Isu Terkini

Isi Go-Pay Lewat ‘Driver’, Sebuah Bentuk Membantu Sesama

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Gojek menjadi alat transportasi yang dapat dipesan secara online hanya dengan menggunakan telepon genggam. Ketenarannya yang cukup pesat membuat aplikasi itu terus menambah layanannya, dari sekedar antar jemput penumpang, kini bisa mengantarkan pesanan makanan pakai Go-Food, memanggil tukat pijat dengan Go-Massage, dan layanan lainnya yang makin memudahkan masyarakat Indonesia dalam berbagai hal.

Salah satu layanan Go-Jek paling menarik yaitu penyimpanan uang virtual yang ia miliki. Meski biasanya para pelanggan tidak menyimpan uang dengan jumlah yang besar seperti bank, namun kehadiran Go-Pay dalam sistem pembayaran elektronik ini sungguh masif.

“Mau sekalian isi Go-Pay-nya?” Begitu kira-kira pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh hampir semua driver Gojek.

Memang pengisian Go-Pay tersebut akan menambah poin untuk si penawar, di mana poin itu menjadi salah satu faktor agar angka pendapatan sang driver bisa bertambah. Namun belakangan, pelanggan Gojek mulai komplain dengan tawan-tawaran pengisian Go-Pay yang terkesan memaksa.

Seperti salah satu pelawak Indonesia,  Pham Ashari (Pampam) yang sempat berkomentar bahwa sikap driver yang memaksa membeli Gopay itu menyebalkan. “Belakangan ini, sikap para driver-nya menjadi concern dan cenderung anoyying buat saya. Ketika mereka mulai disuruh berjualan gopay untuk dapat poin, beberapa driver cenderung maksa berdalih poin,” kata Pampam dalam fitur Instragram Story-nya.

Belum lama juga, dalam sebuah akun Twitter sempat ada yang berkomentar serupa dengan Pampam. Perlakuan Gojek bukan lagi terkesan memaksa, tapi justru jadi menyusahkan pelanggan tak kala orderannya dibatalkan hanya karena tidak berkenan untuk mengisi Go-Pay.

hallo.. saya pesan gofood, lalu yg ambil order nawarin isi go pay, gw menolak krn ga ada cash terus dia lsg batalin orderan. Kalo saya mau laporin kemana ya? kok jd kaya pemalakan ya lama2.. ga isi go pay ga dibeliin pesanan kita. @gojekindonesia,” tulis akun @RennyFernandez pada 3 Oktober kemarin.

hallo.. saya pesan gofood, lalu yg ambil order nawarin isi go pay, gw menolak krn ga ada cash terus dia lsg batalin orderan. Kalo saya mau laporin kemana ya? kok jd kaya pemalakan ya lama2.. ga isi go pay ga dibeliin pesanan kita. @gojekindonesia— Hello, Renny! (@RennyFernandez) October 3, 2018

Tanggapan pun berdatangan tatkala cuitan Renny dijadikan bahan pembicaraan oleh akun @InfoTwiwor. Ada yang mengatakan bahwa pesanan yang dibatalkan itu tidak akan merugikan pelanggan, sebab masih bisa mencari driver baru. Namun ada pula yang bercerita tentang pengalamannya kalau pembatalan justru membuat pelanggan sulit mencari driver lain.

Menanggapi itu, akun Twitter Gojekindonesia pun mempertanyakan nomor orderan para pelanggan yang punya keluhan seperti yang terjadi pada Renny. Mereka juga berjanji akan melakukan evaluasi sehingga kejadian tidak terulang kembali.

Sebenarnya, berapa besar keuntungan para driver yang mendapatkan pembeli Go-Pay?

Perhitungan penghasilan driver Go-Jek

Dari laman resmi Go-Jek, khusus layanan ride-sharing berbasis motor, dipatok sebesar Rp1.500 per km, dan bertambah menjadi Rp 3.000 per km jika melebihi 10 km. Namun, perhitungan penghasilan itu berbeda-beda tiap waktu, dan juga tiap tempat asal pengemudi. Selain penghasilan dari mengantarkan penumpang, driver juga akan mendapatkan bonus alias uang tambahan dari poin yang ia kumpulkan.

Poin bisa didapatkan dari jumlah penumpang yang diantarkan, dan juga dari layanan lainnya seperti pengisian Go-Pay. Jika ada penumpang yang sekalian mengisi Go-Pay, maka sang driver otomatis mendapatkan poin doble.

Khusus di area Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) nilai Rupiah yang didapat, yaitu:

  • 12 poin = Rp 10.000
  • 16 poin = Rp 30.000
  • 20 poin = Rp 40.000
  • 24 poin = Rp 50.000
  • 30 poin = Rp 70.000

Lagi, soal topup gopay pic.twitter.com/qewZ4SriXM— Info Twitwor & Drama (@InfoTwitwor) October 3, 2018

Dalam artian, jika mendapatkan 12 poin maka si-driver mendapatkan Rp 10.000, jika mendapatkan 16 poin maka mendapatkan Rp 10.000 ditambah Rp 30.000, atau sama dengan Rp 40.000. Jika 30 poin bisa didapatkan dalam satu hari, maka sang pengemudi itu dapat uang sebesar Rp 200.000.

Maka dari itu, tak heran para driver akan selalu mencari kesempatan agar penumpangnya mau sekaligus mengisi Go-Pay, supaya poin bisa didapatkan lebih banyak dan juga lebih cepat. Di lain sisi, memang perusahaan milik Nadiem Makarim itu sedang memanjakan para pelanggannya yang menggunakan layanan Go-Pay, seperti memberikan bonus hingga 20 persen tiap pesanan.

Selain bonus yang dapat dirasakan oleh driver, menurut saya tidak ada ruginya jika kita membeli Go-Pay secara langung ke pengemudi. Sehingga jika kita ingin mengisi Rp 25 ribu, maka biaya yang harus dikeluarkan jumlahnya sama persis. Hal itu berbeda dengan pengisian Go-Pay menggunakan transaksi dari Bank ataupun Alfamart, sebab kita akan dikenakan biaya jasa sebesar Rp 1.000 sampai Rp 5.000.

Seandainya memang sedang tidak memegang uang tunai, ada baiknya kita jujur kepada para pengumudi, dan jangan sungkan membatalkan terlebih dahulu. Karena sesungguhnya, performa penilaian driver akan berkurang jika mereka melakukan pembatan sendiri. Apa salahnya membantu sesama? Sedangkan pelanggan tidak akan dikenakan beban apapun, tak ada denda sepeser pun. Hal itu membuktikan, bahwa penawaran pengisian Go-Pay tidak akan merugikan pelanggan, namun memang akan sedikit menguji kesabaran.

Winda CS adalah penulis tetap Asumsi.co.

Share: Isi Go-Pay Lewat ‘Driver’, Sebuah Bentuk Membantu Sesama