Isu Terkini

Hegemoni Politik Amien Rais Memudar di PAN

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Partai Amanat Nasional (PAN) identik dengan Amien Rais selama berpuluh-puluh tahun. Ia pendiri partai yang punya nama besar. Namun, dalam kongres PAN yang berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/02/20), sejarah baru partai seakan sedang dituliskan. Untuk pertama kalinya, calon ketua umum yang didukung Amien, Mulfachri Harahap, gagal menang. Zulkifli Hasan, yang berada di kubu seberang, akhirnya kembali duduk sebagai orang nomor satu di PAN, bahkan dua kali berturut-turut.

Tak hanya Mulfachri, Zulhas, sapaan Zulkifli Hasan, juga sukses mengalahkan Drajad Wibowo. Kandidat lain, Asman Abnur, memutuskan mundur sebelum pemilihan. Zulhas tak didukung Amien Rais. Namun, mantan Menteri Kehutanan itu berhasil mematahkan anggapan bahwa dukungan Amien merupakan segalanya di PAN.

Selama belasan tahun, Amien memang selalu ampuh mengantarkan calon ketum pilihannya menjadi orang nomor satu di PAN. Selain memenangkan Zulhas di Kongres 2015, Amien juga berhasil mengantarkan Soetrisno Bachir menjadi ketum PAN pada Kongres PAN 2005.

Baca Juga: Ricuh Kongres PAN dan Pentingnya Meritokrasi Politik

Tak berhenti sampai di situ, pada Kongres 2010, Amien kembali menunjukkan pengaruhnya dengan mengantarkan Hatta Rajasa tampil sebagai pemenang dan menjadi ketum PAN untuk generasi ketiga melalui suara aklamasi. Sebetulnya Hatta kembali maju pada Kongres PAN 2015, namun Amien memilih untuk mendukung Zulhas yang juga merupakan besannya itu.

Tak dinyana, lagi-lagi Amien menunjukkan pengaruhnya dengan mengantarkan Zulhas memimpin PAN periode 2015-2020. Sayangnya, tuah Amien tak berlanjut di tahun ini ketika ia memutuskan mendukung Mulfahcri untuk melawan Zulhas di Kongres 2020. Zulhas menang, Mulfachri kalah, bagaimana nasib Amien Rais?

Nasib Amien Tergantung Ketum PAN Baru

Politisi PAN Bima Arya Sugiarto mengatakan bahwa posisi Amien di kepengurusan partai periode ini bakal ditentukan oleh Zulhas yang saat ini menjadi ketum partai. Sebab, posisi Ketua Dewan Kehormatan Partai yang sebelumnya dijabat Amien merupakan hak prerogatif ketum.

Bima menjelaskan bahwa berdasar AD/ART PAN, posisi dewan kehormatan partai ditunjuk langsung oleh ketua umum. Namun, ia mengaku tidak mengetahui kemungkinan Zulhas bakal kembali menunjuk Amien sebagai ketua Dewan Kehormatan PAN atau tidak.

Bima pun mengaku belum tahu susunan kepengurusan partai yang baru, sebab ia tidak bergabung dalam tim formatur penyusun kepengurusan DPP PAN baru. “Tapi kita kembalikan ke Pak Zul apakah Pak Zul akan menunjuk orang pengganti Pak Amien atau bagaimana. Kami belum tahu juga,” kata Bima saat ditemui di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu (16/02).

Bima menyebut tim formatur dipimpin langsung oleh Zulhas. Selain itu, tim formatur juga diisi oleh politisi senior PAN, seperti Asman Abnur dan Hatta Rajasa. Ia menilai Amien perlu dirangkul untuk menambah kekuatan di Pemilu 2024.

Wali Kota Bogor sekaligus politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto usai diskusi dan rilis survei Indo Barometer di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu (16/02/20). Foto: Ramadhan/Asumsi.co

“Saya kira, secara prinsip, PAN harus menghimpun semua kekuatan. Jangan ada yang ditinggalkanlah, karena kita targetnya tiga besar, nih, nggak main-main. Tapi apakah Pak Amien masih di dalam atau tidak, ini sudah pembicaraan tingkat dewa,” ucap Bima yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Bogor.

PAN Berusaha Lepas dari Bayang-bayang Amien Rais

Kelegaan lepas dari pengaruh Amien diungkapkan politisi PAN Bara Hasibuan. “Mulai dari sekarang kita betul-betul terlepas dari ketergantungan satu orang [Amien Rais]. Jadi PAN bisa jadi suatu partai politik yang modern, di mana pemimpin utamanya itu satu yakni ketua umum, terbelenggu oleh satu sosok yang begitu mendominasi selama ini sehingga menjadi dual kepemimpinan,” kata Bara kepada awak media di arena Kongres V PAN, Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/02).

Menariknya, meski hadir di kongres PAN tersebut, Amien tak diberikan kesempatan berbicara di hadapan forum kader. Bahkan Amien memilih menghindar dari awak media dan tidak memberikan sepatah kata pun terkait gelaran kongres dan proses pemilihan Ketua Umum PAN periode 2020-2025.

Gerak-gerik Amien pun terlihat aneh, bukan hanya soal dukungannya kepada Mulfachri. Ia bahkan tak hadir dalam pembukaan kongres, hingga tak ada pula sambutan darinya sebagai Ketua Dewan Kehormatan dalam kongres PAN tersebut.

Menurut Bara, ada sebuah keberanian yang muncul dari keputusan mayoritas pemilik hak suara saat memilih Zulhas sebagai ketua umum. Terutama langkah berani untuk lepas dari pengaruh kuat Amien yang selama ini benar-benar mendominasi, hingga pada bagian-bagian tertentu justru menghambat perkembangan sebagai sebuah partai politik.

Baca Juga: Oposisi Rapuh, Demokrasi Indonesia dalam Bahaya

Namun, Bara mengingatkan bahwa langkah PAN tetap saja tak akan mudah meski baru saja lepas dari pengaruh Amien, terutama terkait peta elektoral dalam menghadapi Pemilu 2024 mendatang. Setidaknya, PAN harus tetap fokus berbenah dan menggenjot sejumlah hal agar bisa sukses di pemilu mendatang.

Electoral performance ditentukan berbagai faktor. Tentu faktor positioning politik dari partai itu, kemudian bagaimana juga kinerja fraksi kita di DPR, kemudian manajemen dari partai itu,” ujarnya.

Amien Rais punya riwayat panjang dalam politik Indonesia. Louise Williams, koresponden The Sydney Morning Herald, dalam tulisannya berjudul “Amien Rais: Garis Depan Adalah Sebuah Wilayah yang Beresiko,” 22 Mei 1998, mengatakan Amien sudah bicara soal potensi kekacauan dalam suksesi Soeharto jika terus-menerus ditunda sejak 1993.

Aparat intelijen disebut-sebut sudah mencoba menekan Rektor UGM untuk menekan dan mengekang Amien, yang merupakan profesor ilmu politik UGM itu. Lebih lanjut, Williams menulis bahwa saat kritik terhadap penguasa sama dengan pengkhianatan, Amien sudah memperingatkan Soeharto agar bisa membaca situasi di masyarakat.

“Jangan meremehkan kemarahan dan kekuatan rakyat.”

“Saya sangat tidak sepakat bahwa Indonesia harus memiliki figur pemimpin seumur hidup dan hanya Soeharto yang dapat mempertahankan keseimbangan. Ia tak akan hidup selamanya, dan apa yang akan terjadi, chaos,” kata Amien, seperti dikutip Williams.

Mei 1998, Amien bersama 50 cendekiawan dan budayawan mendirikan Majelis Amanat Rakyat (MARA). Ia ditunjuk sebagai juru bicara dan salah satu peran mencoloknya adalah membacakan tuntutan agar Presiden Soeharto mundur.

Seiring berjalannya waktu, MARA bertransformasi jadi partai politik. Pada Agustus 1998, partai itu diberi nama Partai Amanat Nasional (PAN). Selain Amien, pendiri PAN adalah Abdillah Toha, Goenawan Mohammad, Hatta Rajasa, Albert Hasibuan, dan Toety Heraty.

Baca Juga: Curhat Tujuh Parpol Non Parlemen Minta Dana Bantuan ke Pemerintah

Amien yang juga sempat dijuluki king maker ini punya pengaruh dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001, meski perolehan suara PAN sendiri di Pemilu 1999 tak sampai 10 persen.

Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Namun, ia justru menjadi Ketua MPR periode 1999-2004 usai dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober 1999. Lalu, tahun 2004, ia maju sebagai calon presiden meski akhirnya kalah dan hanya meraih kurang dari 15 persen suara nasional.

Berkali-kali gagal menjadi orang nomor satu di Indonesia tak membuat Amien patah semangat. Ia malah sempat menyatakan keinginannya untuk maju dalam bursa capres 2019 PAN pada pertengahan 2018 lalu, di mana saat itu ia merupakan Ketua Dewan Kehormatan PAN.

Saat itu Amien menyebut terinspirasi oleh politikus Malaysia Mahathir Mohamad yang sukses menang dalam pemilihan umum dan terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia di usia 92 tahun. Sayangnya, ia haris mengubur mimpinya lantaran PAN memutuskan mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Amien Rais di PAN selayaknya Megawati Soekarnoputri di PDIP. Hal itu tak lepas dari fenomena patronase politik yang juga pasti ada di setiap partai. Namun, ketokohan itu lama kelamaan tentu akan habis dimakan zaman, apalagi pengaruh Amien tak lagi sekuat dulu.

Share: Hegemoni Politik Amien Rais Memudar di PAN