Internasional

Bernard Madoff, Penipu Skema Ponzi Terbesar Ini Meninggal di Penjara

Irfan — Asumsi.co

featured image
Twitter/Bloomberg

Bernard Madoff, legenda penipuan investasi dengan skema ponzi terbesar dalam sejarah manusia, meninggal di usia 82 tahun pada Rabu (14/4/2021) waktu Amerika Serikat. Madoff meninggal di dalam penjara federal di Butner, Carolina Utara. Ia tengah menjalani masa tahanan selama 150 tahun akibat penipuan yang pernah dilakukannya.

Mengutip Bloomberg, Madoff meninggal karena mengidap gagal ginjal kronis. Selain masalah ginjal, seperti yang dilaporkan Politico pada Maret 2014, Madoff juga menjalani serangkaian pengobatan untuk jantung, tekanan darah tinggi dan gangguan kecemasan.
Brandon Sample, pengacara Madoff, kepada Bloomberg menyebut kalau pria kelahiran 29 April 1938 itu hidup dengan rasa bersalah dan penyesalan atas kejahatannya.

Bagaimana Skema Ponzi Yang Dijalankan Madoff

Secara umum, skema ponzi adalah suatu penipuan investasi yang dilakukan dengan menjanjikan keuntungan besar dengan risiko rendah kepada para investornya. Nama skema ini mengacu pada Charles Ponzi, seorang ahli perniagaan Italia. Charles Ponzi mempopulerkan skema ini di Amerika Serikat pada 1920. Ponzi lantas dipenjara karena kedok dari praktik penipuannya terbongkar.

Sementara Madoff melangkah lebih jauh dari pendahulunya. Jika Ponzi beroperasi antara satu hingga dua tahun sebelum akhirnya mengalami kegagalan dan mengakibatkan kerugian sebesar 20 juta USD bagi para investornya, Madoff mampu beroperasi selama hampir dua dekade. Ia menipu ribuan investor hingga puluhan miliar dolar.

Tak heran kalau kemudian, selama persidangan di tahun 2009, dia menjadi orang yang paling dibenci. Sampai-sampai, untuk keamanannya, Madoff menggunakan rompi anti-peluru saat pergi dan pulang dari Gedung Pengadilan.

Tapi, jauh sebelum namanya menjadi sinonim dari kata penipu, Madoff adalah orang yang sangat dihormati di Wall Street. Mengutip NPR, sebelum skemanya terungkap, kredibilitas Madoff di kancah pasar ekuitas sangatlah menjanjikan. Ini didukung oleh gaya hidupnya yang mewah: dia memiliki rumah di Manhattan dan Montauk di negara bagian New York, Palm Beach di Florida, dan Cap d’Antibes di French Riviera. Dia memiliki kapal pesiar bernama “Bull” dan istrinya yang bergelimang perhiasan. Mantan ketua NASDAQ ini juga menggambarkan dirinya tidak hanya sebagai investor yang hebat, tetapi juga seseorang yang bermoral tinggi.

Dengan nama yang cukup mentereng, tak perlu sangsi kalau deretan kliennya adalah orang besar. Beberapa nama seperti Fred Wilpon, pemilik mayoritas New York Mets; aktor suami-istri Kevin Bacon dan Kyra Sedgwick; Henry Kaufman, mantan kepala ekonom di Salomon Brothers; Filantropis Boston, Carl Shapiro; dua wanita terkaya di Eropa, Alicia Koplowitz dari Spanyol dan Liliane Bettencourt dari Prancis; hingga yayasan amal sutradara Steven Spielberg pernah mengisi daftar sebagai klien Madoff.

Namun nyatanya Madoff tidak mengivestasikan uang yang dipercayakan kliennya. Alih-alih digunakan untuk investasi, Madoff justru mendepositkan dana klien di rekening bank Chase Manhattan dan mulai memutar uang tersebut. Dia membayar keuntungan untuk klien lama dari uang yang disetor oleh klien baru. Begitu seterusnya.

Dalam pengakuannya pada 2009 yang dikutip NPR, selama bertahun-tahun Madoff menggunakan beberapa strategi untuk menutupi hal ini. Di antaranya dengan mengajukan laporan keuangan palsu kepada Securities and Exchange Commission atau mentransfer uang antara AS dan Inggris untuk menciptakan kesan transaksi sekuritas.

“Ketika saya memulai skema Ponzi, saya yakin hal itu tidak akan lama. Namun, ini terbukti sulit, dan akhirnya tidak mungkin. Seiring berlalunya waktu, saya menyadari bahwa penangkapan saya dan hari ini pasti akan datang,” kata Madoff yang mengaku memulai praktik ini pada 1990-an untuk memenuhi harapan tinggi para kliennya.

Akhir Kisah Sang Penipu

Ibarat pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Strategi Madoff menutupi rekayasanya tersungkur pada bulan Desember 2008. Ini terjadi seiring anjloknya pasar ekuitas yang mendorong klien untuk mencari lebih banyak penarikan daripada yang dapat diakomodasi.

Merasa tak bisa melangkah lagi, Madoff lantas mengakui praktik penipuan yang selama ini dijalankannya. Di persidangan pada 2009, saat usianya menginjak 71 tahun, ia mengaku bersalah atas 11 dakwaan pidana, seperti penipuan sekuritas, penipuan penasihat investasi, pencucian uang internasional dan sumpah palsu. Hakim Distrik AS Denny Chin lalu menjatuhkan vonis 150 tahun penjara untuk Madoff.

Seperti yang dilaporkan NPR selama persidangan, Madoff tidak menunjukkan emosi saat sembilan korbannya dihadirkan untuk memberikan kesaksian. Namun, dia menawarkan permintaan maaf bagi para korban dan mengatakan kalau dia akan hidup selamanya dalam penyesalan dan rasa sakit.

Di sisi lain, korban Madoff juga menunjukkan kekecewaan yang tak terperi. Dicatat oleh NPR, dua korban Madoff diketahui bunuh diri saat kasus penipuan ini terungkap. Sementara yang lain mulai sangat mengurangi pengeluaran dan mempertimbangkan bunuh diri untuk mengatasi ketakutan menjadi tua dan miskin di Amerika.

Keluarga Madoff Kena Getah

Dampaknya juga terasa pada keluarga Madoff. Beberapa kerabatnya yang mengaku tidak tahu tentang penipuan tersebut ikut menghadapi pengawasan publik.

Putranya, Mark Madoff, bunuh diri pada 11 Desember 2010. Tanggal yang sama saat ayahnya ditangkap pada 2008. Dia ditemukan gantung diri dengan tali anjing yang terpasang pada pipa di ruang tamu apartemennya di Manhattan. Mark Madoff diketahui pernah menjadi kepala bagian penjualan di perusahaan sekuritas yang dijalankan ayahnya. 

Istrinya, Ruth Madoff, yang pernah menjadi tokoh masyarakat populer, menjadi tertutup. Bahkan dalam sebuah wawancara, istri Madoff mengaku tak pernah mengenal pria yang melakukan penipuan semengerikan ini. Pada September 2014, putranya, Andrew, meninggal karena kanker.

Stephanie Madoff Mack, yang menikah dengan putra Madoff, Mark, mengatakan dalam sebuah buku pada tahun 2011, bahwa sekitar sebulan setelah suaminya bunuh diri tahun 2010, dia menulis surat kemarahan kepada ayah mertuanya dan menyalahkannya atas kematian tersebut.

Dia berkata, Madoff membalas surat itu. Dia mengatakan: “Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua yang telah terjadi dan tidak ada yang akan mengubah ini.”

Share: Bernard Madoff, Penipu Skema Ponzi Terbesar Ini Meninggal di Penjara