Isu Terkini

Ikut Sekte Kiamat Akan Mengubah Hidupmu

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Pepatah berkata, “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Kematian pun sama. Apa nikmatnya menyongsong kiamat sendirian? Sejak dahulu kala, umat manusia telah berinisiatif menghimpun kawan-kawannya dalam sekte kiamat guna menyambut hari akhir bersama-sama.

Pakar sosiologi Janja Lalich mendefinisikan sekte sebagai “kelompok atau gerakan dengan komitmen bersama yang termaktub dalam sosok pemimpin yang kharismatik.” Sekilas, ciri khas sekte terkesan mirip dengan agama–ia punya pemimpin spiritual, serangkaian doktrin ketat, mekanisme kontrol untuk memastikan pengikutnya patuh, serta klaim bahwa ia punya jawaban atas segala permasalahan hidup.

Namun, menurut Lalich terdapat perbedaan kunci. Ajaran agama sekadar menuntun pengikutnya tatkala mereka melebur dalam masyarakat luas. Adapun sekte secara sengaja menarik pengikutnya dari kehidupan bermasyarakat dan mengucilkan mereka.

Tidak sembarang orang disasar oleh sekte. Daniel Peterson dari The University of Utah’s Council for Religious Scholarship menyatakan bahwa sekte memenuhi “kebutuhan psikologis dari orang-orang yang mendambakan arah, makna, dan struktur hidupnya.” Peterson bahkan berkelakar bahwa sekte adalah “tagihan tak terbayar dari agama”.

Riset terpisah dari The California School of Professional Psychology menjabarkan bahwa orang yang rentan direkrut sekte cenderung tak memiliki sistem dukungan berupa keluarga atau pasangan, pernah jadi korban kekerasan semasa kecil, memiliki latar belakang keluarga yang tak biasa, atau tengah menghadapi persoalan sosial-ekonomi yang amat berat.

Teori ini dapat kita saksikan dalam pola berbagai sekte kiamat dari masa ke masa. Mereka tentunya tidak muncul begitu saja dari awang-awang. Sekte kiamat adalah produk dari kelindan kompleks kolapsnya struktur-struktur sosial yang ada, kondisi psikologis anggotanya yang rentan, serta instabilitas sosial politik. Bukan kebetulan bahwa mayoritas pengikut Jim Jones, pastor edan yang bunuh diri bersama ratusan anggota sektenya pada 1978, adalah warga kulit hitam miskin.

Di tengah terpaan berita buruk dan akan datangnya Perang Dunia III, Asumsi.co selaku media akhir zaman merasa inilah saat yang teramat tepat untuk mengangkat fenomena jenial ini. Guna menebar kebahagiaan kepada kamu, pembaca kami yang budiman, kami telah menghimpun sekte-sekte kiamat favorit kami, serta kisah-kisahnya yang menggemparkan.

Semoga setelah mengintip senarai ini, kamu tak hanya tergerak untuk bergabung dengan sekte kiamat terdekat. Barangkali, kamu bahkan terinspirasi untuk memulai sekte kiamatmu sendiri.

Taat Kepada Tuhan di Uganda

Sebagai veteran budaya internet, kamu mungkin mengenal Uganda sebagai negara yang menjadi gudang meme paling tokcer. Namun di balik tabir humorisnya, terdapat bangsa yang telah lama dirundung masa-masa kelam.

Pada akhir dekade 1980-an, muncul sebuah sekte bernama Movement for the Restoration of the Ten Commandments of God. Komposisi pendirinya berani diadu: seorang politisi gagal bernama Joseph Kibweteere, dan seorang bekas pekerja seks yang merintis usaha penyulingan bir bernama Credonia Mwerinde. Keduanya mengaku melihat ilham dari Bunda Maria, dan dengan dukungan sekumpulan eks romo yang angkat kaki dari Gereja Katolik, mereka memulai sektenya di Uganda.

Mulanya, sekte ini hanya riak kecil dalam samudra galak bernama Uganda. Sejak 1970-an, negara itu dipimpin Idi Amin, seorang diktator sableng yang membantai ratusan ribu warga Uganda dan pernah mendapuk dirinya Raja Terakhir Skotlandia. Setelah Amin digulingkan pada 1979, serangkaian grup pemberontak angkat senjata pada dekade 1980-an dan 1990-an.

Tak sekadar menyemai kekerasan, kelompok-kelompok ini kerap mengasosiasikan dirinya dengan gerakan keagamaan. Contohnya Holy Spirit Movement pimpinan Alice Lakwena, atau yang lebih tenar lagi, Lord’s Resistance Army pimpinan Joseph Kony. Semakin memperparah keadaan, pada dekade 1980-an wabah AIDS menghabisi pedalaman Uganda. Pemerintah ketar-ketir, para pemberontak kian giat berperang, dan Gereja Katolik–yang jadi panutan jutaan warga Uganda–diam di tempat.

Maka ketika sekte Ten Commandments muncul, ia dengan mudah menarik banyak pengikut. Paul Ikazire, seorang anggota sekte yang dikutip The New York Times, menyatakan bahwa mereka bergabung untuk memprotes Gereja Katolik. “Maksud kami baik,” tuturnya. “Gereja berjalan mundur, romo-romonya tersangkut skandal, dan wabah AIDS menghabisi jemaat. Dunia seakan hendak kiamat.”

Sekte tersebut memprediksi bahwa dunia akan berakhir pada malam tahun baru 2000. Namun ketika malam tahun baru lewat tanpa tiupan terompet sangkakala, jemaatnya mulai resah. Mereka berangsur meninggalkan sekte tersebut, sebagian bahkan meminta uang sumbangan mereka dikembalikan. Para pendiri sekte tak bergeming. Mereka menyatakan bahwa kiamat ditunda, dan dunia justru akan berakhir pada 17 Maret 2000.

Malam tanggal 17, Ten Commandments mengadakan pesta besar-besaran di Kanungu, selatan Uganda. Setelah semua orang kenyang dan puas minum soda, sebuah ledakan besar meluluh-lantakkan gedung pesta tersebut. Ratusan orang tewas di tempat, dan investigasi dari aparat Uganda menemukan adanya kuburan-kuburan massal di berbagai properti Ten Commandments yang baru digali beberapa pekan sebelumnya. Rupanya, menjelang kiamat, para pemimpin sekte tersebut sengaja membantai pengikutnya sendiri. Pada 17 Maret, mereka pun ikut tewas di Kanungu.

Kiamat Batal di Bandung

Kisah cemerlang ini terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 1999. Tahun itu, seorang pendeta bernama Mangapin Sibuea menerbitkan buku sensasional bertajuk “Kiamat Dunia Segera akan Terjadi.” Ada tiga perkara hebat yang diutarakan Sibuea dalam buku tersebut: pertama, bahwa ia adalah Rasul Paulus II; kedua, bahwa Roh Kudus telah mengunjunginya dan memberikannya wahyu; ketiga, bahwa kiamat akan terjadi pada 10 November 2003.

Menariknya, Sibuea menyertakan detail-detail penting ihwal hari kiamat tersebut. Pertama, bahwa di hari akhir zaman, kelompok Sibuea akan diangkat oleh Tuhan antara pukul 09.00-15.00 WIB, barangkali karena Roh Kudus jam kerjanya serupa PNS. Kedua, bahwa setelah pengangkatan tersebut, sang anti-Kristus akan menguasai dunia hingga 11 Mei 2007.

Sibuea pun mengeluarkan klaim bombastis bahwa bukunya adalah “buku di atas segala buku” yang bahkan “lebih tinggi otoritasnya dibanding dengan Alkitab”. Sibuea kontan dicekal oleh Tim Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Bandung pada 21 Juni 2000. Namun, hal ini tak menghentikan ajarannya menyebar.

Menjelang hari Kiamat, sekitar 300 orang jemaat Sibuea berdesak-desakan di markas yang dijuluki Pondok Nabi di Bandung. Mereka bernyanyi, menari, dan berpuasa untuk mempersiapkan diri menyongsong hari akhir. Sebagian tidak makan selama 3 hari 3 malam, ada pula yang 7 hari 7 malam. Belum terjadi apa-apa, tempat tersebut digrebek polisi yang khawatir anggota sekte tersebut bakal bunuh diri massal bila kiamat batal. Mereka dievakuasi ke Gereja Bethel Tabernakel Shekinah, Bandung, dan diawasi secara ketat. Adapun Sibuea dan kaki tangannya diciduk polisi.

Raymond, seorang jemaat yang diwawancarai Tempo, mengaku sebelum polisi datang ia “ada perasaan mulai diangkat ke langit”, tetapi semuanya gagal karena ada gangguan dari pihak luar. Pasca para jemaat dievakuasi ke Tabernakel, dilaporkan bahwa mereka mulai “stres” dan “histeris” setiap kali ada pembacaan doa atau alunan musik yang agak keras. Sebagian memilih pulang saat dijemput kerabatnya, sebagian bersikeras bertahan. Alasannya agak miris: mereka telah dipaksa menjual semua harta benda sebelum berangkat ke Pondok Nabi, dan kini mereka tak punya apa-apa.

Imam Mahdi Turun di Banyuwangi

Pada 9 September 1999, ratusan orang berduyun-duyun menghampiri padepokan milik Syamsuri di kaki Gunung Srawet, Banyuwangi, Jawa Timur. Saling menggenggam tangan, mereka hendak menyelamatkan diri dari kiamat.

Ceritanya begini. Syamsuri seorang tetua biasa di kampungnya, sampai suatu ketika ia mendapat ilham dan mulai mendapuk dirinya sebagai sosok Imam Mahdi. Terinspirasi wahyu tersebut, Syamsuri berkoar-koar kepada tetangganya bahwa kiamat akan terjadi pada 9 September 1999, tepat pukul 09.09 WIB. Serba sembilan.

Lagi-lagi, aparat membubarkan kiamat. Sebelum ramalan itu dapat terwujud, polisi mendatangi padepokannya dan membubarkan kumpulan tersebut secara paksa. Syamsuri sendiri ditangkap polisi dan dihukum 11 bulan penjara.

Menulis untuk Akumassa, seniman Dian Komala mengisahkan pengalaman masa kecilnya menghadapi kiamat kubra di Banyuwangi. “Waktu aku masih kelas 3 SD, ada isu tentang kiamat dan akan adanya hujan es.” Kisahnya. “Saking takutnya, [aku dan teman-teman sekolahku] berencana tak masuk sekolah pada 9 September.” Dian gagal membolos karena dimarahi orang tuanya, tetapi sekolah bubar lebih cepat karena hanya lima murid yang hadir. Ia pulang dan tidur siang, lantas mendapati bahwa kiamat tak jadi datang. Namun, hujan es benar-benar turun di Banyuwangi.

Insiden Syamsuri adalah episode lanjutan dari serangkaian insiden Imam Mahdi sepanjang era akhir Orde Baru, saat Indonesia telah muak dicekik sekian dekade oleh diktator dan krisis moneter perlahan menghabisi prospek masa depan bangsa. Pada 1997, Buki Sahidin bin Syamsudin dipenjara selama enam tahun di Tasikmalaya, Jawa Barat, setelah dituduh menyebar ajaran sesat.

Beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 1988, seorang Imam Mahdi bernama Romo Yoso dibui di Malang, Jawa Timur. Ia mengaku sebagai jelmaan sosok Bung Karno yang akan menuntun bangsa Indonesia menuju kejayaan. Ketika ia diciduk, polisi menemukan dokumen yang mengindikasikan bahwa ia tengah berencana menggulingkan pemerintah.

Banyuwangi pun bukan wilayah yang asing terhadap insiden mistis. Pada tahun 1998, misalnya, terjadi serangkaian pembantaian terhadap tertuduh dukun santet yang menewaskan setidaknya 114 orang. Saiful Rahim dalam Merah Darah Banyuwangi juga mencatat peristiwa pembantaian dukun santet serupa pada tahun 1991 dan 1996.

Empat tahun setelah kejadian, majalah Gatra menemui Syamsuri yang masih tinggal di lereng Gunung Srawet. Ia digambarkan hidup tenang, mengurusi kebun jeruk, bahkan tak sadar bahwa kala itu baru terjadi gerhana bulan dan matahari. Saat diwawancarai, ia berkilah bahwa kiamat akan tetap terjadi dalam waktu dekat. Setelah hari akhir tiba, hanya orang-orang terpilih yang akan bertahan hidup. Sudah tentu, ialah yang akan menjadi pemimpin mereka.

Share: Ikut Sekte Kiamat Akan Mengubah Hidupmu