Isu Terkini

Huawei Dijegal, Cina Keluarkan Kartu As?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Selama hampir enam bulan terakhir, hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina memanas. Namun, alih-alih memperbaiki kondisi, siasat demi siasat yang dilancarkan justru tampak memperparah keadaan. Yang terbaru: pemerintahan Donald Trump menjegal Huawei. Pada Rabu (15/5), dia menandatangani Perintah Eksekutif yang memaksa perusahaan-perusahaan AS berhenti menggunakan peralatan telekomunikasi Huawei.

Baca Juga: Huawei Kena Masalah di Amerika Serikat, Perang Dagang Semakin Memanas?

Menurut Emergency Economic Powers Act, presiden AS berhak mengambil keputusan bisnis yang dinilai dapat menyelamatkan negara dari ancaman. Gedung Putih menyatakan: “Pemerintah akan melakukan apa pun untuk menjaga keamanan dan kemakmuran Amerika, serta melindunginya dari musuh-musuh asing yang secara aktif dan masif menciptakan dan mengeksploitasi kerentanan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.”

Meski tak ada kejelasan bagaimana rupa ancaman perusahaan asal Cina tersebut terhadap AS, keputusan tetap berlaku. Di sisi lain, Departemen Perdagangan AS juga memasukkan Huawei dalam “daftar entitas.” Secara singkat, itu berarti Huawei tak boleh berdagang dengan perusahaan-perusahaan AS tanpa izin resmi pemerintahan Trump.

Google mencabut lisensi untuk Huawei. Hal ini sudah diumumkan secara resmi. Dampaknya, gawai-gawai Huawei akan kehilangan akses aplikasi seperti Gmail dan Google Maps, serta tak lagi bisa memperbarui sistem operasi Android.

Memang ada celah yang mungkin dimanfaatkan oleh Huawei selagi belum mendapatkan gantinya: sebagai sistem operasi open source, Android masih dapat digunakan dalam perangkat-perangkat Huawei, dengan catatan tidak bisa diperbarui dan tanpa sokongan teknis dari Google.

Kebijakan terbaru Google ini menimbulkan reaksi besar-besaran. Di Eropa, misalnya, pengguna Huawei cukup besar, dan kebijakan Google tentu akan mempersulit mereka. Eksodus besar-besaran dari Huawei ke merk ponsel lain mungkin saja terjadi dalam waktu dekat.

Sebaliknya, di AS, dampaknya tak seberapa. Selain penggunanya tak banyak, memang produk-produk Huawei telah sekian lama tak diedarkan di AS karena pemerintahan Trump mencurigai keterlibatan pemerintah Cina dalam bisnis Huawei.

Cina Menggertak Balik

Pada Rabu (29/5), harian resmi milik Partai Komunis Cina mengeluarkan peringatan untuk pemerintah AS: mereka tidak akan segan-segan memainkan kartu rare earth, 17 material penting untuk memproduksi berbagai komponen peralatan berteknologi tinggi, termasuk peralatan militer, yang dikuasai Cina dalam perang dagang ini. “Jangan bilang kami belum memperingatkan,” kata Cina dalam pesan tersebut.

Pesan serupa pernah dikirimkan Cina kepada India menyusul sengketa perbatasan pada 2017 dan kepada Vietnam pada 1978, sebelum menginvasi negara tersebut.

Indikasi pemakaian kartu rare earth sebagai alat diplomasi diperkuat kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke daerah-daerah penghasil material-material tersebut. Meski demikian, belum ada pernyataan eksplisit Cina untuk membatasi atau menghentikan ekspor rare earth ke AS.

Kuasa Cina atas Rare Earth

Soal kepemilikan elemen rare earth, dominasi Cina terhadap AS memang tiada banding. Negara dengan penduduk terbanyak di dunia ini menguasai 80% impor rare earth Amerika Serikat.  Jika ditotal, hasil penambangan rare earth Cina setara 70%  produksi dunia.

Hingga saat ini, rare earth menjadi salah satu elemen yang belum dikenakan tarif impor oleh AS, padahal perang dagang sudah memasuki tahapan yang sangat kompleks. Keputusan ini tentu disebabkan kebutuhan industri militer raksasa AS terhadap rare earth.

Lagipula mengapa, sih, AS bukannya malah–mengutip George Gilder dalam tulisannya di Wall Street Journal“merengkuh Huawei sebagai kemenangan sistem ala Amerika alih-alih menyodorkannya kepada kelompok garis keras Cina yang bersukaria dalam mimpi-mimpi autarkis”?

Share: Huawei Dijegal, Cina Keluarkan Kartu As?