General

KPU: Nyoblos Kotak Kosong Tidak Sama Dengan Golput!

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 akan diikuti oleh 15 pasangan calon tunggal dari total 171 daerah yang menggelar pilkada. Demi menghindari dan menekan angka golput, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjelaskan solusi terbaik dalam menghadapi paslon tunggal.

Seperti diketahui, sebanyak 15 daerah di Pilkada 2018 nanti hanya memiliki satu paslon saja atau calon tunggal. Nah, lantaran tak adanya lawan dari paslon lain, maka para paslon tunggal itu dipastikan akan melawan kotak kosong untuk memenangkan pilkada.

Namun, masih banyak pihak yang menilai memilih kotak kosong sama artinya dengan tidak memilih atau golput dan itu tidak sah. Menanggapi hal itu, Komisioner KPU, Wahyu Setiawan menegaskan bahwa memilih kotak kosong berbeda dengan golput.

Memilih Kotak Kosong di Pilkada Tetap Sah

Suara yang diberikan oleh masyarakat ke dalam kotak kosong di gelaran pilkada itu merupakan suara sah, dengan nilai yang sama dengan mereka yang memilih seorang paslon. Jadi, sah-sah saja kalian mencoblos kotak kosong jika memang hanya ada paslon tunggal.

Baca Juga: Ada 15 Calon Tunggal Melawan Kotak Kosong di Pilkada 2018, Seperti Apa Aturannya?

“Jadi memilih kotak kosong beda dengan golput. Kotak kosong juga menjadi pilihan karena di surat suara ada dua calon (palson dan kotak kosong),” kata Komisioner KPU, Wahyu Setiawan di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Kamis 5 April.

Wahyu Setiawan mengatakan bahwa sosialisasi pilihan kotak kosong itu memang diwajibkan dalam Peraturan KPU dan situasi itu memang berbeda dengan periode pilkada sebelumnya yang tak pernah disosialisasikan.

“Dalam PKPU kita tentang sosialisasi pendidikan pemilu dan partisipasi masyarakat, ada salah satu norma bahwa KPU Kabupaten/Kota dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat wajib memberikan informasi bahwa memilih kotak kosong sah,” ujar Wahyu.

Sosialisasi KPU untuk Tekan Angka Golput

KPU pun terus melakukan sosialisasi terkait diperbolehkannya memilih kotak kosong bagi pemilih. Sosialisasi tersebut merupakan sosialisasi pertama yang dilakukan oleh KPU untuk menekan angka golput.

Terlebih, saat ini masih ada pemilih yang masih berfikir bahwa lebih baik tidak datang ke tempat pemilihan suara (TPS) akibat tidak merasa cocok dengan satu-satunya paslon yang ada. Maka dari itu, sekali lagi sosialisasi itu diharapkan bisa meminimalisir ketidakhadiran pemilih ke tempat pemungutan suara lantaran tak cocok dengan paslon tunggal itu.

“Kalau aturan sosialisasi memilih kotak kosong sah itu kan baru kali ini. Sebelumnya tidak ada. Dengan sosialisasi itu diharapkan meskipun tak cocok (dengan calonnya), dia tetap dateng memilih kotak kosong. Karena kotak kosong (juga) pilihan,” katanya.

Baca Juga: Fenomena Paslon Tunggal, Bukti Kegagalan Parpol dan Masyarakat

Wahyu pun menegaskan bahwa sosialisasi tersebut akan bersifat proporsional dan KPU wajib memberikan informasi yang fair. Meskipun sosialisasi itu juga agak riskan lantaran KPU harus menghindari kesan bahwa mereka mengampanyekan kotak kosong.

Sosialisasi soal diperbolehkannya memilih kotak kosong sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Metode yang dilakukan untuk melakukan sosialisasi juga dengan beraneka ragam, salah satunya lewat media sosial.

Berikut 15 Daerah dengan Pasangan Calon Tunggal di Pilkada Serentak 2018:

1. Padang Lawas Utara: Andar Amin Harahap-Hariro Harahap (PAN, PKB, Demokrat, PKPI, PBB, PPP, Hanura, PDIP, NasDem, Gerindra, Golkar)
2. Prabumulih: Ridho Yahya-Andriansyah Fikri (PKPI, PBB, PPP, PAN, Demokrat, Hanura, PKB, NasDem, PDIP, Golkar)
3. Pasuruan: Mohammad Irsyad Yusuf-Mujib Imron (Hanura, Demokrat, PPP, PKS, PDIP, NasDem, Gerindra, PKB, Golkar)
4. Lebak: Iti Octavia Jayabaya-Ade Sumardi (PKB, PKS, Hanura, PDIP, Golkar, PAN, PPP, Demokrat, NasDem, Gerindra)
5. Kabupaten Tangerang: Ahmed Zaki Iskandar-Mad Romli (Gerindra, PKPI, PBB, Hanura, PPP, PAN, Golkar, PDIP, PKS, PKB, NasDem, Demokrat)
6. Kota Tangerang: Arief Wismansyah-Sachrudin (PDIP, NasDem, PKB, Hanura, PAN, PPP, PKS, Gerindra, Demokrat, Golkar)
7. Tapin: Muhammad Arifin Arpan-Syafrudin Noor (PAN, PKS, PPP, Gerindra, Demokrat, PDI-P, PKB, Golkar)
8. Minahasa Tenggara: James Sumendap-Jesaja Jocke Oscar Legi (Demokrat, Hanura, PAN, PPP, Golkar, Gerindra, PKPI, PDIP)
9. Puncak: Willem Wandik-Alus UK Murib (PKPI, PAN, Demokrat, Golkar, PKS, PKB, Gerindra, Nasdem, Hanura, PDIP)
10. Enrekang: Muslimin Bando-Asman (Hanura, PDIP, NasDem, Gerindra, Demokrat, PAN, Golkar)
11. Mamasa: Ramlan Badawi-Marthinus Tiranda (PBB, PAN, PPP, PKPI, PKS, NasDem, Golkar, PDI-P, PKB, Demokrat)
12. Jayawijaya: Jhon Richard Banua-Marthin Yogobi (PBB, PKS, PAN, Hanura, PDI-P, PKB, Golkar, Demokrat, NasDem, PKPI)
13. Deli Serdang: Ashari Tambunan-Ali Yusuf Siregar (Golkar, PDIP, PAN, PKS, PKB, PKPI, Hanura, Demokrat, PPP, Gerindra dan NasDem)
14. Mamberamo Tengah: Ricky Ham Pagawak-Yonas Kenelak (Demokrat, PKS, PDIP, Gerindra, PAN, dan PBB)
15. Bone: Andi Fahsar Mahdin Padjalangi-Ambo Dalle (Golkar, PAN, Demokrat, PKS, PDIP, PPP, PBB, Gerindra, PKB, Hanura, Nasdem)

Share: KPU: Nyoblos Kotak Kosong Tidak Sama Dengan Golput!