Isu Terkini

Cerita Sutopo Masuk Harian The New York Times

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho tak hanya jadi ‘pahlawan’ sekaligus sorotan bagi masyarakat Indonesia saja. Ia bahkan berhasil menarik perhatian media internasional The New York Times, tak hanya karena sisi kemanusiaannya, tapi juga berkat perjuangannya bangkit melawan penyakit yang diderita Sutopo pun tak menyangka.

Sutopo muncul dalam harian yang berbasis di Amerika Serikat itu. The New York Times tertarik dengan sisi kemanusiaan Sutopo. Sosok kelahiran Boyolali pada 7 Oktober 1969 itu dinilai menginspirasi lantaran di tengah penyakit kanker paru stadium 4 yang ia derita, ada keberanian dan dedikasi tinggi untuk tetap meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan informasi terkini seputar bencana yang melanda Indonesia.

Awal Mula The New York Times Tertarik Sosok Sutopo

Sutopo pun menceritakan bagaimana awal mula ia diwawancarai The New York Times. Ia mengatakan wartawan senior The New York Times bernama Richard C Paddock datang jauh-jauh dari New York ke Indonesia untuk meminta wawancara khusus dan foto kepada dirinya. Ditemani oleh seorang kontributor asal Indonesia dan fotografer, wawancara itu pun akhirnya terjadi.

“Tidak menyangka orang Boyolali, foto dan beritanya dimuat di New York Times. Pak Richard C. Paddock, wartawan New York Times jauh-jauh mereka datang ke Indonesia untuk menemui saya. Meminta wawancara khusus dan foto,” kata Sutopo, Minggu, 30 Desember 2018.

“Saya sendiri tidak menyangka wawancara dimuat pada The Saturday Profile New York Times, Jumat, 28 Desemnber 2018. Biasanya yang dimuat di situ adalah orang atau tokoh yang kaliber super top,” ujar Sutopo.

Baca Juga: Dedikasi Sutopo, Sang Informan Bencana yang Mengidap Kanker Paru

Di awal, saat wawanara, Sutopo pun bertanya soal apa alasan Paddock mewawancarai dirinya. Ia mengaku penasaran apa yang membuat The New York Times tertarik dengan dirinya. Sampai akhirnya terbit sebuah artikel berjudul “Helping Indonesia Through a ‘Year of Disaster’ While Facing His Own”, yang menceritakan soal sepak terjang dirinya.

“Saat saya tanya, ‘Apa yang menarik dari saya sehingga Pak Paddock datang ke sini?’. Dia mengatakan, ‘Apa yang kamu lakukan sangat menarik diberitakan. Dari sisi kemanusiaan sangat menarik. Indonesia ditimpa banyak bencana yang menimbulkan ribuan korban jiwa. Di saat bersamaan, Pak Topo yang sakit kanker paru stadium 4b. Sakit kritis yang pasti menyakitkan. Tapi terus menerus memberikan informasi bencana tanpa menyerah dan mengenal lelah. Ini sangat menginspirasi. Media internasional juga banyak memberitakanmu. Merujuk semua informasimu. Penjelasan yang kamu berikan cepat, akurat dan menenangkan banyak pihak’,” kata Sutopo mengulang percakapannya dengan Paddock.

Informasi Bencana di AS Tak Secepat di Indonesia

Pada kesempatan itu, Paddock pun memuji kecepatan Sutopo dalam menyebarkan informasi terkini dan akurat terkait bencana kepada masyarakat Indonesia. Apalagi, informasi itu ia bagikan di saat dirinya juga tengah berjuang melawan penyakit Kanker paru-paru stadium 4b.

“Umumnya survivor kanker, apalagi sudah level kritis, dia banyak di rumah atau di rumah sakit. Tapi kamu masih bekerja melayani media dan publik. Saya follower Twitter kamu. Sangat cepat sekali kamu memberikan informasi bencana,” kata Sutopo menirukan ucapan Paddock.

“Di USA tidak secepat itu. Media sulit mendapatkan data dan informasi yang cepat saat ada bencana di Amerika. Twitter kamu juga sering memuat hal-hal yang lucu dan tentang kehidupan, kesehatan, hoax, dan lainnya. Kita orang Amerika banyak yang simpati, respek dan memberikan apresiasi apa yang Pak Topo lakukan. Itulah alasan saya datang ke sini’,” ujar Sutopo melanjutkan ucapan sebelumnya.

Sutopo Mengaku Sudah Tugasnya Menginformasikan Bencana

Meski tak menyangka jika akhirnya perjuangannya masuk dalam harian The New York Times, namun Sutopo mengaku bahwa apa yang dilakukannya itu merupakan hal yang biasa. Sebagai jubir BNPB, dia mengatakan, harus terus menerus memberikan informasi bencana kepada media.

Baca Juga: Tiga Alasan Kenapa Lembaga Negara di Indonesia Butuh Sosok Seperti Sutopo Purwo Nugroho

“Sesungguhnya apa yang saya lakukan ini adalah biasa. Sebagai jubir BNPB saya harus terus-menerus memberikan informasi bencana kepada media. Bencana tak mengenal waktu kapan kejadiannya, saya pun harus begitu, meski kondisi tubuh makin melemah karena sakit makin menggerogoti tubuh saya,” kata Sutopo.

“Saya bersyukur, teman-teman media sangat mendukung saya. Sangat perhatian, dekat dan selalu mendoakan. Hubungan pribadi bukan sebatas pejabat jubir sama wartawan. Tapi sudah seperti sahabat yang selalu mendukung dalam situasi apapun,” ucapnya.

Dalam wawancaranya pada The Saturday Profile New York Times, Sutopo mengaku tidak pernah menerima pelatihan terkait pekerjaannya sebagai juru bicara alias humas BNPB. “Saya tidak memiliki latar belakang dalam komunikasi dan saya hanya melakukannya,” ujarnya.

Selain itu, Sutopo juga menambahkan, dirinya juga sekaligus menangkal hoaks yang muncul bersamaan dengan peristiwa bencana. “Apa yang saya bagikan adalah hal yang nyata, bukan berita palsu,” kata Sutopo.

Seperti kita ketahui, Sutopo selalu terdepan dalam menyampaikan informasi tentang bencana alam yang terjadi. Selain cepat, informasi yang disampaikan oleh Sutopo juga akurat dan terpercaya. Padahal saat ini ia tengah menderita kanker paru-paru stadium 4, yang tentunya jadi sangat menyakitkan. Meski begitu, semangatnya tak pernah surut untuk bekerja demi Indonesia dan kemanusiaan.

Share: Cerita Sutopo Masuk Harian The New York Times