Budaya Pop

Disney Tabuh Genderang Perang Layanan Streaming dengan Disney Plus

The Conversation — Asumsi.co

featured image

Perusahaan Walt Disney akhirnya memberikan sejumlah pengumuman penting terkait layanan streaming yang diperkirakan akan menjadi pesaing terbesar Netflix.

Dalam sebuah presentasi untuk investor (12/4), raksasa hiburan tersebut mengumumkan bahwa layanan streaming berlangganan dan bebas iklan yang disebut Disney+ itu akan diluncurkan pada 12 November 2019. Eropa dan Asia akan bisa menikmati Disney+ di tahun 2020. Pelanggan akan dikenai biaya langganan $7 (Rp99,000) per bulan atau $70 (Rp987,000) per tahun. Harga ini sedikit lebih murah daripada Netflix yang memberlakukan harga langganan $9 (Rp127,000) hingga $13 (Rp184,000) per bulan.

Layanan Disney+ akan menawarkan sejumlah program televisi yang klasik dan juga baru, serta program-program dari berbagai franchise Disney yang terkenal, seperti Star Wars, Pixar dan Marvel. Dalam tahun pertamanya, Disney+ berjanji akan menayangkan 10 film dan 25 serial televisi, termasuk tiga spinoff dari Marvel Cinematic Universe. Cerita yang konon tengah digodok oleh Disney adalah serial khusus tentang Loki, adik tiri Thor yang menjadi musuh dalam film-film Thor dan “The Avengers,” Falcon yang diperankan oleh Anthoniy Mackie, dan juga Scarlet Witch yang diperankan oleh Elizabeth Olsen.

Menurut pejabat eksekutif Disney, Bob Iger, Disney memang memiliki rencana untuk menantang Netflix yang selama ini mendominasi pasar layanan streaming di seluruh dunia.

“Kami membuat strategi yang agresif untuk ke depan.” kata Iger, seperti dilansir oleh Reuters. “Sa”gat penting bagi kami untuk mengingatkan anda bahwa kami memulai dari posisi yang kuat dan percaya diri,”

Strategi Disney Menguasai Bisnis Hiburan Dunia

Ambisi Disney sebagai raksasa hiburan dunia terlihat sangat jelas dengan sejumlah keputusan dan juga akuisi yang telah dilakukan. Iger sudah memulai usaha ini sejak 2015, ketika Netflix kerap mencuri perhatian dunia. Ketika Netflix tiba-tiba meluncurkan layanannya ke ratusan negara pada Januari 2016, langkah Netflix ini mengejutkan banyak pihak. Dalam tempo waktu tujuh tahun, Netflix berhasil memperlebar pasar hingga ke 190 negara.

Ide untuk masuk ke pasar layanan streaming dilontarkan Iger pada 2016. Tentunya, ini adalah langkah yang penuh resiko, karena Disney dikenal sebagai perusahaan yang tradisional. Di bawah pimpinan Iger, Disney pun berbelanja saham di BamTech, sebuah perusahaan streaming. Setahun kemudian, Iger mengumumkan bahwa Disney akan memiliki layanan streaming sendiri dan menarik sejumlah propertinya dari Netfflix.

Bulan Februari lalu, Disney resmi mengakhiri kerjasamanya dengan Netflix yang sudah dimulai sejak 2013. Akibatnya, ada sejumlah judul serial Netflix yang dibatalkan musim selanjutnya, yakni “Daredevil,” “Iron Fist,” “Luke Cage,” “The Punisher,” “Jessica Jones” dan “The Defenders.” Program-program ini menggunakan properti Marvel Comics yang dimiliki oleh Disney.

Langkah terbesar Disney baru-baru ini adalah dengan membeli 21st Century Fox. Ini berarti, Disney telah memiliki hak cipta atas sejumlah produk hiburan yang dihasilkan oleh Twentieth Century Fox, Fox Searchligth Pictures, Fox 2000 Pictures, Fox Family dan Fox Animation. Selain itu, Disney juga menguasai unit televisi Fox, yakni FX Productions, Fox21, FX Networks, National Geographic Partners, Fox Networks Group International, Star India, dan sejumlah saham Fox dalam layanan streaming Hulu. Beberapa program terkenal yang berhasil dimiliki Disney dari akuisi ini adalah hak cipta atas “Titanic,” “Avatar,” “Alien,” dan “The Simpsons.”

Disney berharap bahwa akuisi terhadap Fox ini akan memantapkan jalan Disney+ jika nanti sudah diluncurkan ke publik.

Di luar konten layanan streaming, The New York Times melaporkan bahwa Disney juga memiliki rencana untuk memaksimalisasikan sejumlah kekayaan propertinya. Akhir pekan ini, Disney akan menyelenggarakan konvensi Star ars di Chicago. Disney juga berencana akan menggunakan unit-unit usahanya untuk meraih keuntungan. Sejumlah unit usaha ini mencakup kapal pesiar, taman hiburan, toko merchandise, hotel dan jaringan televisinya yang juga mencakup ESPN dan ABC.

Belum Tentu Bisa Kalahkan Netflix

Disney+ jelas bisa dilihat sebagai awal dari perang layanan streaming berlangganan. Sejauh ini, bisa dikatakan pesaing terberat Netflix hanyalah Amazon Prime Video dan Hulu, yang dimiliki oleh Fox dan sekarang Disney. Mashable mencatat bahwa Netflix telah memiliki 139 juta pelanggan di seluruh dunia. Sementara itu, Hulu yang hanya bisa diakses di Amerika Serikat dan Jepang itu baru memiliki 25 juta pelanggan.

Dengan hadirnya Disney+ di akhir tahun ini, apakah Netflix patut cemas?

Perlu dicatat, saat ini Disney menetapkan bahwa konten layanan Disney+ tidak akan keluar dari jalur utama perusahaan tersebut sebagai pabrik hiburan keluarga. Artinya, segala konten yang memiliki rating terlarang karena adegan untuk penonton dewasa yang vulgar atau mengandung kekerasan, kemungkinan akan ditayangkan di Hulu. Ini akan menjadi keunggulan bagi Netflix, karena Hulu belum memiliki pasar sebanyak Netflix.

Netflix juga telah melakukan investasi terhadap program-program seperti “Stranger Things,” “Orange is the New Black,” “The Crown” dan “House of Cards” yang baru saja berakhir.  Sejumlah program ini terbukti cukup populer di kalangan pelanggan Netflix seluruh dunia.

Pengamat media Michael Nathanson berkomentar ke The New York Times bahwa penyusunan program-program untuk Disney+ bisa merugikan Disney sebesar $1,8 milyar per tahun hingga periode tahun 2023.

Share: Disney Tabuh Genderang Perang Layanan Streaming dengan Disney Plus