General

Empat Cara Unik Pengawasan Pemilu Melalui Coretan Kartun

Fariz Fardianto — Asumsi.co

featured image

Siang itu cukup terik. Di sebuah ruangan Hotel Semesta, Jalan Wahid Hasyim, Kranggan Semarang, terjadi suasana yang begitu hening.

Duduk di bangku terdepan, Rizky Puput tampak tekun menggoreskan mata pensilnya pada selembar kertas karton.

Sebuah coretannya menghasilkan dua gambar sosok manusia yang membelakanginya. Satunya digambarkan berdiri. Satunya duduk diatas kursi.

“Karikatur yang sedang saya buat ini mengandung pesan pentingnya aksesbilitas pemilih saat pemilu. Dengan cara ini, setidaknya saya bisa menyuarakan hak teman-teman difabel khususnya yang tidak bisa keluar rumah, supaya diberi kesempatan menggunakan hak pilihnya,” kata Puput, sapaannya, saat berbincang dengan Asumsi.co.

Tanggal 19 November 2018 lalu menjadi momentumnya untuk unjuk gigi. Ia yang mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya itu mengikuti pembekalan teknis bersama ratusan kartunis lainnya seharian penuh.

Acara yang diinisiasi oleh Badan Pengawas Pemilu Jawa Tengah itu dimanfaatkan untuk melibatkan para kartunis dalam proses pengawasan kampanye saat Pemilu 2019 nanti.

Seorang kartunis difabel saat membuat karyanya saat pembekalan teknis yang diadakan oleh Bawaslu Jateng di Hotel Semesta. Foto: Dok. Asumsi.co

“Bersyukur banget bisa bertemu teman-teman dari berbagai kota. Jadinya bisa saling sharing. Saya suka ngartun sejak 2015, supaya jadi kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak difabel biar bisa ikut coblosan,” akunya.

Ia menyebut bahwa apa yang ia lakukan semata untuk terlibat aktif dalam proses pengawasan selama kampanye Pemilu 2019. Berikut cara para kartunis terlibat pengawasan Pemilu:

1. Ikut Suarakan Hak Para Pemilih Difabel

Ia ingin menunjukan bahwa masih banyak para difabel yang tidak bisa keluar rumah, juga layak mendapatkan hak pilihnya saat Pemilu nanti.

Misalnya saat Pilgub Jateng kemarin saja, tak ada satu pun petugas TPS yang tertarik menyambangi rumahnya. Padahal sebelumnya ia sempat didata oleh pihak rukun tetangga setempat.

“Lewat ngartun, saya menyoroti kenapa kok kaum disabilitas kadang tidak pernah terjamah ketika Pemilu. Apakah akibat kurangnya inklusi sehingga membuat fasilitas yang diperuntukan bagi difabel sangat minim. Akhirnya saya dan teman-teman senasib tidak punya kesempatan untuk menyalurkan hak suaranya,” keluh warga Kampung Widuri Tiga Bangetayu Kulon Genuk Semarang tersebut.

2. Soroti Aksi Suap dan Money Politic

Sementara itu, Fariha Mauliha, juga sangat antusias ikut pembekalan teknis yang diadakan oleh Bawaslu.

Ia yang berasal dari komunitas rumah rupa UIN Walisongo itu berpendapat coretan karikartur bisa membawa pesan satir untuk menyoroti penyimpangan yang terjadi saat Pemilu.

Hal itu, menurutnya untuk menguji kemampuannya sebagai kartunis yang punya daya kritis cukup tinggi dalam melihat sebuah permasalahan dalam penyelenggaraan Pemilu.

“Saya mencoba menggambarkan praktek-praktek suap setiap ada coblosan. Karena saya rasa setiap mau coblosan selalu ada saja politik uang yang muncul di masyarakat. Ditambah lagi penggelembungan suara yang disebabkan adanya pemilih ganda. Ini yang harus disuarakan dalam karikartur agar penyelenggara Pemilu terketuk hatinya untuk memperbaiki sistem yang menyangkut pelaksanaan Pemilu di masing-masing daerah,” ujar perempuan 26 tahun ini.

3. Efektif Kritisi Kebijakan Pemerintah

Sedangkan, Ketua Bawaslu Jawa Tengah, M Fajar S.A.K Arif menyampaikan dari 100 kartunis, ia mengajak para kartunis dari kalangan difabel untuk terlibat dalam pengawasan Pemilu.

Ia bilang kartun bisa menjadi bahasa visual yang sangat efektif untuk mengkritisi kebijakan publik ketimbang menonjolkan teks tertulis. Apalagi di era digital seperti sekarang, mayoritas orang lebih menyukai pesan yang disampaikan melalui visial karena gampang dipahami.

“Misalnya dibanding teks tulisan PDIP dengan gambar banteng, orang-orang lebih paham dengan gambarnya. Begitupun dengan gambar larangan merokok dan sebagainya. Orang lebih suka melihat visualnya ketimbang teks,” sambungnya.

“Maka tidak ada salahnya kali ini kami merangkul 100 lebih kartunis untuk terlibat dalam pengawasan Pemilu. Sebab satu kartunis bisa memberi dampak luar biasa,” ungkapnya.

4. Bisa Kembalikan Marwah Pemilu 2019

Dilain pihak, Hanik Solikhatun, Koordinator Divisi Pengawasan Bawaslu Jateng menilai para kartunis nantinya menjadi mitra strategis bagi pihaknya untuk menjaga marwah Pemilu 2019.

Sebagai bentuk apresiasi, pihaknya nanti akan memajang semua hasil karya kartunis di kantor Bawaslu sebagai media edukasi dan partisipatif.

“Setiap karya mereka memiliki nilai seni yang tinggi. Tentunya kami akan mendisplay karyanya ke kantor Bawaslu Jawa Tengah,” pungkasnya.

Share: Empat Cara Unik Pengawasan Pemilu Melalui Coretan Kartun