Budaya Pop

Film Indonesia yang Membaik Sepanjang Tahun 2018

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Setuju enggak sih kalau tahun 2018 ini film-film lokal lagi berada di tempat terbaiknya? Seminggu lalu, Google Indonesia pun sempat menjawab bahwa di tahun Shio Anjing ini menjadi tahun bagi generasi muda berkarya untuk Indonesia lewat olahraga, musik, dan film.

Tidak seperti televisi yang semkain lama semakin ditinggalkan, bioskop sebagai tempat perdana tayangnya sebuah film justru bertambah diminati. Maka tak heran beberapa belakangan ini iklan komersial semakin menumpuk di bioskop, padahal dulunya iklan hanya sebatas film-film coming soon.

Tak hanya iklan komersial, bahkan pemerintah juga mempercayakan bioskop sebagai wadah untuk menyampaikan hasil kinerjanya. Adalah iklan bendungan hasil kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tayang di 177 bioskop hingga 20 September 2018. Di balik kontroversialnya iklan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa bioskop kini semakin diminati.

Lalu, apa sih faktor yang menyababkan orang-orang kini makin rajin menonton film di bioskop? Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Surya, Juheti meyimpulkan bahwa ide cerita dan sutradara dalam film Indonesia sangat memengaruhi minat menonton.

“Responden yang menyatakan bahwa ide cerita memengaruhi minat menonton mereka sebanyak 92% sedangkan yang menyatakan bahwa ide cerita tidak memengaruhi minat menontonnya hanya 8%,” demikian simpulan dari makalah yang terbit pada 2014 lalu.

Film-film Lokal Diakui Dunia

Penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas Film Indonesia Terhadap Minat Menonton Mahasiswa Program Studi Digital Communication Surya University tersebut sebenarny a cukup relevan dengan film-film yang tayang selama 2017-2018 ini. Kita ketahui bersama, bahwa di tahun ini ada sederet film Indonesia yang cukup membanggakan. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, misalnya, yang digadang-gadang membawa genre baru, yaitu satay western.

Film western sendiri biasanya digambarkan dengan suatu daerah yang memiliki jarak dengan penegak hukum dan aparat, serta adanya penampilan dari tokoh jagoan yang sendirian. Ya, sebagai film berlatar tempat padang savana di Sumba, Marlina cukup membuat kita seperti menonton film-film koboy di Barat.

Tak ayal, film dengan genre baru tersebut pun mampu meraup 10 penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) 2018. Belum lagi, film yang digarap oleh Mouly Surya ini juga akan berjuang mendapatkan piala Oscar di Academy Award.

Ada pula Sekala Niskala, film yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang sedang menderita sakit kronis, dan saudara kembarnya yang memiliki imajinasi berbatas. Selain Ni Kadek Thaly Titi Kasih yang menang sebagai Pemeran Anak Terbaik di FFI 2018, film Sekala Niskala juga diberi penghargaan di Asian Pasific Screen Award, Festival Film Asia Netpac Jogja, Tokyo FILMeX, dan Berlin Internasional Film Festival.

Film-film dengan Cerita Menyegarkan

Selain film dengan jalan cerita yang puitik, di tahun ini sutradara Indonesia juga cukup pandai memilih jalan cerita yang beragam dan menyegarkan. Seperti Aruna dan Lidahnya, film lokal yang menampilkan beragamnya makanan khas Indonesia.

Jika di Amerika ada Eat Pray Love, Aruna dan Lidahnya hadir dengan keunikan ceritanya sendiri, membawa isu yang cukup sensitif yaitu penyuapan, dan konflik cinta masa lalu yang dibungkus komedi segar tidak berlebihan.

Di tahun yang sama, ada pula film remaja romantis yang berhasil meraup 6 juta lebih penonton. Adalah Dilan 1990 yang masuk sebagai salah satu film trending di Google Penelusuran tahun ini.

Lebih lanjut, jika biasanya anak-anak Indonesia kekurangan film-film lokal, di tahun ini justru ada cukup banyak pilihan. Contohnya ada film Ku Lari Ke Pantai, Naura & Geng Juara, Koki-Koki Cilik, Si Juki The Movie, dan Petualangan Menangkap Petir.

Tak lupa juga, genre horor yang tak pernah absen di bioskop Indonesia. Tahun ini, ada Kafir, Sebelum Iblis Menjemput, Asih, dan yang terbaru yaitu Suzzana Bernapas dalam Kubur yang sudah mendapatkan tiga juta lebih penonton dalam waktu 32 hari.

View this post on Instagram

A post shared by Soraya Intercine Films (@sorayaintercinefilms) on Dec 17, 2018 at 12:08am PST

Maka bukan harapan yang aneh ketika Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf memprediksi bahwa jumlah penonton bioskop di Indonesia bisa tembus 50 juta di tahun 2018.

Sebab, dari tahun ke tahun pun, industri perfilman lokal mengalami perkembangan yang pesat. Pada akhir 2015, jumlah penonton bioskop hanya mencapai 16,2 juta penonton. Pada 2016, jumlahnya naik lagi menjadi 37,2 juta penonton, sebelum akhirnya menembus angka 42,7 juta penonton pada tahun lalu.

“Akhir Juli 2018, jumlah penonton bioskop di Cinema 21 saja sudah mencapai 35 juta penonton. Kalau ditambah bioskop yang lain seperti dari CGV ya kira-kira mencapai 40 juta penonton per Juli kemarin,” ungkap Triawan Munaf dikutip dari Bisnis.com, pada Selasa, 14 Agustus 2018 lalu.

Sampai sini kita semua bisa menilai bahwa film Indonesia terus mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan zaman, para penggiat film sepertinya cukup sadar bahwa untuk mendapatkan perhatian penonton, tak cukup dengan belahan dada dan rok mini saja. Perlu adanya peningkatan kualitas dan inovasi dalam membuat cerita agar bisa merangkul minat penonton.

Share: Film Indonesia yang Membaik Sepanjang Tahun 2018