Jangan Balas Dendam Ketika Azan Maghrib Berkumandang
Assalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh,
Kita sebagai Muslim sebenarnya sudah memiliki bekal yang cukup untuk memenuhi panggilan Allah kepada orang-orang yang beriman. Panggilannya adalah untuk berpuasa Ramadan.
Surah Al-Baqarah ayat 183 menyatakan, “Diwajibkan atas kalian untuk berpuasa Ramadan, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian.”
Itu artinya puasa Ramadan sebagai tradisi kebaikan. Puasa sudah diperintahkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman sebelum kita. Oleh karena itu, menjalankan puasa Ramadan adalah meneruskan tradisi—dan ini adalah tradisi kebaikan.
Ramadan adalah wahana yang penting untuk belajar menahan diri. Puasa adalah tentang menahan diri. Bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Justru kita diminta untuk ikut merasakan bagaimana lapar dan dahaga itu dialami oleh saudara-saudara kita yang kekurangan, fakir miskin, anak yatim piatu, dan kalangan-kalangan yang tidak jelas jadwal makan dan minumnya.
Nah, dengan puasa Ramadan ini kita belajar untuk menahan diri dari makan dan minum. Jangan sampai justru terjadi aksi balas dendam. Ketika azan Maghrib berkumandang dan waktunya berbuka puasa tiba, kemudian kita makan dan minum sebanyak-banyaknya, seenak-enaknya, sehingga kehilangan makna hakiki dari puasa Ramadan. Seperti memakan kolak, es kopyor, cilok, sop buah, martabak, bakso, mie, siomay, manisan, hingga gorengan.
Mari kita berpuasa dan capailah hakikat dari berpuasa, yaitu menahan diri. Juga menahan berkumpul dengan pasangan di siang hari.
Wassalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh.
