Isu Terkini

Daftar Panjang Menkes Seluruh Dunia yang Mundur Karena Pandemi

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Senin (21/9), Menteri Kesehatan Republik Ceko, Adam Vojtech, menjadi Menkes kesekian yang mengundurkan diri gara-gara pandemi COVID-19. Dalam jumpa pers, ia mengaku telah “memberikan segalanya” dalam perang di garis depan melawan pandemi, tetapi sudah waktunya ia lengser.

Minimal, Vojtech dapat pensiun dini dengan nurani tenang. Kasus COVID-19 di Ceko stabil di angka 50,764 kasus konfirmasi setelah lebih dari satu juta tes. Angka kematian rendah, dan Perdana Menteri Andrej Babis menyebutnya “salah satu Menkes terbaik yang pernah dimiliki negara ini.” Namun, tak semua Menteri sekompeten Vojtech. Tak sekali dua kali, Menkes berbagai negara di seluruh dunia terpaksa mundur karena penanganan pandemi yang awur-awuran, blunder, atau karena berseberangan dengan kehendak pemerintah pusat.

Salah satu Menkes pertama yang gugur adalah Menkes Belanda, Bruno Bruins. Pada 20 Maret silam, ia pingsan saat tengah menghadiri rapat akbar untuk menentukan strategi penanganan pandemi di Parlemen Belanda. Mengaku kelelahan dan kesehatannya kolaps, ia mengajukan pengunduran diri pada Raja Belanda.

Namun, mundurnya Bruins tak hanya disebabkan oleh merosotnya kesehatannya. Saat itu, pemerintahan Belanda tengah dalam tekanan karena dianggap lamban menanggapi pandemi COVID-19. Pada akhir Maret 2020, Belanda melaporkan 2,460 kasus COVID-19 dan 76 kematian. Meski tak terdengar parah, angka segitu sudah cukup untuk membuat publik menekan Menkes dan memaksanya mundur dari jabatan.

Dua hari kemudian (22/3), giliran Menkes Ekuador yang lengser. Menkes Catalina Andramuno mundur tanpa menjabarkan alasan rinci, hanya beberapa hari setelah mengunjungi RS keliling Ekuador untuk memastikan ketersediaan alat kesehatan. Andramuno mundur hanya beberapa jam setelah Ekuador mencatat 500 kasus COVID-19 baru dalam seminggu, dan divonis sebagai pusat penyebaran COVID-19 di benua Amerika Selatan.

Mundurnya Andramuno setelah 500 kasus dalam seminggu berdampak besar pada pemerintahan Ekuador. Tak lama kemudian, Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden Ekuador juga mundur. Kini, Ekuador mencatat 126,711 kasus dengan tingkat kematian 8,8 persen.

Namun, Ekuador tidak sekacau Brasil. Hanya berselang sebulan, mereka mengganti Menkes dua kali. Pada 16 April 2020 lalu, presiden Jair Bolsonaro mencopot Luiz Henrique Mandetta karena dianggap tak becus menangani pandemi. Ia digantikan Nelson Teich, yang mundur pada 15 Mei setelah kurang dari sebulan menjabat.

Penyebabnya bikin tepok jidat. Teich menolak menaati arahan presiden Bolsonaro untuk mengesahkan penggunaan obat anti malaria klorokuin sebagai obat anti-COVID-19. Padahal, klorokuin tak terbukti bisa menumpas COVID-19 dan penggunaannya memiliki efek samping berat. Nelson bilang, lebih baik ia mundur ketimbang bertaruh dengan nyawa jutaan warga Brasil. Kini, Brasil menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di dunia–lebih dari 4,5 juta kasus, dengan 137,550 kematian.

Pada 14 Juni 2020, giliran Menkes Cile yang tumbang. Menkes Jaime Manalich mundur sambil tertunduk malu setelah terjadi 234 kematian akibat COVID-19 dalam kurun waktu sehari di Cile. Dalam jumpa pers, ia mengaku gagal dan meminta maaf kepada warga Cile. Saat ia mundur, Cile mencatat 167,355 kasus COVID-19 dengan 3,101 kematian, angka yang kini melonjak jadi 447,468 kasus.

Sebulan kemudian, giliran Menkes Selandia Baru yang dipaksa mundur gara-gara blunder. Pada 2 Juli 2020, saat PSBB masih diterapkan di Selandia Baru, Menkes David Clark kedapatan membawa keluarganya keluar rumah untuk bermain di pantai. Setelah dituntut mundur oleh publik, Clark mengajukan pengunduran diri ke Perdana Menteri Jacinda Ardern. Ia mengaku Selandia Baru butuh sosok dengan “jiwa kepemimpinan” yang dapat “mengembalikan kepercayaan publik.”

Padahal, sebelumnya Clark dielu-elukan sebagai pahlawan dalam menumpas pandemi COVID-19 di Selandia Baru. Negara kepulauan tersebut sempat digadang-gadang sebagai negara yang paling sukses mengendalikan pandemi. Mereka sempat mencatat rekor tiga bulan tanpa kasus baru, dan bahkan kini hanya ada 1,815 kasus positif dan 25 kematian akibat pandemi. PSBB yang dilanggar Clark diterapkan lagi setelah klaster baru ditemukan, dan saat Menkes Clark melanggar ketentuannya sendiri, tak ada ampun baginya.

Kemudian, 18 Agustus 2020 lalu, Menteri Kesehatan Polandia terpaksa mundur gara-gara kesandung skandal. Menkes Lukasz Szumowski diusut setelah ada dugaan penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan alat kesehatan. Proses pengadaan masker dan ventilator di Polandia disinyalir bermasalah karena ada dugaan nepotisme yang didalangi Szumowski. Meski ia menyangkal semua tudingan, mau tidak mau ia mundur dengan rekor 57,876 kasus positif dan 1,896 kematian. Kini, angka positif di Polandia telah naik jadi 80,699 kasus.

Menkes yang kompeten seperti Vojtech saja mundur bila sudah tak dapat bekerja maksimal, begitu pula Menkes yang berhasil tetapi tersandung skandal sepele seperti di kasus Selandia Baru. Di Brasil, Menkes memilih mundur ketimbang menerapkan kebijakan yang membahayakan rakyat banyak. Sementara di Cile dan Ekuador, Menkes mundur setelah terjadi lonjakan kasus positif yang menandakan pihaknya telah gagal menangkal pandemi.

Bagaimana dengan Menkes kita?

Share: Daftar Panjang Menkes Seluruh Dunia yang Mundur Karena Pandemi