Dari emosi berujung diciduk polisi. Video kekerasan yang memperlihatkan seorang perawat mengalami penganiayaan oleh keluarga pasien rumah sakit tempatnya bekerja, viral belakangan ini di jagad maya.
Perawat Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang yang diketahui berinisial CR ini, melaporkan pelaku penganiayaannya, JT, ke polisi. Kini, pelaku yang beridentitas pria ini dilaporkan telah diamankan aparat.
Bagaimana kasusnya bermula?
Aksi penganiayaan yang dilakukan JT kepada CR menjadi sorotan publik, usai video yang memperlihatkan adegan kekerasan itu beredar di media sosial.
Akun Instagram @perawat.indonesia salah satu yang mengunggah video berdurasi 35 detik tersebut. JT yang mengenakan topi putih dan kaos merah tampak menjambak CR yang baru saja dibantu berdiri dari posisi duduk oleh rekannya.
Unggahan tersebut pun menuliskan keterangan yang berisi kronologi penganiayaan versi pihak rumah sakit sebagai berikut:
Pihak Rumah Sakit Siloam Sriwijaya akhirnya angkat bicara terkait insiden penganiayaan yang dilakukan salah seorang keluarga pasien kepada perawat Siloam Sriwijaya, Kamis siang kemarin.
Kepada Palembang Ekspres, Nursing Development & Clinical Operations Division Head RS Siloam Sriwijaya, Benedikta Betty Bawaningtyas sekaligus yang menjadi juru bicara menjelaskan kronologis kejadian penganiayaan yang menimpa perawatnya itu.
Insiden yang terjadi sekitar pukul 10-11 siang itu bermula saat korban (perawat RS Siloam) melakukan pelepasan infus kepada pasien berusia dua tahun yaitu anak dari pelaku penganiayaan.
“Jadi kemarin (kamis,red) itu rencana anak pasien mau pulang, pada saat mau melepas infus sekitar jam 10 hampir jam 11 siang. Pada saat perawat kami melepas infus sudah dilakukan sesuai SOP menggunakan kapas alkohol kemudian diplester,”ungkap Tata.
“Tapi karena anak umur dua tahun, sedang aktif-aktifnya dan langsung digendong jadi darahnya keluar plesternya lepas,”sambung Tata.
Kejadian tersebut membuat Ibu pasien panik dan berteriak dan komplain ke pihak Rumah Sakit. Pihak rumah sakitpun langsung memberikan penanganan kepada pasien. “Langsung ditangani oleh kepala ruangan dan perawat tersebut. Pasien diganti kapas dan lain-lain dan sudah selesai sebenarnya,”jelasnya.
Namun nyatanya, Ibu pasien masih tidak terima dan mengadukan kejadian yang dialami anaknya ke suaminya (ayah pasien) yang berada di Kayu Agung.
“Suaminya baru datang sekitar jam 2 siang, terus tiba-tiba langsung bertanya perawat yang menindak anaknya, mana perawat yang tadi? Perawat saya datang ke ruangan didampingi Duty Manager dan Kepala Ruangan untuk menjelaskan kembali,”terangnya.
Belum sempat memberikan penjelasan, pelaku langsung melakukan tindakan main hakim sendiri menampar korban dengan kepalan tangannya hingga korban terjatuh ke lantai dan meminta korban meminta maaf dengan bersujud.
“Lalu perawat kami langsung ditendang, Kemudian kepala ruangan langsung memegangi ayah pasien langsung dialihkan tapi dia tidak terima dan masih menganiaya dengan menjambak rambut perawat tersebut,” paparnya.
CR lalu melaporkan perbuatan JT kepadanya ke Polrestabes Palembang karena mengalami lebam di wajah dan perut, serta trauma psikis.
Hingga akhirnya, dilaporkan CNN Satuan Reserse Kriminal Umum Polrestabes Palembang menangkap JT di kediamannya di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan tanpa perlawanan, Jumat (16/4/21) malam.
Pelaku Sempat Mengaku Polisi
JT diketahui sempat mengaku sebagai anggota polisi saat berupaya dilerai. Hal ini, diakui para perawat dan petugas keamanan yang ada di lokasi kejadian saat aksi penganiayaan terhadap CR berlangsung.
“Kebetulan saat kejadian, keluarga pasien di sebelah ruangan kejadian itu anggota polisi. Orang tersebut melerai dan mengaku bahwa dirinya polisi. Saat anggota polisi tersebut berupaya melerai, JT pun mengaku sama-sama anggota kepolisian,” ujar Benedikta Direktur Keperawatan RS Siloam Sriwijaya Palembang Benedikta Beti, seperti dikutip dari CNN.
Saat ini, perawat CR sedang dirawat karena luka yang dialaminya. Ia mengatakan, korban juga mengalami trauma psikis usai kejadian tersebut. Manajemen RS, lanjutnya, sudah menyerahkan bukti rekaman CCTV dan meminta para perawat yang menjadi saksi kejadian untuk melengkapi berkas perkara yang diperlukan kepolisian.
Namun ternyata, JT bukanlah polisi sebagaimana pengamuannya. Berdasarkan penelurusan TribunSumsel, JT berprofesi sebagai pengusaha sparepart mobil dan motor di Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Oki.
Menyikapi hal ini, Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Irvan Prawira Satyaputra memastikan JT bukanlah polisi. “Saya pastikan pelaku (JT) bukan polisi,” katanya.
JT Emosi Saat Memukul CR
JT lalu menyampaikan permintaan minta maafnya kepada CR usai dirinya diamankan oleh polisi. Ia mengungkapkan motif melakukan perbuatan kekerasan kepada CR karena emosi.
“Anak saya sudah empat hari dirawat di sana dan saya harus bolak balik untuk menjenguknya,” katanya dikutip dari Kompas, Sabtu (17/4/21).
Ia menuturkan saat mendengar infus anaknya dilepas hingga menangis, sontak dirinya mengaku tak terima. Ia pun menyesali perbuatannya.
“Saya emosi sesaat dan saya menyesali perbuatan saya, saya benar-benar minta maaf kepada korban dan pihak RS Siloam,” pungkasnya.
Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, penganiayaan yang dilakukan JT kepada CR, terjadi di RS Siloam Sriwijaya, Palembang pada Kamis (15/4/21) lalu.
Humas Polrestabes Palembang, Kompol M Abdullah mengatakan penganiayaan terjadi usai JT merasa tidak senang karena diduga CR melakukan kesalahan saat melepaskan infus di tangan anaknya.
“Hal itu membuat terlapor marah. Terlapor kemudian memanggil korban untuk mendatangi kamar tempat anaknya di rawat,” ujar Abdullah dikutip dari Tribun News.
Korban kemudian menemui terlapor bersama teman korban lainnya. Setibanya di kamar tempat anak terlapor dirawat, teman-teman korban disuruh terlapor untuk keluar meninggalkan korban sendirian.
“Namun teman korban tidak mau keluar. Terlapor menanyakan bagaimana korban melepaskan selang infus di tangan anaknya. Belum sempat korban menjawab, terlapor langsung memukul muka sebelah kiri korban menggunakan tangannya,” terangnya.
Rekan korban yang melihat aksi itu mencoba melerai, namun JT segera mendekati korban dan kembali memukul melemparkan pukulan, dengan tangan kanannya. Satpam pun langsung turun tangan melerai, hingga CR dibawa keluar ruangan.
JT Dinilai Tunjukkan Sikap Tempramental
Psikolog dari Tibis Sinergi, Tika Bisono menyoroti aksi kekerasan yang dilakukan JT kepada CR yang merupakan tenaga kesehatan. Ia menyebut, sikap emosional yang ditunjukkan JT merupakan bentuk dari perilaku tempramental.
“Tempramental itu emosi yang memang agresif dan enggak punya kontrol diri karena melakukannya di rumah sakit yang notabene merupakan tempat umum,” kata Tika saat dihubungi Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (17/4/21).
Ia menambahkan, secara logika saat berada di tempat umum, tentu perilaku yang ditunjukkan harus sesuai dengan norma yang berlaku.
“Tentu harus bisa menahan diri. Selain emggak bisa mengontrol diri, si bapak pelaku kekerasan ini juga ada cinta berlebihan kepada anaknya. Ya jelas, anaknya itu yang menyebabkan penganiayaan ini terjadi,” ujarnya.
Di satu sisi, Tika juga mempertanyakan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit saat akan mencabut infus pada pasien anak.
“Kalau memang begitu ya, jangan langsung digendong sampai darahnya keluar. Pihak rumah sakit, semestinya sudah profesional menangani pasien anak yang berbeda dengan orang dewasa penanganannya,” tuturnya.
Ia meyakini, setiap perawat yang bertugas telah menjalani pelatihan untuk menenangkan pasien anak saat akan dilakukan tindakan medis. “Kalau berontak ya, tenangkan dulu. Cari mainan, ngobrol atau membacakan buku sambil diberi tahu, misalnya infusnya mau dilepas, biar enggak sakit lagi adiknya,” imbuhnya.
Menurutnya, sikap tempramental yang ditunjukkan JT sudah masuk ke urusan hukum karena mengandung unsur kekerasan di dalamnya.
“Kalau tahu si bapaknya tempramen, semestinya istrinya menghadang dong. Apa jangan-jangan di rumah dia juga pakai kekerasan ke supir, pembantu dan anaknya? Harusnya dihalau dong karena bisa menimbulkan masalah baru,” jelasnya.
Konsep Diri Terganggu
Tika mengatakan, secara psikologis sikap JT yang mengaku polisi dan melakukan aksi kekerasan sebagai pembenaran, menunjukkan ada gangguan pada konsep dirinya.
“Seharusnya sadar, polisi tugasnya mengayomi dan menjaga keamanan waga sipil bukan bersikap arogan kayak yang dia tunjukkin. Ada gangguan pada dirinya,” imbuh Tika.
Lebih lanjut, sikap JT ini juga menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yakni situasi mental untuk mencapai keseimbangan dengan tujuan menutupi kekurangannya.
“Mekanisme pertahanan diri bertujuan menutupi kekurangan seseorang dengan menunjukkan situasi berlawanan. Misalnya, orang yang enggak percaya diri tapi sok jadi preman. Di situ, dia mendapatkan keseimbangan kepribadian,” jelasnya.
Secara kejiwaan, lanjutnya, manusia selalu mencari keseimbangan mental di dalam hidupnya. “Sehingga yang dilakukan bapak itu, sedang menunjukkan mekanisme pertahanan diri,” ucapnya.