Budaya Pop

Gunakan Gelombang Otak untuk Tangan Prostetik: Inovasi Baru Anak Bangsa

Rosa Cindy — Asumsi.co

featured image

Anak muda Indonesia kembali menunjukkan prestasi dalam ilmu medis dan teknik mesin.

Tiga mahasiswa bernama Muhammad Arifin Julian (Arifin), Aulia Fitria Ulfah (Aulia), dan Muhammad Yusuf Abdurrahman (Yusuf) yang merupakan mahasiswa dari Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini bergabung untuk membentuk Afta B-Ionic.Afta B-Ionic merupakan salah satu usaha sosial yang bergerak di bidang orthosis prosthesis dan berfokus pada penggunaan robotik. Lewat usaha ini, Arifin, Aulia dan Yusuf berinovasi untuk membuat tangan prostetik yang dapat dapat dikendalikan dengan gelombang otak.

“Tantangan di bidang ini karena kami itu basic-nya dari engineering dan banyak hal yang harus dipelajari dari dunia medis. Jadi kami mempelajari fungsional tubuh manusia. Contohnya membuat socket untuk kaki, ada daerah sensitif dan ada daerah yang boleh gunakan untuk diberi tekanan, seperti itu. Itu ilmunya tentang human body,” jelas Arifin.

Kesulitan untuk mempelajari ilmu lain selain keahlian mereka justru meyakinkan Arifin dan kawan-kawan akan adanya peluang lebih di bidang ini. Mereka pun makin semangat untuk memperdalam pengetahuan di bidang penggunaan mesin dalam dunia medis.

“Kami bertemu dengan yang memang terjun di dunia medis. Mereka bilang, ‘Kami sangat butuh engineer, dan kami sangat butuh engineer yang bisa berkontribusi di medis di Indonesia,’ karena kan alat alat medis di Indonesia sangat mahal. Mayoritas (alat) adalah impor. Padahal Indonesia itu mempunyai kemampuan dari segi knowledge untuk membuat teknologi-teknologi untuk membuat medis tersebut,” ujar Arifin.

Upaya Keras Memfasilitasi Penyandang Disabilitas

Meski canggih, Arifin mengakui produk tangan prostetik dari Alfa B-Ionic cukup sulit digunakan oleh penyandang disabilitas sejak lahir. Sebab, produk ini dibuat berkaitan dengan gelombang otak dan memori otot yang tersimpan dalam otak.

“Mereka yang tidak difabel sejak lahir, mereka punya experience dalam menggerakkan ototnya. Jadi ketika di pasang, mereka masih bisa menggunakan produk ini karena tahu cara menggerakkan ototnya. Sedangkan, mereka yang difabel dari lahir kan enggak punya experience itu,” jelasnya.

Meski demikian, Arifin mengaku masih terus berusaha untuk mengembangkan produknya agar bisa membantu orang banyak. Karenanya, tim Afta B-Ionic berusaha untuk memahami lebih jauh soal tubuh manusia dengan berkonsultasi dengan para dokter yang memiliki spesialisasi di bidang tersebut. Selain itu, mereka juga terus memperdalam riset dan percobaan. Salah satu riset dan pengembangan yang berusaha dilakukan adalah dengan menggunakan styrofoam sebagai contoh.

Pengakuan dari Dunia Riset Medis

Atas usaha tak kenal lelah ini, Afta B-Ionic berhasil menjadi finalis di salah satu perlombaan riset medis, dan inovasi mereka juga masuk menjadi 110 Inovasi Indonesia dari Business Innovation Center 2018.

Dalam menjalani riset, mereka bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah pihak, termasuk para penyandang disabilitas. Antusiasme terhadap tangan prostetik ciptaan Alfa B-Ionic ini membuat Arifin dan kawan-kawan merasa mantap untuk menjadikan Afta B-Ionic sebagai unit usaha sosial. Mereka sepakat bahwa komersialisasi riset dan teknologi menjadi perlu agar usaha pengembangan produk bisa terus berjalan.

“Sebelumnya kami punya ilmu terkait bisnis, tapi kami tidak mempunyai ilmu terkait social enterprise. Kan ada sedikit perbedaan, ketika bisnis kita hanya fokus pada profit, sedangkan social enterprise kita juga harus menyeimbangkan 50 persen untuk impact, 50 persen untuk profit,” tuturnya.

Ketidakpahaman mereka mengenai usaha sosial membuat mereka mencoba memperdalam ilmu dengan mengikuti sejumlah kelas dan program yang bisa membantu, salah satunya Young Changemakers Social Enterprise (YCSE) Academy. Lebih dari sekadar mencoba, Afta B-Ionic bahkan terpilih menjadi salah satu dari sepuluh finalis dari seluruh Indonesia, dan berkesempatan berbagi panggung untuk mempresentasikan usahanya di hadapan ratusan audiens.

Disampaikan Arifin, program ini membuatnya lebih termotivasi untuk melanjutkan yang telah dimulainya ini. Selain itu, ia juga belajar untuk berani memberikan impact yang besar pada masyarakat.

“Selama kita bisa memberikan impact yang besar untuk masyarakat, lakukan lah, walaupun rintangannya sulit. Karena jika itu berhasil, kita selain berhasil, kita juga dapat membantu orang lain,” ajak Arifin memotivasi anak muda lainnya.

Belum Dijual Bebas

Saat ini, anggota tubuh prostetik ciptaan Alfa B-Ionic sedang memasuki tahap uji coba SNI dan uji klinis. Nantinya, pasien yang bisa menggunakan alat tersebut harus mendapat rekomendasi dari dokter spesialis rehab medik yang bertugas di Rumah Sakti Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Harga yang dipatok untuk dapat memboyong lengan prostetik ini berkisar Rp 50 juta. Ada harapan dari Arifin dan kawan-kawan untuk menurunkan harga menjadi Rp 30 juta.

Rosa Cindy adalah penyuka isu sosial dan jalan-jalan. Coba sapa dia melalui akun media sosial Instagram dan Twitter, @rosacindys. Ajak diskusi juga boleh.

Share: Gunakan Gelombang Otak untuk Tangan Prostetik: Inovasi Baru Anak Bangsa