Isu Terkini

Benarkah Donald Trump Sengaja Remehkan Virus Corona?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata sudah mengetahui betapa bahaya dan mematikannya virus Corona di AS pada masa awal pandemi. Namun, ia justru sengaja mengecilkan COVID-19 karena tak ingin memicu kepanikan warga.

Hal itu terungkap dalam buku Rage karya Bob Woodward, jurnalis investigatif terkenal dari The Washington Post. Buku itu ditulis berdasarkan serangkaian wawancaranya dengan Trump sejak 5 Desember 2019 hingga 21 Juli 2020 lalu. Wawancara tersebut direkam oleh Woodward atas seizin Trump.

Menurut Woodward, saat virus mulai menyebar dari Cina ke seluruh dunia, Penasihat Keamanan Nasional Robert O’Brien mengatakan kepada Trump dalam pertemuan di Gedung Putih pada 28 Januari, “Ini akan menjadi ancaman keamanan nasional terbesar yang Anda hadapi dalam kepresidenan Anda.”

10 hari kemudian, Trump menelepon Woodward dan mengatakan bahwa situasi jauh lebih mengerikan ketimbang yang ia bayangkan. Namun di depan umum, Trump justru memberi tahu warga AS bahwa virus itu akan segera hilang dan tidak lebih buruk dari flu musiman.

Trump justru bersikeras bahwa pemerintah AS telah mengendalikan keadaan sepenuhnya. Dalam salah satu dari 18 panggilan telepon yang direkam oleh Woodward, Trump mengakui dalam panggilan telepon pada 19 Maret, bahwa ia sengaja mengecilkan bahaya virus tersebut.

CNN pada Rabu (9/9) menyiarkan wawancara Woodward dengan Trump menyangkut buku baru tersebut. Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany berusaha mengesampingkan gejolak politik yang ditimbulkan oleh buku itu. Ia menyebut Trump ingin “membuat negara tenang. Itulah yang dilakukan para pemimpin.”

Dalam percakapan 19 Maret, Trump memberi tahu Woodward bahwa ada beberapa “fakta mengejutkan” yang menunjukkan tingkat risiko dari COVID-19. “Bukan hanya bagi orang tua, lebih tua. Orang muda juga, banyak anak muda.”

Trump sendiri selalu membela diri terkait penanganan COVID-19 di AS, penyakit yang telah membunuh lebih dari 190 ribu orang di Amerika Serikat. “Saya mencintai negara kita dan saya tidak ingin orang-orang merasa ketakutan,” kata Trump di Gedung Putih. “Kami telah melakukannya dengan baik menurut standar apa pun.”

Dalam wawancaranya dengan Woodward, Trump menyebut bahwa virus Corona lima kali lebih mematikan dibanding flu. “Ia menyebar melalui udara,” kata Trump kepada Woodward pada 7 Februari. “Itu selalu lebih merepotkan daripada virus yang menyebar lewat sentuhan. Anda tidak perlu menyentuh apa-apa. Tetapi kalau begini, Anda hanya perlu menghirup udara dan begitulah penyebarannya. Karenanya, (virus Corona) ini sangat rumit. Sangat pelik. (Virus) itu juga lebih mematikan daripada flu-flu yang berat,” ucap Trump saat itu.

Seminggu setelah wawancara itu, Trump mengatakan dalam konferensi pers di Gedung Putih bahwa jumlah kasus virus Corona AS dalam beberapa hari akan turun mendekati nol. Saat berbicara di Capitol Hill pada 10 Maret, Trump berkata: “Tenang saja. Virus ini akan hilang.”

Sembilan hari kemudian, hanya dalam hitungan hari setelah Gedung Putih mengumumkan pandemi sebagai darurat nasional, Trump mengatakan kepada Woodward: “Saya ingin selalu mengecilkannya. Saya masih suka mengecilkannya, karena saya tidak ingin membuat panik.”

Rage dijual mulai Selasa (15/9).

Share: Benarkah Donald Trump Sengaja Remehkan Virus Corona?