Isu Terkini

Donald Trump dan Usahanya Merawat Rambut Semasa Pandemi

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Pekan lalu (6/8), Presiden AS Donald Trump berpidato di hadapan legiun penggemarnya di sebuah pabrik di Clyde, negara bagian Ohio. Dalam pidato ngalor ngidul yang khas itu, ia tiba-tiba berkata, “Kamu masuk rumah baru, menyalakan keran, terus nggak ada air yang keluar. Lalu kamu menyalakan shower, dan kalau kamu seperti saya, rambutmu yang indah tidak bisa kamu cuci dengan baik. Jadi kamu buang-buang waktu 20 menit cuma buat menunggu tetesan air.”

Ini bukan keluhan pertama Trump tentang semburan air di rumah-rumah AS. Desember 2019, ia sempat meracau tentang lemahnya aliran air di toilet yang memaksa rakyat AS “menyiram 10-15 kali, bukan cuma sekali” dan kesulitan mencuci tangan dengan baik dan benar. “Kadang saat keran dinyalakan, airnya mengalir semua ke laut karena tidak bisa ditampung, jadinya tidak ada air yang kita dapatkan,” keluh Trump.

Ada beberapa hal yang penting dibicarakan di sini. Pertama, tentu saja, klaim gemilang Trump bahwa rambutnya mempesona. Kedua, obsesi ganjil Trump dengan daya semburan air di kamar mandi. Ketiga, fakta bahwa AS adalah negara yang paling parah dihajar pandemi COVID-19, dan Trump sempat-sempatnya saja mengoceh soal shower yang memble. Tentu ini cuma selorohan sekejap yang bakal ditertawakan di Twitter dan menjadi angin lalu, kan?

Oh, tentu saja tidak. Sepekan kemudian, Departemen Energi AS mengumumkan bahwa mereka telah menyusun draft proposal untuk merevisi aturan yang telah ada tentang penggunaan air di rumah tangga AS. Tujuannya jelas: supaya shower-shower di negeri Paman Sam dapat menyemburkan air dengan digdaya dan Donald Trump dapat merawat rambutnya agar kian elok..

Hukum yang hendak mereka ubah adalah aturan yang ditetapkan Kongres AS pada 1992, semasa pemerintahan presiden George H.W Bush. Saat itu, pemerintah mengatur agar setiap shower di dalam suatu rumah mengeluarkan air dengan debet maksimal 2,5 galon per menit. Aturan ini ditetapkan untuk mendorong penghematan air dan listrik, dan ditegaskan dalam UU Kebijakan Energi dan Konservasi.

Dalam aturan baru yang diusulkan oleh Departemen Energi AS, jumlah debet maksimal 2,5 galon per menit itu ditanggung oleh setiap shower, bukan seluruh shower di dalam rumah. Imbasnya, penggunaan air di tiap rumah tangga dapat meningkat berlipat-lipat hanya dalam semalam.

Jubir Departemen energi Shaylyn Hynes menyatakan bahwa aturan ini penting untuk “mengurangi aturan negara yang tak penting”, memberi kebebasan memilih bagi konsumen AS, dan mengurangi intervensi tak perlu dari “birokrat Washington.”

Usulan baru ini langsung mengundang tepok jidat dari kelompok kepuasan konsumen maupun lembaga konservasi alam. David Friedman dari Consumer Reports, misalnya, menyebut perubahan aturan ini “tidak perlu”, sebab kepala shower yang telah ada sekarang “sudah mendapat laporan kepuasan tinggi dari konsumen, serta membantu konsumen berhemat dengan mengurangi konsumsi listrik dan air.”

Andrew deLaski dari Appliance Standards Awareness Project lebih garang lagi. Ia mengkritik rencana mengubah aturan tersebut sebagai “gimik untuk mencari-cari masalah”, sekaligus menyatakan bahwa gagasan tersebut tak bermanfaat bagi siapa-siapa.

“Rencana baru ini tak hanya akan buang-buang air dan memperparah krisis air yang disebabkan kekeringan,” ucap deLaski. “Tapi, polusi karbon yang kemudian menyebabkan kekeringan akan bertambah parah pula.”

Namun, rencana ini belum tentu akan diresmikan dalam waktu dekat. Pasalnya, Trump sendiri masih sibuk berkampanye agar terpilih kembali dalam Pilpres 2020 pada 3 November 2020 nanti. Kalaupun dia menang dan rencana tersebut berlanjut, dapat dipastikan pemerintah akan menghadapi serangkaian tantangan dari Kongres maupun kelompok sipil.

Selain itu, ada persoalan lain yang lebih genting bagi pemerintah AS saat ini: hingga 12 Agustus 2020, sebanyak 5,2 juta orang di AS dikonfirmasi mengidap COVID-19, dan 166 ribu orang telah meninggal dunia. Angka tersebut membuat mereka bercokol di puncak klasemen jumlah kasus dan jumlah meninggal akibat COVID-19 di dunia.

Share: Donald Trump dan Usahanya Merawat Rambut Semasa Pandemi