Olahraga

Euro 2020 Jadi Klaster Corona Varian Delta, Haruskah Disetop Penyelenggaraannya?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: AFP

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) murka karena ajang
pertandingan sepak bola Euro 2020 menyebabkan munculnya klaster COVID-19. Hal
itu berimbas pada meningkatnya  kasus
Corona varian Delta di Eropa.

Banyak Penonton Terinfeksi Varian Delta

Melansir AFP,
ratusan kasus COVID-19 terdeteksi di antara penonton yang menghadiri
pertandingan Euro 2020 yang digelar di benua tersebut. Dilaporkan banyak
penonton yang terpapar varian Delta terdeteksi di Kopenhagen, Denmark. Selain
itu, sejumlah warga Skotlandia dan Finlandia terinfeksi virus mematikan ini
usai pulang dari menonton Euro 2020 di lokasi pertandingan.

Mereka sengaja datang ke lokasi pertandingan untuk
menyemangati tim di London, Inggris dan Saint Petersburg, Rusia. Direktur Badan
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Eropa Hans Kluge menyampaikan pesan murka dari
WHO yang meminta semua pihak berwenang untuk memantau secara ketat terhadap
pelaksanaan ajang olahraga ini. 

Ia juga meminta masyarakat Eropa untuk meningkatkan
kedisiplinan dan menahan diri untuk tidak berkerumun jika tidak mau gelombang
baru COVID-19 melanda benua tersebut. “Akan ada gelombang baru di kawasan
Eropa, kecuali kita tetap disiplin. Saya harap tidak, tapi ini tidak
terhindarkan,” kata Kluge.

Baca juga: Dominasi Sponsor Euro 2020, Tiongkok Mau Geser Coca-Cola? | Asumsi

Merespons peringatan WHO, badan sepak bola Eropa UEFA selaku
penyelenggara, memutuskan untuk membatalkan seluruh tiket kepada warga Inggris
untuk pertandingan perempat final. Pertandingan ini bakal mempertemukan Inggris
melawan Ukraina di Roma akhir pekan ini.

Rusia yang bakal menjadi tuan rumah perempat final Euro 2020
Spanyol-Swiss pada Jumat, sejauh ini telah mencatat rekor kematian akibat virus
untuk hari tiga hari berturut-turut pada Kamis (1/7/21) lalu. Dilaporkan,
terdapat  672 kematian selama 24 jam terakhir, dengan Saint Petersburg
sebagai kawasan terbanyak dengan jumlah kematian sebanyak 115 orang akibat
terinfeksi Corona.

Sedangkan Portugal yang dilaporkan mengalami peningkatan
kasus Corona sebesar 10% akibat varian Delta, memutuskan untuk memberlakukan
kembali jam malam di 45 kota termasuk ibu kota Lisbon sejak akhir pekan lalu.

Saat ini, Eropa pun memberlakukan aturan sertifikat vaksin
COVID-19 sebagai syarat perjalanan bagi warga yang tinggal di 27 negara anggota
benua biru. Badan Pengawas Obat Eropa pun menyerukan agar seluruh warga segera
mengikuti program vaksinasi yang digagas pemerintah. 

Mereka meyakini, pemberian dua dosis vaksin COVID-19 mampu
memberikan perlindungan secara maksimal dari terpapar Corona varian Delta,
berdasarkan bukti-bukti global.

Haruskah Disetop di Tengah Jalan?

Epidemiolog Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman
mengaku tak heran banyak penonton yang terinfeksi COVID-19 usai menyaksikan langsung
pertandingan Euro 2020 di London, Inggris. Ia menyebut kasus Corona di Inggris
saat ini memang sedang tidak terkendali dibandingkan negara-negara Eropa
lainnya.

“Memang COVID-19 di Inggris belum terkendali, bahkan
bisa dibilang rawan dibadningkan negara-negara Eropa lainnya yang rata-rata di
bawah 1% positivity rate-nya. Di Inggris memang lagi naik parah
kasusnya, apalagi di Skotlandia,” jelas Dicky kepada Asumsi melalui sambungan telepon, Jumat (2/7/21).

Baca juga: Eriksen Pingsan di Laga EURO, Ini Risiko Jantung Pada Pesepakbola | Asumsi

Dirinya menyayangkan adanya pelonggaran keramaian dengan
digelarnya pertandingan Euro di Inggris, sehingga menjadi pemicu penularan
virus Corona.

“Apalagi kalau bicara varian Delta ini luar biasa.
Ketika ada pertandingan di Inggris sebenarnya yang juga bikin jadi klaster
karena kan, yang boleh nonton di dalam stadion itu cuma yang punya tiket dan
jumlahnya terbatas, tapi pengiringnya puluhan ribu. Meski enggak bisa masuk
stadion, tapi malah bikin kerumunan karena menunggu di luar. Nah ini juga yang
menyebabkan terjadinya klaster itu,” ungkapnya. 

Soal kemungkinan Euro 2020 bakal berhenti di tengah jalan,
menurutnya pihak penyelenggara belum tentu melakukannya. Ia hanya mengharapkan,
ke depan pihak penyelenggara Euro 2020 tak perlu lagi menghadirkan penonton
saat berlangsungnya pertandingan dan melarang suporter hadir di lokasi.

Event seperti ini memang kepentingannya
bisnis, jadinya dipaksakan. Meski ada pengaman-pengaman dan mulai terkendali,
semestinya mereka juga bisa mengantisipasi kasus Corona bisa meledak lagi. WHO
pun sebenarnya dari awal terkesan memberikan toleransi ya, meski sebenarnya
memang mereka tidak bisa melarang dan cuma bisa mengeluarkan panduan. Kalaupun
mau ada penonton, karantina dulu penotonnya. Nah, ini tidak diterapkan sehingga
penularan terjadi,” tuturnya. 

Pengamat olahraga nasional, Budiarto Shambazy menimpali Euro
2020 tidak harus dihentikan sejauh ini. Adapun bila kasus Corona semakin parah
di negara-negara Eropa yang menjadi tempat pertandingan Euro 2020, mungkin bisa
memindahkannya ke negara yang lebih aman tanpa melibatkan penonton. 

“Sebenarnya ini ujian konsistensi dan keteguhan dari
setiap negara mengendalikan pandeminya. Ya, menurut saya setelah jadi klaster
COVID-19 ini enggak usah lagi ada penonton on the spot. Pindahkan
lokasi pertandingan kalau memang berisiko banyak orang ketularan virus. Para
pemainnya juga harus ketat diperiksa untuk memastika mereka yang bertanding ini
juga sehat. Intinya lebih ketat lagi saja, nanggung sudah di tengah jalan gini
masa mau disetop,” kata dia. 

Share: Euro 2020 Jadi Klaster Corona Varian Delta, Haruskah Disetop Penyelenggaraannya?