Isu Terkini

Gas Rumah Kaca Capai Rekor Tertinggi di Tahun ini

MM Ridho — Asumsi.co

featured image

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi mencapai rekor tertinggi tahun ini pada Rabu (10/9).

Meski sempat menurun tajam hingga 17% pada awal tahun karena berbagai negara menetapkan kebijakan lockdown, emisi gas rumah kaca kembali berada pada level tertinggi selama 3 juta tahun.

Hingga saat ini jumlah emisi masih lebih rendah 7% dibanding total emisi tahun lalu. Namun, 2020 belum berakhir, dengan berlanjutnya kegiatan industri dan aktivitas urban, tahun ini diprediksi akan membobol rekor tertinggi dalam sejarah bumi.

Kepala Organisasi Meteorologi Dunia Petteri Taalas menuturkan bahwa 2016-2020 merupakan periode lima tahun terpanas yang pernah dialami bumi. Menurutnya, laporan PBB tersebut menunjukkan bahwa meskipun banyak aspek kehidupan yang terganggu pada tahun 2020, perubahan iklim terus berlanjut.

“Konsentrasi gas rumah kaca –yang sudah berada pada level tertinggi dalam 3 juta tahun– terus meningkat. Sementara itu, sebagian besar Siberia telah mengalami gelombang panas yang berkepanjangan dan luar biasa selama paruh pertama tahun 2020, yang sangat tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim antropogenik,” tulis Taalas dalam laporan resmi PBB.

Melambatnya kegiatan ekonomi dan terhambatnya aktivitas manusia selama pandemi COVID-19 memang menahan peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca. Namun, sejak awal Juni, ketika pabrik dan kantor dibuka kembali, emisi kembali naik dan akan terus berakumulasi hingga akhir tahun.

“Kami telah melihat penurunan emisi tahun ini karena krisis COVID-19 dan lockdown di banyak negara … tetapi ini tidak akan mengubah gambaran besarnya,” kata Talaas kepada Reuters Television. “Kami terus melihat konsentrasi karbon dioksida di atmosfer,” imbuhnya.

Laporan terbaru yang diterbitkan UN itu menyajikan data tentang emisi, suhu global, laut dan kawasan beku, yang menunjukkan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer mencapai 414,38 ppm pada bulan Juli, berbading 411,74 ppm pada tahun 2019. Sebagai acuan, para ilmuwan menyepakati batas aman konsentrasi karbon dioksida di atmosfer adalah 350 ppm.

Akibat peningkatan konsentrasi CO2 tersebut, suhu global juga meningkat sekitar 1,1 derajat celcius di atas tingkat pra-industri. Para ilmuwan mengatakan kenaikan suhu melebihi 1,5 atau 2 derajat akan menyebabkan dampak yang jauh lebih buruk di seluruh dunia, termasuk kekeringan, badai besar, dan kenaikan permukaan laut yang ekstrem.

Laporan tersebut merinci bagaimana perubahan iklim diperkirakan akan menempatkan ratusan juta lebih orang pada risiko banjir dan sulitnya akses terhadap air tawar. Lebih buruknya, 3,2 miliar orang diperkirakan akan hidup dengan kelangkaan air pada pertengahan abad. Jumlah ini naik dari perkiraan sebelumnya, di mana hanya diperkirakan sekitar 1,9 miliar orang.

“Kami benar-benar hanya beradaptasi dan mampu menghadapi kemungkinan [perubahan] iklim yang sangat kecil,” kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim di Universitas Oxford, kepada Reuters. “Dengan sangat cepat, kita akan sampai pada batas dari apa yang kita dapat tangani.”

Share: Gas Rumah Kaca Capai Rekor Tertinggi di Tahun ini