Isu Terkini

Beda Nasib Netflix di Indonesia dalam Satu Pekan

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Dalam satu pekan yang sama, Netflix mengalami nasib berbeda sekaligus. Pada Selasa (07/01/20), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengimbau Netflix agar tak perlu dulu menghadirkan Netflix Original Indonesia. Sementara hari ini, Kamis (09/01), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) malah menggandeng Netflix untuk program menjalin kemitraan dan meningkatkan industri film nasional.

Dua respons yang bertolakbelakang dari dua lembaga pemerintah untuk Netflix itu ramai jadi perbincangan. Menkominfo Johnny G. Plate sebelumnya meminta penyedia layanan streaming film asal Amerika Serikat itu untuk memperbanyak film Indonesia di aplikasi mereka.

“Kepada Netflix tentu kita minta, tolong gunakan juga hasil dari kreativitas di dalam negeri, kan banyak yang bisa membuat film dalam negeri untuk diedarkan,” kata Johnny di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (07/01).

Netflix di Antara Menkominfo dan Mendikbud

Tak hanya itu saja, Johnny bahkan meminta Netflix di Indonesia untuk tidak memuat dulu film dan serial asli mereka yang diproduksi di luar negeri. Sebab, ia berharap Netflix bisa lebih banyak memuat konten film atau serial lokal karya anak bangsa.

“Kita minta Netflix original jangan dulu, lah di Indonesia, gunakan dulu hasil kreativitas anak Indonesia sendiri dulu, kalau bisa,” ucap politikus Partai NasDem tersebut.

Netflix Original merupakan film layar lebar, film seri, dan program acara yang didanai langsung oleh Netflix dan hak ciptanya dimiliki Netflix. Dalam hal ini, Netflix mendanai sejumlah sineas untuk membuat film, lalu royalti akan dimiliki Netflix sepenuhnya.

Layanan streaming film itu diperkirakan menggelontorkan dana senilai US$15 miliar atau sekitar Rp21,3 triliun pada 2019 kemarin untuk membuat serial-serial yang mereka produksi sendiri. Angka ini naik 25 persen dari pengeluaran untuk membuat serial orisinal tahun 2018 lalu yang berada pada angka US$12,04 miliar, di mana 85% dari biaya ini digunakan untuk Netflix Original.

Baca Juga: Menkominfo Menanggapi Wacana Pengawasan KPI atas Konten YouTube dan Netflix

Sementara di 2017 Netflix hanya mengeluarkan US$8,9 miliar untuk pembuatan konten. Sayangnya, Netflix yang merupakan penyedia layanan streaming video legal di Indonesia justru masih diblokir oleh operator milik pemerintah, Telkom.

Johnny pernah mengaku kalau pihaknya tidak bisa campur tangan terkait pemblokiran Netflix tersebut, pasalnya itu terkait bisnis. “Kalau bisnis kita serahkan B to B (business to business) apa relasinya, mungkin ada hal yang sifatnya komersial. Kami berharap antara B to B bisa diselesaikan secara cepat. Kami harap segera selesai,” kata Johnny, Rabu (25/12/19).

Saat itu, Johnny menolak bila masih diblokirnya Netflix, membuat pilihan masyarakat sedikit. Johnny mengatakan ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan masyarakat. “Kalau mau nonton legal di bioskop banyak. Televisi juga banyak,” ujarnya.

Sementara itu, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim memberikan apresiasi kepada Netflix atas dukungannya dalam pertumbuhan perfilman Indonesia, khususnya pengembangan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan insan perfilman. Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers bersama Netflix, di kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (09/01).

“Kami apresiasi Netflix yang memberikan dukungan terhadap pertumbuhan perfilman Indonesia. Kemitraan ini kita lakukan sebagai upaya mendukung dan menginternasionalkan produksi film anak bangsa,” kata Nadiem di Kantor Kemendikbud.

Nadiem bahkan mengaku sebagai penggemar dari Netflix. “Ini hari yang sangat senang buat saya karena saya ngefans banget sama Netflix juga. Senang sekali dengan perfilman Indonesia yang semakin lama semakin banyak,” ujarnya.

Bahkan, Nadiem membeberkan peran penting Netflix dalam mendistribusikan film dan kebudayaan Indonesia ke dunia internasional. “Itu kenapa pentingnya Netflix, karena Netflix itu skala distribusinya global sehingga, apalagi cara kita untuk menunjukkan talenta perfilman Indonesia kalau tidak melalui Netflix, baik juga film-film festival lain tapi distribusi Netflix sangat besar,” ucapnya.

Dian Sastro: Tak Banyak Film Indonesia Membahas Kehidupan Guru

Lebih lanjut, Nadiem menjelaskan bahwa kemitraan ini akan berfokus pada pengembangan kemampuan yang meliputi penulisan kreatif (creative writing), pelatihan pasca-produksi, serta lomba film pendek. Selain itu akan ada juga pelatihan di bidang keamanan online (online safety), serta tata kelola untuk menghadapi pertumbuhan industri kreatif yang dinamis.

Netflix sendiri berkomitmen mendukung pertumbuhan perfilman Indonesia dengan berinvestasi sebesar USD 1 juta atau sekitar 14 miliar rupiah melalui beberapa inisiatif, seperti mengundang insan film Indonesia untuk mengikuti program “Script to Screen” di Hollywood. Dalam program tersebut para peserta akan berinteraksi dengan tim kreatif Netflix serta anggota komunitas kreatif global lainnya.

Selain itu, Netflix juga akan membawa beberapa ahli dan mitra lainnya untuk memberikan workshop mengenai pengembangan cerita dan penulisan skenario, sekaligus pelatihan pasca-produksi di Jakarta. Sebagai tahap akhir, Netflix dan Kemendikbud akan menyelenggarakan kompetisi film pendek, para pemenang kompetisi ini akan memperoleh dana untuk memproduksi film mereka.

Netflix juga akan mengadakan Online Safety Training Program bekerja sama dengan Family Online Safety Institute serta lokakarya untuk membantu menumbuhkan tata kelola industri kreatif yang tangkas bersama dengan World Economic Forum di Jakarta.

Setidaknya ada sederet film-film Indonesia yang sudah masuk Netflix. Di antaranya adalah Love for Sale, Sebelum Iblis Menjemput, Surat dari Praha, Laskar Pelangi, hingga Filosofi Kopi. Yu-Chuan mengaku budaya Indonesia yang kental menjadi suatu faktor utama pemilihan film Indonesia untuk ia tampilkan di Netflix.

“Banyak tema menarik dari Indonesia, salah satunya di Street Food Indonesia ada satu episode yang mengangkat penjual makanan di Jogja. Ada nilai baik di sana ada ke Indonesia-an dari episode itu. Netflix tertarik untuk mengeksplor tema-tema yang sangat Indonesia dan pas untuk internasional,” ujarnya.

Yu-Chuang juga menjelaskan dari sisi keuntungan yang ternyata jauh lebih pesat di Indonesia daripada penonton global secara umum. Dalam hal ini, Indonesia dinilai memiliki pasar yang menarik bagi Netflix. “Di ratusan negara ada perkembangan konten, bagaimana konten bagus bisa hadir dari mana saja.”

“Indonesia adalah pasar yang baik untuk kami dengan potensi industri dan cerita beragam. Biarpun baru mulai tapi kami semangat, contohnya ‘The Night Comes for Us’, film original Netflix Indonesia pertama dan asia pertama. Sekarang bisa tonton ‘Filosofi Kopi’, ‘Kuntilanak’ yang bisa ditonton bukan cuma di Indonesia, tapi seluruh dunia,” ujarnya.

“Kami libatkan Indonesia sebagai negara menarik. Pengguna Netflix di Indonesia dalam hal menonton dari smartphone lebih besar dari pengguna global.”

Kritik Film: Lahir dari Perasaan, Didewasakan oleh Pengetahuan

Sementara itu, Managing Director Netflix Asia Pacific Kuek Yu-Chuang mengaku sangat senang mengetahui potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus industri perfilman. Terlebih dengan semangat baru untuk mengembangkan dunia perfilman Indonesia dari pemerintah.

“Kami percaya akan ada banyak cerita hebat yang dihasilkan dari Indonesia. Melalui inisiatif-inisiatif ini, kami ingin bisa berkontribusi pada pertumbuhan komunitas kreatif di Indonesia. Netflix juga berharap cerita-cerita tersebut bisa membawa tema-tema unik mengenai Indonesia dan dapat dinikmati oleh masyarakat dunia,”kata Yu-Chuang di tempat yang sama.

Respons positif juga muncul dari perwakilan Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Sheila Timothy. Ia yakin inovasi-inovasi yang terus dihasilkan Kemendikbud seperti hari ini akan mendorong tumbuhnya ekosistem kreatif Indonesia.

“Hal ini juga sekaligus memungkinkan pembuat film Indonesia untuk mengekspor lebih banyak produk kreatif ke luar negeri, berkolaborasi dengan lebih banyak insan perfilman Indonesia, dan menjadikan Indonesia tujuan yang lebih menarik bagi produsen konten internasional. Banyak hal positif yang akan diraih bersama Kemendikbud, dan juga insan film Indonesia,” kata Sheila.

Bagaimana Tugas Dua Kementerian Terkait Dunia Film?

Kemitraan Kemendikbud dengan Netflix tentu bukan tanpa alasan. Dunia film memang masuk dalam ranah dari Kemendikbud. Dalam hal ini, Kemendikbud sendiri terus berupaya untuk memajukan dunia film di tanah air.

Sejak tahun 2015, Kemendikbud memiliki unit kerja baru pada tingkat eselon dua, yakni Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm), yang memiliki tugas khusus dalam mengembangkan perfilman Indonesia.

Kepala Pusbangfilm Kemendikbud Maman Wijaya pada akhir Desember 2015 lalu menjelaskan soal tugas dan fungsi Pusbangfilm sesuai Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemendikbud.

“Film pada saat sekarang, berdasarkan Permendikbud Nomor 11 Tahun 2014 menjadi instrumen penting bagi pendidikan dan kebudayaan. Kalau zaman dulu kan sebagai sarana pariwisata, sebagai alat komunikasi,” kata Maman.

Bahkan, saat mengikuti seleksi terbuka untuk jabatan Kepala Pusbangflim pada 2015 lalu, Maman ingin menjadikan film sebagai instrumen pendidikan dan kebudayaan. “Film jadi bagian yang harus bisa mendidik masyarakat. Di negara lain juga begitu. Sekarang bahwa mengadopsi film masuk ke ranah pendidikan memang sudah saatnya,” ujarnya kala itu.

“Film juga bisa digunakan untuk diplomasi budaya, jadi multifungsi. Itu bagian  yang menarik,” kata Maman.

Lalu, bagaimana dengan tugas Kominfo? Apakah ada urusan Kominfo dengan dunia perfilman atau yang terkait dengan film? Untuk mengetahui lebih rinci tugas dan peran Kominfo, silahkan klik link ini.

Share: Beda Nasib Netflix di Indonesia dalam Satu Pekan