Isu Terkini

Hal-hal yang Perlu Kalian Ketahui dan Waspada dari Erupsi Gunung Merapi

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Gunung Merapi di Yogyakarta mengalami erupsi dengan tipet freatik pada Jumat, 11 Mei, pukul 07.30 WIB. Letusan Gunung Merapi itu kabarnya juga disertai dengan suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan dampak letusan tersebut menimbulkan hujan abu di sejumlah daerah.

“Untuk sementara memang ada asap yang keluar, beberapa daerah turun hujan abu tapi sementara masih itu, resminya masih dianalisis oleh BPPTKG [Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi],” kata Supervisor Pusdalops BPBD DIY, Arman Nur Efendi di Yogyakarta, Jumat 11 Mei.

Sementara, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia juga sudah menyampaikan informasi soal erupsi Gunung Merapi itu lewat akun Twitter resminya. Dengan status gunung Level 1 (Normal), BNPB mengimbau masyarakat tetap tenang dan menjauh dari radius 5 Km.

“Gunung Merapi meletus freatik pagi ini, pukul 7.32 WIB. Tinggi kolom abu 5.500 m dari puncak. Letusan disertai suara gemuruh. Status Level 1 (Normal), masyarakat harap tenang dan menjauh dari radius 5 Km,” kicau BNPB Indonesia.

Bagi kalian yang ketinggalan soal informasi erupsi Gunung Merapi yang terjadi hari ini, berikut Asumsi merangkum beberapa hal penting dan yang harus diwaspadai.

Penyebab Alat Deteksi Tak Bekerja

Alat deteksi peringatan dini tidak mampu mendekteksi atau memberi tanda-tanda terjadinya erupsi Gunung Merapi yang terjadi pagi hari ini. Ternyata, erupsi freatik dari Gunung Merapi tersebut memang tidak bisa diprediksi.

Bahkan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan bahwa alat deteksi peringatan dini tidak mengirimkan tanda-tanda bahwa Gunung Merapi akan erupsi.

“Kami cek dari jaringan seismik yang tersambung ke perangkat peringatan dini, memang semuanya tidak menunjukkan ada tanda Merapi akan erupsi,” kata Hanik di Yogyakarta.

Menurut penjelasan Hanik, tak adanya peringatan dini dari alat deteksi tersebut disebabkan erupsi freatik atau erupsi yang hanya melepaskan material yang berupa uap air. Hal tersebut tentu berbeda dengan erupsi magmatik yang terjadi pada 2010.

Tentu saja erupsi freatik dan magmatik itu berbeda. Hanik mengatakan bahwa uap yang dihembuskan dari erupsi magmatik sendiri lebih pekat dan lebih berbahaya.

Erupsi magmatik Gunung Merapi menimbulkan awan panas atau wedhus gembel. “Erupsi freatik ini bukan tahapan atau penanda terjadinya erupsi magmatik, jadi letusan Merapi seperti yang terjadi pada 2010 itu belum bisa diprediksikan,” ujarnya.

“Karena erupsi ini hanya mengeluarkan hembusan berupa uap air, maka rentang waktunya sangat singkat setelah terjadi akumulasi gas, jadi tak sempat mengirim sinyal seismik ke alat peringatan dini,” ucapnya.

Hanik pun menjelaskan bahwa saat 2010 lalu, catatan seismik Gunung Merapi saat itu sangat cepat muncul dibanding erupsi freatik saat ini. “Dari monitoring CCTV yang kami pasang di puncak juga tak ada perubahan morfologi di bibir kawah,” ujarnya.

Penerbangan di Bandara Adisutjipto Tertunda

Dampak dari erupsi Gunung Merapi hari ini adalah sempat ditutupnya Bandara Adisutjipto di Yogyakarta dari aktivitas penerbangan. Kabarnya ada sekitar sembilan penerbangan tertunda, baik dari atau pun menuju Bandara Adisutjipto.

Lebih rinci, dari sembilan penerbangan, tujuh di antaranya merupakan penerbangan keluar dari Bandara Adisutjipto. Tujuh penerbangan ini memiliki rute tujuan ke Singapura, Pontianak, Pekanbaru, Palembang, Surabaya, Jakarta (2 penerbangan ke Soekarno-Hatta).

Lalu, ada juga satu penerbangan yang tertunda keberangkatannya dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan satu penerbangan lagi batal mendarat ke Bandara Adisutjipto.

Sekadar informasi, penutupan bandara Adisutjipro sendiri dilakukan sesuai dengan NOTAM B3564/18 yang dikeluarkan oleh AirNav Indonesia. Penutupan sementara Bandara Adisutjipto Yogyakarta sekitar pukul 10.42 WIB hingga 11.10 WIB dan diperpanjang hingga 11.40 WIB.

“Kami akan terus berkoordinasi dengan stakeholder bandara dan memantau dampak perkembangan pergerakan debu vulkanik Gunung Merapi terhadap operasional bandara,” kata Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero) Israwadi dalam keterangan tertulis, Jumat, 11 Mei.

Masyarakat Dihimbau Pakai Masker dan Jauhi Zona Bahaya Radius 3 KM

Usai letusan Gunung Merapi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman langsung membagikan masker kepada warga. Hal itu dilakukan BPBD lantaran bahayanya abu vulkanik yang disebabkan oleh letusan freatik tersebut.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengatakan saat ini pihaknya telah membagikan kurang lebih 50 ribu masker kepada warga. Pembagian masker tersebut bertujuan mengantisipasi bahaya kesehatan karena abu vulkanik Gunung Merapi.

“Kami sudah membagikan 50 ribu masker. Stok masker di logistik masih ada lebih dari 65 ribu untuk warga,” kata Makwan di Posko Utama BPBD Sleman, Pakem.
Selain itu, masyarakat sekitar dihimbau agar tetap tenang dan menjauh dari zona merah Gunung Merapi dengan radius 3 kilometer.

Share: Hal-hal yang Perlu Kalian Ketahui dan Waspada dari Erupsi Gunung Merapi