yang proses pembangunannya masih berlangsung.

Selain pembangunan jaringan infrastruktur serat optik Palapa Ring sebagai “infrastruktur langit”, ada juga satelit yang dapat menyebarkan sinyal internet dengan teknologi high throughput satellite (HTS). Satelit ini akan menyediakan jaringan internet pita lebar atau bandwidth dengan kapasitas 15 Gbps. Satelit itulah yang pada 21 Februari lalu diluncurkan dan menjadi satelit Indonesia pertama berteknologi HTS.

Share: Infrastruktur Langit yang Disebut Ma’ruf Amin, Proyek Lama yang Sedang dalam Proses