WhatsApp mengeluarkan kebijakan privasi baru di awal tahun 2021. Salah satu hal yang jadi sorotan adalah bagaimana praktik WhatsApp dan Facebook memproses data pengguna. Pengguna harus menyetujui perubahan kebijakan itu jika ingin terus menggunakan aplikasi Whatsapp.
Namun, kebijakan baru WhatsApp soal berbagi data dengan Facebook itu jadi sorotan karena dinilai mengancam privasi para penggunanya.
Chief Editor Asumsi.co Lisa Siregar berbincang dengan Ruben Hattari, Head of Public Policy at Facebook Indonesia, terkait polemik kebijakan baru WhatsApp yang ramai jadi perbincangan itu. Sebelumnya Ruben menegaskan kalau WhatsApp nggak bakal membaca chat personal para penggunanya.
Menurut Ruben, data-data yang dikumpulkan itu seperti lokasi, jenis ponsel yang digunakan apakah Android atau iOS, IP Address-nya, network operator-nya, dan lain-lain. Jadi, bukan mengumpulkan data konten seperti chat, foto, video, ataupun audio karena itu sifatnya end-to-end encryption.
Lalu, apalagi kata Ruben?
Soal kebijakan privasi WhatsApp yang menuai perdebatan dan memicu banyak orang hijrah ke aplikasi lain, gimana komentarnya?
Satu hal yang saya sadari sebagai pengguna teknologi, bahwa ada dua aspek yang menurut saya sangat penting. Pertama adalah akuntabilitas dari platform dan kedua transparansi dari platform ke seluruh usernya.
Tanpa kedua hal tersebut, orang-orang seperti saya, pengguna platform, kalau itu nggak bisa di-address, ada kemungkinan saya pindah platform dan ini sudah cukup umum. Jadi, saya ingin menjelaskan hal itu dan meluruskannya karena banyak berita yang simpang siur mengenai ini.
Sekali lagi saya ingin menjelaskan bahwa WhatsApp akan terus menjadi platform yang end-to-end encryption. Artinya apa? Ya, ini adalah platform yang dikunci, tidak ada pergerakan data yang bisa dibaca. Kita pun juga nggak bisa bacanya jadi ini platform yang sangat aman
Tapi karena ada perubahan kebijakan tersebut kita mempunyai tanggung jawab karena ada WhatsApp API Business ini, jadi ada beberapa pembaharuan. It’s almost a refresher.
Memang ada beberapa data yang kita collect, tapi itu sekali lagi bukan percakapan, bukan data-data konten yang di dalam. Tujuannya untuk memastikan servisnya itu bisa optimal dan kita bisa memberikan layanan yang terbaik.
Sebenarnya apa alasan utama pihak Whatsapp atau Facebook sebagai penyedia layanan untuk mengubah kebijakan soal privasi ini?
Kita memiliki tanggung jawab, platform itu harus memiliki tanggung jawab terhadap transparansi dan akuntabilitas, juga terhadap user. Ini sebenarnya notifikasi yang sudah kita jalankan untuk kedua kalinya dalam lima tahun terakhir.
Sekarang dengan banyaknya penggunaan WhatsApp API Buisness tersebut, tentu interaksi kita ini kan sebagai pengguna Whatsapp akan beririsan dengan WhatsApp-WhatsApp yang dijalankan oleh WhatsApp API business.
Yang cukup menarik sebenarnya data yang di-collect itu bukan data yang baru. Dari 2016, kita sudah mengumpulkan data-data. Ini penting karena data-data ini untuk mengoptimalkan platform WhatsApp.
Ini data-data yang purely untuk membantu membangun infrastruktur kita agar terus optimal. Karena tanpa data-data tersebut kita susah untuk memperbaiki WhatsApp terkait servis-servis yang penggunaannya itu terus meningkat.
Sekarang kan orang udah keburu pindah platform nih, gimana tanggapan Facebook?
Pertama, kita harus aktif mengedukasi pengguna Facebook. Jadi meluruskan informasi-informasi yang kurang benar yang sudah berseliweran. Lalu, kita memiliki tanggung jawab di luar masyarakat, juga pengguna kami untuk ke pemerintah.
Jadi, semenjak Minggu lalu kita juga aktif berdiskusi dengan Kemenkominfo untuk menjelaskan soal berita yang seliweran. Alhamdulillah mereka paham dan diskusinya positif.
Ke depannya, kita akan terus aktif lagi untuk memastikan pengguna kami itu sangat paham seluruh kebijakan dari WhatsApp dan langkah-langkah apa saja yang WhatsApp akan lakukan untuk make sure customer. Pengguna kami itu sangat-sangat sadar ya bagaimana menggunakan WhatsApp.
Apa yang akan dilakukan WhatsApp supaya tetap bisa digunakan secara gratis, daripada bikin iklan?
Sekarang kita terus fokus untuk membangun WhatsApp supaya terus bisa digunakan secara personal, tapi aktif juga digunakan oleh teman-teman UKM terutama ya dan sektor bisnis.
Yang menarik dan akan terus kita implementasikan adalah WhatsApp itu bukan menjadi keluarga besar Facebook yang akan mendorong iklan. Jadi kita tidak akan ada memonetisasi WhatsApp dari segi tersebut.
Kebijakan yang baru ini hanya berlaku untuk WhatsApp API Business dan bagaimana customer itu berinteraksi dengan Whatsapp API Business.
Sekali lagi, kita ingin memastikan bahwa yang pertama aplikasi ini adalah end-to-end encryption. Ini yang yang sangat-sangat aman. Kedua, kontrol tersebut itu sudah kita berikan kembali ke user.
Jadi contohnya gini, kalau misalnya saya sekarang menggunakan aplikasi dan assuming menggunakan kebijakan yang baru. Saya akan berinteraksi dengan bisnis yang sudah membuka API hanya untuk third party.
Saya sebagai user akan di-notifikasi, mau saya dapat pesan dari bisnis ini mau nggak, saya berinteraksi. Jadi user selalu mendapatkan full knowledge dan full control dengan siapa saja mereka berbicara.
Lalu, yang harus saya garisbawahi dan ini sudah berjalan cukup panjang. Kalau misalnya ada orang yang mencoba spamming, kita mempunyai fitur apa?
Kebebasan dan straight juga untuk kita nge-block orang tersebut, melaporkan user tersebut kalau mereka melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Terakhir yang saya rasa sangat penting yakni hubungan privasi dan keamanan. Ada fitur juga di atas platform Facebook yang kita sebut sebagai two factor-authentication.
Nah, ini bisa kita set sendiri dalam setting dan ibaratnya ini adalah layer keamanan level kedua. Jadi, kalau misalnya kita ingin mengakses WhatsApp, ada yang harus kita masukkan dan ini adalah komitmen kami untuk memastikan bahwa para pengguna bukan hanya mendapatkan privasi, tapi mereka juga bisa mendapatkan kenyamanan dan keamanan yang sangat tinggi dari platform kami.